MENCARI KEBENARAN DI KAMP ‘RE-EDUKASI’ MUSLIM UIGHUR DI CHINA (2)

0
243

‘Oh hatiku jangan hancur’

JIC, XINJIANG—Tapi dalam menerima akses ini, tugas kami ialah berusaha mengintip di balik pesan resmi dan meniliknya secermat mungkin yang kami bisa.

Kami mengambil gambar beberapa grafiti, ditulis dalam bahasa Uighur, yang belakangan kami terjemahkan.

Pada satu grafiti tertulis “Oh hatiku jangan hancur”. Grafiti lainnya dalam bahasa China hanya berbunyi: “Selangkah demi selangkah.”

Peserta kamp "re-edukasi" mengambil makanan.
Image captionSemua laki-laki di dalam camp mengenakan pakaian olahraga warna biru sebagai “seragam”.

Ada jawaban-jawaban dalam wawancara lebih lanjut dengan para pejabat pemerintah, yang mengungkap banyak tentang sifat sistem ini.

Mereka di dalam kamp “nyaris menjadi kriminal,” kata mereka. Muslim Uighur dipandang sebagai ancaman bukan karena mereka telah melakukan kejahatan, tapi karena mungkin memiliki potensi untuk berbuat jahat.

Dan ada pengakuan bahwa, ketika diidentifikasi memiliki kecenderungan ekstremis, mereka diberikan pilihan – tapi tidak banyak.

Pilihannya ialah “memilih antara persidangan atau pendidikan di fasilitas de-ekstremisasi”.

“Kebanyakan orang memilih belajar,” kami diberi tahu. Tidak mengherankan, mengingat peluang mereka mendapatkan persidangan yang adil.

Dan kami tahu, dari sumber lain, bahwa definisi ekstremisme kini ditarik sangat lebar — punya jenggot panjang, misalnya, atau sekadar menghubungi saudara di luar negeri.

Kami melihat asrama tempat para “ekstremis” ini tidur, sampai 10 orang per kamar, di ranjang tingkat dengan satu toilet di ujung, ditutupi hanya dengan selembar kain tipis.

Kamar mandi asrama perempuan
Image captionKamar mandi di dalam asrama perempuan.
Kamar asrama perempuan
Image captionSatu kamar di asrama dapat menampung sampai 10 orang.

Dan kemudian ada pertanyaan hati-hati yang mengungkap banyak, bukan dalam apa yang mereka katakan, tapi yang tidak mereka katakan.

Saya bertanya kepada seorang pria, yang telah berada di dalam kamp selama delapan bulan, berapa banyak orang yang ia lihat “lulus” selama waktu itu.

Ada jeda sebentar sebelum ia menjawab. “Tentang itu, saya tidak tahu sama sekali,” ujarnya.

Loker di salah satu kamp di Xinjiang
Image captionStiker bendera China berbentuk hati dapat ditemukan tertempel di loker.

Hanya satu suara dari dalam sistem penawanan massal yang diduga menahan lebih dari satu juta orang berdasarkan etnisitas dan keyakinan mereka.

Betapapun samar dan sunyinya, kita harus mendengarkan dengan saksama apa yang mungkin dikatakan suara itu kepada kita.     

 

 

sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

20 − 8 =