JIC, Jakarta – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid meminta pihak-pihak yang berkaitan dengan polemik wacana Full Day School (FDS) untuk saling berdialog. Baginya, selama ini upaya tabayyun harus selalu dijaga antar umat beragama dan juga organisasi kemasyarakatan.
“Terkait FDS saya tegaskan, pertama, memang harus dijelaskan secara terbuka oleh pihak Kementerian. Apakah yang dimaksudkan FDS itu seperti yang dibayangkan oleh kawan-kawan dari NU yang kemudian menolak FDS. Apakah ini tidak seperti yang mereka bayangkan,” papar Hidayat saat ditemui di Kampus Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (14/08).
Karena itu dirinya meminta kepada pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) dan juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk saling bertemu. Karena baginya ada kesalahpahaman dalam wacana penerapan kebijakan tersebut.
“Saya kira penting bertemu secara langsung antara pihak Menteri Pendidikan Pak Muhadjir dengan pimpinan NU, untuk tabayyun. Karena kata kementerian itu tidak dimaksudkan untuk menggusur madrasah diniyah, itu bukan sesuatu yg kemudian seperti yang dikatakan oleh Pak Jokowi tidak akan memaksakan kepada pihak-pihak yg lain,” jelasnya.
“Apakah penjelasan semacam itu bisa diterima oleh kawan-kawan dari NU atau tidak, silakan dikomunikasikan. Menurut saya memang masalah ini harus dikomunikasikan secara terbuka dan apa adanya sebelum ada kegaduhan di tingkat publik,” papar Hidayat.
Namun, Hidayat pun sepakat untuk peningkatan kualitas pendidikan dalam meningkatkan karakter bangsa. Bahkan baginya selama ini pesantren pun sudah menerapkan program FDS bahkan hingga malam.
“Cuma caranya bagimana? Caranya macam-macam ada yang melalui madrasah diniyah seperti NU, ada yang melalui FDS juga bisa, bahkan saya katakan ada yg melalui full day and night school, itulah pesantren. Pesantren-pesantren NU itu kan full day and night school sesungguhnya. Bukan sekadar FDS malahan. FDS katanya juga dipakai oleh SMA Wahid Hasyim di Tebu Ireng,” tutupnya.
Sumber ; kiblat.net












