TELADAN RASULULLAH KETIKA MENGHADAPI KRISIS

0
1138
menjawab-penghinaan-partai-jib-india-terhadap-rasulullah
Ustadz Dr. Taufik Hidayat, M.Sc Kasubdiv Konsultasi dan Pelayanan Umat PPPIJ

“Karena Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Ada Kemudahan” (QS Al-Insyirah : 5 – 6)

JIC– Mungkin tak ada dari diri kita yang pernah mengalami kesusahan / krisis seperti Rasulullah, para sahabat dan para keluarga besar pendukungnya (Bani Hasyim dan Bani Muthallib)  ketika mengalami boikot massal dari penguasa Mekkah pada 14 abad yang lalu. Bukan saja korban kelaparan yang berjatuhan, hinggapun kematian menjadi pemandangan lazim selama Boikot Massal yang digagas oleh Abu Lahab tersebut sebagai dampak kegigihan Rasulullah dan para sahabatnya dalam memegang Iman dan Islam hingga titik nadir.

Wabah Covid-19 membuat kita menduga akan merebaknya ancaman kelaparan dan kematian akibat kelaparan tersebut, fakta mulai terjadi di beberapa tempat yang terkena wabah Covid 19, di China misalnya anak berumur satu tahun meninggal karena kelaparan, di Malaysia pun demikian, seorang buruh tani tak sanggup menopang hidup delapan orang anaknya hingga ikan yang di parit pun menjadi penyelamat hidup sementara, beruntung publik akhirnya bisa mengetahui dan segera memberikan bantuan. Kisah kisah ini tentunya akan mudah kita temukan pada jejak digital yang berseliweran di dunia maya.

Tentu peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah hanyalah gambaran ekstrem kondisi kelaparan dan dampak kematian akibat kelaparan. Tentunya dampak dari wabah Covid-19 yang membuat ekonomi menurun hingga tingkat resesi tidak dapat dibandingkan dengan kondisi boikot tersebut, tetapi pelajaran penting yang bisa kita ambil adalah bagaimana dahsyatnya tingkat militansi dan ketahanan Rasulullah serta para sahabatnya dalam menghadapi ekses boikot yaitu kelaparan dan kematian secara bersamaan. Boikot selama tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menahan lapar dan melihat kematian terjadi di depan mata dibandingkan dengan apa yang kita alami sekarang.

Apa yang membuat Rasulullah dan para sahabatnya dapat bertahan sehingga kita bisa jadikan teladan dalam menghadapi kondisi yang lebih ringan seperti yang kita alami akibat wabah Covid-19 ini, berikut point-point penting yang dapat kita ambil pelajaran :

Pertama, Rasulullah dan sahabatnya pada saat itu memiliki sesuatu yang lebih bernilai daripada benda yang paling mahal sekalipun dimuka bumi yaitu Iman kepada Allah SWT dan hari Akhir sehingga rintangan sekeras apapun yang mereka hadapi dapat mereka kalahkan demi keimanan tersebut. Tentunya iman yang seperti ini tidak bisa hadir dengan sekejap mata, dibutuhkan ilmu yang cukup yang telah tertanam bertahun tahun dibawah bimbingan Rasulullah SAW. Boikot tersebut terjadi pada tahun ke-tujuh kenabian, berarti selama tujuh tahun Rasulullah mengajari para sahabatnya akan keindahan Iman kepada Allah SWT dan ganjaran yang akan mereka peroleh nanti di hari akhir. Keyakinan ini masuk ke dalam relung relung hati mereka sehingga menjadi pola pikir dan pola tindak mereka dalam menghadapi segala masalah. Berkaca dari peristiwa wabah Covid-19, datang dan perginya penyakit tentunya semuanya dari Allah SWT sehingga bagi orang yang ber-iman jikapun mereka ditakdirkan meninggal karena Covid-19 maka itu semua adalah cara Allah dalam mematikan hamba-hambanya yang Dia kehendaki. Sehingga bisa jadi meninggalnya orang berIman karena wabah adalah jalan Allah SWT memberikan pahala Syahid seperti hadis Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim.

Kedua, dunia dan segala isinya bukan sesuatu yang mereka idam-idamkan tetapi surga dan ridho dari Allah SWT menjadi tujuan akhir hidup mereka. Kecintaan akan dunia memang akan melemahkan mental manusia ketika bertahan dalam kesusahan. Banyak orang merasa panik dengan kondisi wabah yang terjadi, sebagian mereka memborong habis seluruh makanan hingga tak bersisa termasuk senjata senjata untuk menjaga keamanan mereka (seperti di Amerika ketika awal pandemi). Mereka berasumsi dapat hidup selamanya di dunia ini sehingga makanan dan persenjataan seakan-akan menjadi perlindungan untuk memperpanjang kehidupan. Bagi orang yang beriman, sikap kepanikan seperti ini tidak mungkin terjadi. Bagi orang-orang beriman biasanya sangat yakin bahwa rezeki akan terus mengalir selama Allah SWT menakdirkan demikian walau seisi dunia di Lock Down. Selama Allah SWT. masih menurunkan hujan dan menumbuhkan tumbuh -tumbuhan di bumi-Nya, maka sebenarnya rezeki berupa makanan tersebut akan tetap ada. Ketika Rasulullan dan keluarga besar pendukungnya diboikot total dimana semua jalur perdagangan dan jual beli makanan disabotase, ternyata masih ada saja jalur distribusi yang bisa lolos untuk sedikit menopang hidup Rasululllah dan para sahabatnyanya. Peran istri beliau yaitu ibunda Khadijah tak kalah heroiknya dimana hampir seluruh hartanya habis untuk membeli makanan yang harganya dibuat mahal oleh pasar Jahiliyah pada saat itu, belum lagi para sahabat sahabat lain yang tidak terkena dampak boikot, mereka secara diam-diam menyalurkan bantuan untuk bertahan hidup alakadarnya. Walaupun demikian, semua usaha ini tidak dapat menghindarkan beberapa keluarga besar pendukungnya yang meninggal akibat penyakit penyakit dampak kekurangan makanan. Tetapi yang menjadi pelajaran adalah walaupun boikot total dilakukan, ada saja jalan untuk menyelamatkan keberlangsungan hidup pada saat itu, boleh jadi pada wabah Covid-19 saat ini, gerakan mendermakan makanan gratis sangat signifikan dalam menekan dampak dampak akibat krisis ekonomi yang berimbas pada daya beli terhadap makanan. Andaikan gerakan mendermakan makanan gratis menjadi massif maka problematika kelaparan akan cepat teratasi bahkan pasca wabah selesai.

