ADAKAH KEISTIMEWAAN BULAN MUHARRAM?

0
362

JIC – Tak bisa kita sangsikan bahwa perputaran bulan dan matahari merupakan salah satu anugerah terbesar dan rahmat yang Allah SWT. berikan kepada umat manusia. Melalui dua perputaran tersebut manusia mengenal waktu. Melalui dua perputaran tersebut manusia mampu memetakan musim, menata tahun dan mempersiapkan diri untuk beradaptasi dalam cuaca yang berubah-ubah. Dari perputaran matahari manusia bisa menangkap gambaran ruang angkasa dan menunjukkan betapa tempat yang kita namakan dunia ini begitu luas dan hampir tak terjangkau.

Allah SWT berfirman dalam Surat al-Taubah:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ مِنْها أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَما يُقاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36)

Ketentuan 12 bulan dalam setahun sudah termaktub dalam al-Qur’an jauh sebelum manusia mengenal kalender dan penanggalan. Di antara 12 bulan dalam setahun, Allah swt. memuliakan beberapa bulan, yang oleh ayat Surat al-Taubah di atas disebut sebagai arba’atun hurum. Seluruh mufassir sepakat, seperti Ibn Katsir, al-Thabari dan al-Maraghi, bahwa yang dimaksud dengan arba’atun hurum adalah bulan Muharram, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, dan Rajab. Keempat bulan ini juga dikenal dengan nama asyhuru-l-hurum.

Penafsiran ini didasarkan pada hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ الزَّمَانُ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Sesungguhnya waktu telah bergerak sebagaimana adanya sejak Allah swt. menciptakan langit dan bumi. Setahun terdiri dari 12 bulan, 4 di antaranya adalah bulan-bulan yang dimuliakan; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, al-Muharram dan Rajab yang terletak di antara bulan Jumada dan Sya’ban.

Salah satu amalan pada bulan ini ialah berpuasa sunnah. Yang disyariatkan dalah berpuasa Sunnah yaitu pada hari kesepuluh dan hari kesembilan bulan Muharram  atau hari kesepuluh dan hari kesebelas. Jika para khatib atau penceramah dan para guru menganjurkan dan menjelaskan kepada orang-orang keutamaan puasa tersebut, maka itu suatu kebaikan. Adapun memperbanyak makanan untuk keluarga pada hari itu dengan keyakinan bahwa hal itu disyariatkan dan sebagai keutamaan baginya, maka bid’ah (tidak ada asalnya).

Hadits-hadits yang menerangkan keutamaan memperbanyak makanan untuk keluarga pada waktu itu adalah (hadits-hadits yang tidak shahih, wabillahit taufiq. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, dan keluarga dan para sahabatnya. : Lajnah Ad-Daimah li al-buhuts al-ilmiyah wa al-ifta, ketua Abdul Aziz bin Abdullah bin baz ). Bulan Muharram atau orang sering menyebutnya bulan Suro’ sebenarnya merupakan salah satu diantara empat bulan yang digelari dengan  Asyhurul Hurum (bulan-bulan suci). Di bulan tersebut dilarang melakukan kezaliman apa pun bentuknya. Allah menjelaskan dalam firman-firman –Nya. Sesungguhnya :

Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah. Dia menciptakan langit dan bumi, diantara empat bulan haram (suci). Itulah ( ketetapan ) agama yang lurus , maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu. ( Q. S. At-taubah : 36 ).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Sesungguhnya waktu itu berputar seperti asalnya diwaktu Allah menciptakan langit dan bumi .Satu tahun itu dua belas bulan, dan diantaranya ada empat bulan suci, tiga secara berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan bulan Muharram, serta Rajab (menurut perhitungan). Bani Mudhar yang berada diantara Jumada dan Sya’ban“. ( H.R. Bukhari no. 3025, 4144, 7009, dan Muslim No. 1629).

Menurut Al-Hasan Al-Basri yang paling utama diantara empat bulan suci tersebut adalah bulan Muharram.Menurut As-Sakhawi bahwa bulan Muharram disebut demikian, karena dia adalah bulan yang disucikan dari pertumpahan darah dan segala kezaliman.

Adapun keutamaan di bulan Dzulhijjah adalah mengisinya dengan puasa sunnah.

Sebaik-baik puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah, Muharam. Dan sebaik-baik shalat setelah shalat Fardhu adalah shalat malam”.(H.R. Muslim No.1163 dari Abu Hurairah). Nabi pernah bersabda dalam riwayat Abu Qotadah, tentang puasa hari ‘Asyura, beliau menjawab (puasa hari Asyura) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu). (Muslim hadits no. 1162).

Ibnu Abbas menegaskan hal itu ketika ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa pada suatu hari demi mencari keutamaannya dari hari-hari yang lain kecuali hari ini (Asyuro) dan bulan ini (Ramadhan)“.( H.R. Bukhari hadits No: 1902, H.R. Muslim No. 1132 )

Puasa pada hari ‘Asyura dianjurkan untuk dibarengi/diiringi dengan hari sebelumnya (9 Muharram) atau dibarengi dengan hari setelahnya (11 Muharram). Hal ini untuk menyelisihi ahli kitab Yahudi dan Nasrani.

Imam Ahmad (I / 241) meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Bersabda : Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi. Berpuasalah sehari sebelumnya atau sesudahnya.

Demikian sekilas tentang puasa Asyura sebagaimana perintah Islam. Dan salah besar ketika menjadikan hari ‘Asyura’ sebagai hari berkabung, bersedih, meratap dan menyakiti badan sebagaimana pengikut Syi’ah. Atau sebaliknya menjadikan hari ‘Asyura’ sebagai hari raya dan bersenang-senang sebagaimana dilakukan kaum khawarij (nashib) seperti, menambah nafkah keluarga, berdandan membuat aneka makanan.

Dan satu hal yang perlu diluruskan bulan Muharram / Sura’ bukanlah bulan sial, khurafat dan mitos akan menemui kesialan ketika mereka mengadakan pernikahan, khitanan atau membangun rumah adalah keyakinan yang salah. Begitu pula dengan mengadakan sesaji kelaut, agar hidupnya berkah, jelas ini sebuah kesyirikan. Karena tidak ada yang memberi kuasa rezeki kecuali Allah ‘Azza wa Jalla).

Sumber : muslimah.or.id

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

two × three =