LITERASI DAN KAJIAN MANUSKRIP DI DUNIA ISLAM (2)

0
411

JIC,– Peradaban Arab-Islam adalah peradaban yang memiliki segudang khazanah intelektual dan pemikiran. Segudang khazanah itu di antaranya berbentuk naskah-naskah (manuskrip) dalam berbagai lintas disiplin ilmu yang mencerminkan tradisi tulis ulama masa silam. Naskah-naskah ini merupakan warisan peradaban dan kebudayaan yang tak ternilai harganya. Menurut penuturan Prof. Dr. Faisal al-Hafyan (Direktu Institut Manuskrip Arab Kairo), bila ditaksir, jumlah naskah manuskrip Arab saat ini berkisar antara 3 sampai 5 juta naskah.

Angka ini menunjukkan bahwa manuskrip Arab merupakan peninggalan sejarah terbesar yang masih bertahan sampai saat ini. Namun, menurut Prof. Dr. Aiman Fuad Sayyid (Direktur Pusat Manuskrip Al-Azhar Mesir), dari sekian banyak naskah itu hanya sekitar satu setengah juta saja yang layak diteliti. Jutaan naskah ini sejatinya masih di luar yang dibakar pasukan Hulagu (Tatar) pada tragedi runtuhnya Kota Bagdad tahun 1258 M. Di Mesir jumlah manuskrip mencapai 125.000 naskah. Jumlah ini merupakan terbesar kedua di dunia setelah Turki yang mencapai 250.000 naskah.

Fakta ini membuat kita kagum betapa di tengah keterbatasan sarana pada masa itu yang hanya menggunakan penulisan tangan para ulama ini begitu produktif menulis karya. Imam as-Suyuthi (w. 912 H/1506 M) misalnya yang hanya hidup sepanjang 62 tahun mampu melahirkan lebih dari 300 karya buku. Imam ath-Thabari (w. 310 H/922 M), sang guru besar para mufassir, selama hidupnya mampu menulis sebanyak 358.000 lembar atau 14 lembar/hari dihitung sejak usianya 15 tahun (perkiraan masa usia akil-balig). Belum lagi Imam an-Nawawi (w. 676 H/1277 M), Imam Ibn Taimiyah (w. 728 H/1327 M), Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H/1209 M), dan yang lainnya.

Dalam konteks modern, arti penting wujud naskah-naskah ini terlihat melalui relevansinya dengan tuntutan sosial-intelektual kekinian dengan terlebih dahulu dilakukan studi atas naskah-naskah itu. Arti penting studi naskah adalah adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan masa lampau ini terkandung nilai dan pemikiran yang dipandang masih relevan dengan situasi kini. Lebih dari itu studi terhadap naskah merupakan upaya menggali kearifan sejarah sosio-religius dan intelektual masa lalu.

 

Dalam studi keislaman (Islamic studies), kajian naskah menjadi sangat penting karena ia berperan menjelaskan Islam dengan tetap berada dalam parameter keilmuan. Karena itu pendekatan kajian naskah (tahkik turats) sebagai salah satu sarana untuk menggali khazanah keilmuan masa lalu ini menempati posisi sangat penting.

Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

 Sumber : suaramuhammadiyah.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

18 + 1 =