Ketiga, keyakinan akan pertolongan Allah SWT akan mendatangkan kesabaran ekstra dan menjauhkan kepanikan, Rasulullah dan para sahabatnya pada saat krisis tersebut bersabar untuk menunggu pertolongan Allah sambil berikhtiar untuk bertahan hidup, setelah hampir tiga tahun, ternyata pertolongan itu datang yaitu bergejolaknya beberapa elit Quraisy yang menganggap pemboikotan kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib sesuatu yang zhalim, ditambah pula mukjizat dari Alah SWT berupa dimakan rayapnya tulisan pasal-pasal pada piagam boikot tersebut yang diletakkan di dalam Ka’bah. Andaikan pada saat itu Rasulullah dan para keluarga besar pendukungnya tidak bersabar dan melakukan perlawanan dengan kekuatan yang masih melemah, maka korban atau mudharrat yang lebih besar mungkin akan dirasakan, selain itu pula dengan bersabarnya Rasulullah, maka menjadi bukti kekejaman dan kezaliman para elit Mekkah yang mendatangkan simpati dari penduduk Mekkah yang lainnya. Bersabar di tengah krisis akan dapat kita lakukan ketika kita yakin bahwa suatu masa nanti pertolongan Allah SWT akan datang kepada hamba-hambanya yang dizhalimi apalagi wabah Covid-19 diindikasikan adalah bagian dari perang biologi yang ingin merusak tatanan kehidupan di dunia. Pastinya orang orang zhalim yang membuat susah seluruh dunia khususnya ummat Islam akan Allah balas dengan sekeras-kerasnya. Kita hanya menunggu saat itu datang dengan bersabar, berdoa dan ikhtiar bertahan dengan yang kita mampui sambal saling membantu sesama.

Empat, Rasulullah dan para keluarga besar pendukungnya sangat yakin bahwa tidak ada penderitaan yang tidak akan berakhir apalagi wahyu Allah SWT dalam surat Al-Insyirah menegaskan hingga mengulang dalam dua kali ayat, yaitu sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, akhirnya terbukti tak lama setelah peristiwa pemboikotan tersebut Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk berhijrah ke wilayah yang sangat bersahabat kepada Rasulullah yaitu negeri Madinah. Kepedihan dan penderitaan selama hampir tiga tahun di Mekkah pada saat pemboikotan seolah olah tidak terasa dengan dengan wilayah baru yang subur dan bersahabat seperti di Madinah. Janji Allah pasti terjadi yaitu sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, andaikan dalam kesulitan yang kita hadapi sekarang kita jalani dengam kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT maka pada saatnya nanti setelah wabah ini selesai maka Allah akan gantikan dengan segala macam kemudahan. Mungkin, bagi para pengamat ekonomi sekuler meragukan bangkitnya kondisi ekonomi secara cepat setelah wabah Covid-19 berlalu, tetapi  bumi dan segala isinya ini adalah milik Allah SWT, maka Allah SWT yang bisa mempercepat penyelesaian masalah atau tidak. Sebagai contoh, dulunya tidak ada yang pernah menduga bahwa negeri-negeri Arab / Timur Tengah yang gersang dan kering bisa menikmati kehidupan yang mewah dari hasil minyak bumi yang terdapat dibawah tanah tanah mereka. Allah lah yang mengadakan minyak minyak tersebut sehingga ekonomi negeri negeri Arab bisa Makmur mengalahkan negeri lain yang subur seperti Indonesia. Kita tidak tahu scenario apa yang Allah SWT persiapkan untuk mengatasi dengan cepat pulihkan kehidupan ekonomi kita khusunya kita umat Islam sebagai hambanya yang ber-iman, kita harus yakin bahwa selama bumi ini masih dalam penjagaan Allah SWT maka Allah sendiri nanti yang akan mengatasi masalah masalah yang selama ini kita keluhkan.

Tentunya masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil dalam meneladani Rasulullah ketika saat saat krisis pada masa beliau diboikot. Intinya, kita harus paham bahwa memang sudah Sunnatullah adanya masa ujian dan cobaan selama kita hidup di dunia seperti krisis yang kita hadapi sekarang ini, karena Dunia ini tidak Allah ciptakan seperti layaknya surga yang 24 jam kita berada dalam kenikmatan tanpa ada kesengsaraan sedikit pun. Di sana lah kita memetik hasil atas kelulusan kita dalam menghadapi segala ujian dan cobaan selama kita hidup di dunia ini. Itulah Kemenangan yang Agung.

Oleh Ustadz Dr Taufik Hidayat M.Sc (Kasubdiv Konsultasi dan Pelayanan Umat PPPIJ)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

5 × four =