KASUS PERCERAIAN DI INDRAMAYU TERTINGGI SE-INDONESIA

0
374

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Tingkat perceraian di Kabupaten Indramayu, tinggi. Faktor rendahnya perekonomian dan pendidikan menjadi salah satu penyebab tingginya perkara tersebut.

Kepala Pengadilan Agama Indramayu, Anis Fuadz menyebutkan, berdasarkan ajuan perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Indramayu, terdapat 9.300 perkara selama 2013.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 90 persen merupakan perkara tuntutan perceraian. ”(Angka) ini paling tinggi di Indonesia,” ujar Anis, Ahad (17/8).

Anis menilai, tingginya kasus perceraian di Kabupaten Indramayu di antaranya disebabkan faktor ekonomi dan pendidikan. Ditambah lagi, banyaknya suami dan istri yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Menurut Anis, adanya faktor ekonomi yang menjadi penyebab perceraian terlihat dari alasan perceraian bahwa suami tidak bertanggungjawab atas persoalan nafkah. Bahkan, alasan tersebut menjadi alasan yang paling banyak diajukan dalam perkara cerai.

”Dari total ajuan perkara cerai, 60 persen di antaranya beralasan suami tidak bertanggungjawab (dalam soal nafkah),” tutur Anis.

Anis menambahkan, dari seluruh pasangan suami istri yang mengajukan perceraian, 80 persen di antaranya berlatar belakang pendidikan sekolah dasar (SD). Dia menilai, rendahnya tingkat pendidikan juga memengaruhi tingginya tingkat perceraian.

”Banyaknya warga yang bekerja sebagai TKI juga bisa menimbulkan konflik dalam rumah tangga hingga berujung pada perceraian,” terang Anis.

Anis mengungkapkan, secara persentase, sebanyak 80 persen dari keseluruhan TKI asal Indramayu memiliki permasalahan dalam rumah tangga. Hal itu dikarenakan jauhnya jarak yang memisahkan pasangan suami istri.

Salah seorang mantan TKI asal Kecamatan Indramayu yang enggan disebut namanya, mengaku terpaksa bercerai dengan suaminya. Selain tak bertanggung jawab soal nafkah, suaminya juga selingkuh dengan perempuan lain.

Ibu dua anak itu mengaku, terpaksa pergi bekerja sebagai TKI ke Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Pasalnya, suaminya tidak bisa memenuhi kebutuhan nafkah anak-anaknya.

”Saya rela pergi bekerja keluar negeri agar anak-anak bisa tetap sekolah dan hidup tanpa kekurangan,” tuturnya. Namun, uang hasil jerih payah yang dikirimkan pada suaminya, tak sepenuhnya diberikan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

Ternyata, sang suami juga menggunakan uang kiriman itu untuk selingkuh dengan perempuan lain. ”Akhirnya waktu saya pulang dari Arab, saya langsung minta cerai,” tuturnya.

Untuk melanjutkan hidup, dia akhirnya kembali pergi menjadi TKI ke Arab Saudi. Uang hasil jerih payahnya dikirimkan kepada orang tuanya yang mengasuh kedua anaknya.

”Saya juga punya tabungan modal untuk buka warung kecil-kecilan,” kata perempuan yang terakhir kali pulang sebagai TKI pada 2013 lalu itu.

Seorang mantan TKI lain mengaku terpaksa menceraikan istrinya. Pasalnya, saat dia bekerja sebagai TKI di Jepang, istrinya terbukti selingkuh dengan pria lain. ”Mungkin karena terhalang jarak yang jauh, istri jadi tergoda pria lain,” tandas pria beranak satu itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

13 − nine =