DETIKISLAM.COM – Suatu hari Rasullah pernah lama sekali sujud dalam shalatnya saat mengimani kaum muslimin, maka seusai shalat salah seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anda tadi itu lama sekali bersujud, hingga kami mengira ada sesuatu kejadian atau anda sedang menerimah wahyu”. Rasulullah SAW, menjawab, ‘Tidak ada apa-apa, tadi itu aku ditunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesa-gesa sampai dia puas”. Adapun anak yang dimaksud ialah Al-Hasan atau Al-Husain Radhiyallahu Anhuma.
Dalam banyak kisah, Rasulullah SAW telah memberikan banyak teladan kepada kita tentang bagaimana melatih diri untuk memahami “dunia” anak-anak dan menjaga kesabaran saat menghadapinya. Pola fikir (mindset) yang tepat saat kita membersamai anak-anak akan membuat kita lebih mampu bersabar, sedangkan sebaliknya pola fikir yang salah akan menjadikan proses kebersamaan dengan anak kita seringkali menjadi pemicu amarah dan stres.
Alangkah baiknya kita, para orang tua, kembali merenungi hadist ini;
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.” (hR. Muslim).
Kandungannya pokok dari hadist ini adalah tiga amal yang bermanfaat dan terus mengalir pahalanya bagi manusia setelah ia meninggal. Ya, saat dimana kita dalam keadaan sangat menyesal karena kurangnya amal-amal kita dan tak mampu lagi menambah amal. Di saat yang demikian sulit itu ketiga amal jariyah inilah yang menjadi penolong kita!
Tahukah kita suatu peluang besar untuk mendapatkan semua amal jariyah itu sekaligus?
Peluang besar itu terdapat dalam mendidik anak! Ya, sebuah aktivitas sehari-hari yang terkadang nampak sepele dan kita lalui dengan sepintas.
Kandungan yang tersifat dari hadits ini bahwa setiap rupiah yang kita keluarkan dalam rangka menghidupi dan mendidik anak kita telah tercatat sebagai sedekah yang mengalir untuk kita kelak. Setiap suap makanan yang masuk ke mulut anak, setiap tetes air susu ibu yang menumbuhkan darah dan daging, setiap gelas air yang kita berikan, setiap pakaian yang dibelikan, dana pendidikan, semuanya tercatat sebagai kebaikan yang mengalir sepanjang masa bagi para orang tua. Diriwayatkan oleh Muslim dai Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, “Uang dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, uang dinar yang engkau nafkahkan untuk membebaskan hamba sahaya, uang dinar yang engkau sedekahkan pada fakir miskin, dan uang dinar yang engkau nafkahkan bagi keluargamu. Maka yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan bagi keluarga mu.”
Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanadnya yang baik dari Miqdam bin Ma’di Yakrab r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Makanan yang engkau makan untuk dirimu sendiri adalah shadaqah. Apa yang kau berikan untuk anak-anakmu maka bagimu pahala shadaqah, dan makanan yang kamu berikan untuk pembantumu, kamu mendapatkan pahala shadaqah pula.”
Begitupula setiap ilmu yang diajarkan; kata-kata yang baik dan sopan, doa-doa, shalat, puasa, akhlak-akhlak terpuji, serta semua ilmu yang bermanfaat yang digunakan oleh sang anak sepanjang hidupnya bahkan menjadi bekal sampai akhirat, maka pahala semua amal itu juga terus mengalir kepada kita, sebagai orang tua, selama kita hidup ataupun saat kita telah tiada. Maka saat sang ibu memapah balitanya belajar berjalan, mengajarkan anaknya cara makan, mengajarkan cara menggosok gigi, mendisiplinkan agar membuang sampah pada tempatnya, mencontohkan menyisir rambut, serta saat sang ayah mengajari anaknya berbicara, membaca, berhitung, bahkan bermain sekalipun, semua itu menjadi sedekah yang mengalir pahalanya bagi orang tuanya tanpa terputus.
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti doa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.”(HR. Muslim no. 2674)
Kelak jika sang anak yang telah kita didik itu menjadi anak yang shalih dan berbakti pada kedua orang tuanya, setiap lantunan doa-doanya menjadi penerangan di alam kubur dan peringan siksa, bahkan bisa menyelamatkan para orang tua dari bergolaknya api neraka.
Sebaliknya, saat kita – para orang tua – terlalu sibuk dengan berbagai urusan sehingga menyia-nyiakan masa kecil anak kita, maka sungguh kita telah menyia-nyiakan amanah Allah dan peluang besar yang Allah berikan. Lebih jauh lagi, jika yang kita contohkan adalah perbuatan buruk, seperti menonton film yang buruk, merokok, bersikap kasar terhadap istri, suka memarahi anak kecil, meninggalkan shalat, dan perbuatan buruk lainnya, maka itu adalah investasi dosa yang mengalir tiada putusnya selama anak kita melakukan perbuatan buruk yang sama dan “menularkan” keburukan itu kepada anaknya atau orang sekitarnya. Bahkan tak jarang membuat para orang tua bersedih di masa tua atas kelakuan buruk anaknya.
Dari Abu Umamah Al-Bahili – radhiallahu anhu – dia berkata : Rasulullah – shallallahu alaihi wasallam – bersabda :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا, لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut disarangnya, mereka semua bershalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmizi no. 2685). Makna bershalawat atasnya adalah mendoakan dan memintakan ampun untuknya.
Sungguh setiap lelah kita saat bersama anak-anak adalah sedekah jariyah kita bagi diri sendiri, masihkah kita pelit dan bakhil?[]hn/Tazakka/di.com