JIC – “JIC itu fenomena sendiri, karena dulu tempat itu tempat yang seperti apa, kemudian dibangun pusat keislaman itu sangat tergantung bagaimana mengisinya.” Demikian JIC dalam pandangan KH. Drs. Slamet Effendy Yusuf pada saat redaksi mewawancarainya di Kantor MUI Pusat, Selasa (13/10) lalu.
“Jadi kita harapkan JIC diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemikiran, berkisar kebudayaan, kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik tentang keilmuwan seperti perpustakaan harus dibangun dengan sebaik-baiknya.” Imbuhnya.
Baginya Islam memiliki pandangan dan sikap toleran terhadap agama lain. Oleh karena itu JIC hendaknya sering melakukan kegiatan seperti dialog/diskusi dari berbagai ormas, mengadakan event-event yang melibatkan seluruh komponen masyarakat bahkan dengan agama lain.
Menurutnya agar JIC berkembang seperti majunya kelompok-kelompok Islam yang lain, mestinya JIC menjadi garda terdepan seperti melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga. Sehingga dengan cara seperti itu JIC dapat memberi kontribusi pemikiran, langkah, sikap dan lain sebagainya, bukan hanya diberi kontribusi.
Harapan yang ia sampaikan kepada tim redaksi ialah bahwa JIC harus lebih giat melakukan pendekatan pelayanan lebih dalam, bukan hanya pengajian-pengajian massal. Islam mencerminkan pusat segala-galanya sehingga keberadaan JIC juga dapat berperan sebagai tempat/pusat keilmuwan, pusat kebudayaan, pusat kegiatan ekonomi dan menunjukkan pusat-pusat kegiatan Islam itu bisa menampung berbagai kegiatan masyarakat. [d@r@]












