Tepat jam 00.00 WIB malam tahun baru Isl Senin, 1 Muharram 1435H bertepatan dengan tanggal 5 November 2013, Jakarta Islamic Centre (JIC) menutup penerimaan artikel untuk lomba penulisan dengan tema “Islam Membangun Jakarta”. Sejak lomba ini dibuka untuk warga Jabodetabek lebih dari sebulan yang lalu, JIC menerima 102 naskah artikel dari peserta yang memiliki status dan profesi yang beragam, dari pelajar, mahasiswa, dosen, ibu rumah tangga, karyawan, karyawati, mubaligh, guru, dan lain-lain. Walau status dan profesi yang beragam, para penulis ini memiliki satu kesamaan dalam tulisannya, yaitu memberikan solusi agar Islam dapat berkontribusi dalam pembangunan di Jakarta. Dengan kata lain, di even ini, mereka menulis Islam betul-betul untuk Jakarta.
Isi naskah para peserta yang umumnya berkualitas dan memenuhi syarat menjadi tantangan tersendiri bagi tiga orang juri yang ditunjuk oleh JIC untuk menentukan para pemenang dari Juara ke-1 sampai Juara Harapan ke-3. Tiga orang juri tersebut adalah M. Ariefyanto (Kang One) dari Republika Online (ROL), Thobib Al Asyhar dari Media Online Bimas Islam Kementerian Agama RI, dan Rakhmad Zailani Kiki (dari Situs JIC).
Jika ingin dimenangkan, tentu banyak naskah yang ingin dimenangkan oleh para juri, namun karena pemenangnya dibatasi untuk enam orang saja, maka bukan berarti yang lain tidak baik. Dari penilaian tiga orang juri ini, terpilihlah enam orang juara, dengan .Juara ke-1 adalah Soleman Siregar dengan judul “Tarekat Cleaning Service Kota Jakarta”. Mengapa naskah ini yang dimenangkan oleh ketiga juri tersebut? Yang pertama, tentu juri melihat dari judul. Judulnya mampu menarik dan membuat orang penasaran untuk membacanya karena Tarekat Cleaning Service adalah istilah yang tidak dikenal di khazanah Islam. Selain itu, tarekat dan cleaning service adalah dua terminologi yang berbeda namun kali ini disatukan dan menjadi terminologi yang baru; dan kedua, isi karya, bahasa, editing, dan struktural yang bagus dan baik yang keseluruhannya memberikan kontribusi nyata bagi kontribusi Islam dalam membangun Jakarta. Mari kita simak empat alinea terakhir dari naskah tersebut:
“Para pekerja cleaning service kota Jakarta rela bekerja demi memberikan kenyamanan rakyat Jakarta. Keikhlasan mereka dalam bekerja nampaknya dibangun oleh suatu pondasi teologis, yaitu memandang rakyat Jakarta sebagai makhluk indah ciptaan Tuhan yang harus dihormati. Pondasi teologis ini selaras dengan pandangan kaum sufi, yaitu mereka melihat orang lain dengan cinta sebagai sebuah kesatuan makhluk yang bernaung dibawah kasih sayang Tuhan. Landasan cinta merupakan titik berpijak bagi mereka untuk melihat orang lain. Dalam pandangan kaum sufi, semua manusia adalah indah. Keindahan dalam pandangan itulah yang membimbing kaum sufi atau para pekerja cleaning service untuk selalu menghormati dan menghargai orang lain.
Tidak hanya para pejabat negara yang harus mengikuti sikap para pekerja cleaning service, melainkan mereka yang suka melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama juga perlu mengikuti bangunan filosofis para pekerja cleaning service, yaitu berpijak pada landasan cinta sebagai pondasi dasar kemanusiaan.
Sebagai kompetisi tarekat, pekerjan cleaning service layak disebut sebagai tarekat cleaning service. Karena secara tidak sadar, para pekerja cleaning service telah mengimplementasikan konsep cinta yang selama ini diajarkan oleh komunitas tarekat atau oleh kaum sufi.Dan konsep cinta ini amat penting sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Realitas Mutlak. Dengan kata lain, implementasi konsep cinta para pekerja cleaning service sebagai proses transendensi menuju Tuhan.”
Untuk juara ke-2 dimenangkan oleh Adhi Wargono dengan judul “Kebun-Kebun Surga di Ibukota”. Juri memenangkan naskah ini karena selain judul yang menarik, juga isi tulisannya yang menunjukan kepiawaian penulis dalam menulis sejarah dan perkembangan Islam di Jakarta dan merangkumnya dari masa lalu sampai sekarang berikut problematika dan solusinya yang mampu ditulis dalam tiga halaman kertas A4 dengan bahasa yang indah dan lugas. Pembaca baru menemukan maksud dari kebun-kebun surga dari judul naskah ini menjelang akhir tulisan. Kebun-kebun surge yang dimaksud penulsa adalah kelompok-kelompok pengajian atau majelis taklim yang menurutnya tidak bisa dilepaskan peran sosok ulama perempuan atau mubalighah asal Betawi yang fenomenal seperti Hj. Tutty Alawiyah AS, Hj. Suryani Thahir dan Hj. Faizah Ali Syibromalisi. Bahkan, Hj. Tutty Alawiyah yang pernah menjabat sebagai menteri Peranan Wanita (1998-1999) berhasil menyatukan dan menghimpun “kebun surga-kebun surga” di Jakarta dalam wadah Badan Koordinasi Majelis Ta’lim (BKMT) yang berdiri pada tahun 1983.
Masih menurutnya bahwa majelis taklim yang dimotori kaum ibu, memang bak kebun surga yang menumbuhsuburkan serta merawat tanaman iman pada diri ibu-ibu sebagai tiang keluarga. Tidak bisa dilepaskan, adalah keberadaan masjid. Majelis ta’lim dan masjid menjadi sangat penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern di era iptek yang cenderung mengagungkan nilai-nilai materialisme. Salah satu asas pembangunan nasional adalah asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME yang berarti bahwa Usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral,dan etik dalam rangka pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Sesuai dengan hakekat hidup manusia yang harus ada keseimbangan antara material dan spiritual, maka keberadaan masjid-masjid dan majelis taklim-majelis tallim, maka peran para pemuka agama Islam, mubaligh maupun mubalighah sejak dulu sudah terlibat dalam ikut serta membangun Jakarta. Oleh karena itu, ummat Islam patut mendukung upaya dari Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, membuat gebrakan dengan melontarkan gagasan untuk membangun Masjid Raya Betawi di wilayah Jakarta Barat pada tahun 2013, masjid dengan fasilitas lengkap yang dapat menampung banyak jama`ah, terutama di Jakarta Barat yang belum memiliki masjid agung. Namun, selain membangun masjid raya tersebut, yang perlu menjadi perhatian Pemprov. DKI Jakarta adalah keberadaan masjid (termasuk musholla) di perkantoran, baik kantor pemerintah atau swasta. Hal ini dkarenakan Jakarta bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga pusat bisnis di Indonesia yang setiap hari kerja, jutaan orang dari dalam Jakarta dan luar Jakarta beraktivitas di kantor-kantor milik pemerintah maupun swasta. Sebagai makhluk spiritual, dengan jam kerja yang cukup panjang, tentu ada kewajiban dan kebutuhan di luar pekerjaan yang harus dipenuhi oleh para pegawai, salah satunya adalah beribadah, untuk tetap menjaga keimanan dan ketaqwaannya; demikian Adi Wargono menutup tulisannya yang solutif sehingga juri pun mengganjarnya sebagai juara ke-2.
Adapun Juara ke-3 adalah Istitoq`ah dengan judul”The True Love of Jakarta”, Juara Harapan Ke-1 adalah Siti Latifah dengan judul “Anak Jakarta, Anak Islami”, Juara Harapan Ke-2 adalah Mahmud Hamdani dengan judul “Pluralisme, PR yang Belum Selesai” dan Juara Harapan Ke-3 adalah Hanny Fitriyah dengan judul “Neo Tuti Alawiyah: Sebuah Kebutuhan Jakarta Masa Depan”. ***
Oleh : H. Rakhmad Zailani Kiki, S.Ag, MM (Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan JIC)