JIC – Ikhwani rahimakumullah insyaAllah dalam waktu dekat kita akan memasuki bulan yang penuh dengan kemuliaan, raja nya seluruh bulan, sayyidussyuhur yaitu bulan suci Ramadhan. Maka dalam hal ini ada beberapa point yang perlu kita garis bawahi sebagai bentuk persiapan kita menyambut datangnya bulan suci Ramadhan agar kita mendatanginya dengan sebaik mungkin.
Pertama, hendaknya kaum muslimin dan khususnya kaum muslimat mengingat dan menghitung apabila di bulan Ramadhan yang lalu ada puasa yang kita tidak tunaikan, apabila di bulan Ramadhan yang lalu kita sakit atau kita musafir sehingga membatalkan puasa atau seorang wanita muslimah yang datang bulan sehingga dia tidak puasa maka hendaknya dia segera bergegas membayar puasa Ramadhan tersebut sebelum datang bulan Ramadhan yang akan datang.
Sayidah Aisyah menyatakan ‘
أن عائشة رضي الله عنها تقول كان يكون علي الصوم من رمضان فما أستطيع أن أقضي إلا في شعبان قال يحيى (الراوي) الشغل من النبي أو بالنبي صلى الله عليه وسلم
“Aku punya kewajiban mengqodho puasa Romadhon namun aku tidak bisa mengqodhonya kecuali dibulan syaban “ (HR Bukhari)
Kedua, hendaknya kita merapikan atau menata akidah kita. Setiap muslim wajib meyakini bahwasanya puasa ramadhan adalah suatu kewajiban dari Allah SWT bukan sesuatu yang sunnah atau anjuran biasa sehingga ulama menjelaskan manakala seorang muslim meyakini bahwa puasa Ramadhan itu tidak wajib ini adalah salah satu penyebab ke murtad-an atau dia keluar dari pada agama Islam wal ya’udzubillah mindzalik, karena Allah SWT telah menjelaskan ini dalam Al Qur’an.
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa [Surat Al-Baqarah 183]
Sehingga orang yang tidak meyakini ayat Alquran atau meragukan kewajiban puasa, hal ini bisa menyebabkan (memicu) dirinya keluar dari agama Islam naudzubillah mindzalik. Oleh karena itu hendaknya setiap muslim meyakini bahwa puasa di bulan Ramadhan ini adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar.
Ketiga, hendaknya kita sambut Ramadhan dengan hati gembira, jangan sampai ada perasaan berat hati dalam hati kita ketika datang bulan suci ramadhan, mungkin sebagian orang merasakan bahwa ketika datang Ramadhan dia merasa keberatan sehingga dia merasakan khawatir kerjanya terganggu atau urusan-urusan duniawinya menjadi terbengkalai.
Hal ini dinyatakan oleh Al Imam ibnu hajar dalam kitab azawajir bahwa perasaan yang demikian adalah merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan ini adalah dosa hati yang tidak boleh dibiarkan pada hati seorang muslim meremehkan atau sedih, susah hati dan keberatan saat kedatangan bulan suci Ramadhan karena ini adalah perkara yang sangat berbahaya dalam akidah umat Islam.
Justru kita diperintahkan untuk bahagia dengan anugerah Allah dan Ramadhan adalah salah satu anugerah terindah yang pernah Allah berikan kepada kita.
(قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ)
“Katakanlah hendaknya mereka bahagia dengan anugerah dan rahmatNya, hal itu lebih baik daripada apapun yang mereka kumpulkan” [Surat Yunus 58]
dalam hadits juga disebutkan :
“من سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن”
Rasulullah SAW bersabda : “siapa orang yang berbahagia akan perbuatan baiknya dan sedih akan perbuatan buruknya dialah orang mukmin” (HR Atturmudzy).
Sehingga ini bisa menjadi barometer keimanan kita, apabila datang bulan suci ramadhan dan kita bahagia dalam menyambutnya, insyaAllah kita akan melakukan sholat tarawih kita akan melakukan ibadah-ibadah yang lainnya dengan perasaan gembira yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik.
Dan sebaliknya apabila seseorang merasa keberatan dengan sesuatu yang dibesarkan oleh Allah SWT, maka ini adalah indikasi terdapat benih-benih kemunafikan dalam hatinya, naudzubillah mindzalik. Apabila hal ini dipelihara bukan tidak mungkin nilai-nilai keimanannya akan terus merosot dan akan menjerumuskannya kedalam wafat dalam keadaan suul khotimah atau dalam keadaan yang tidak baik wal yaudzubillah mindzalik.
Keempat, dijelaskan oleh Al Habib Salim bin Abdullah Assyatiri bahwa sebagian para salafussholeh apabila hendak datang bulan suci Ramadhan dibulan Sya’ban mereka dari awal sudah menyiapkan persiapan-persiapan yang mereka butuhkan selama bulan Ramadhan, entah itu berupa makanan berupa pakaian dan lain sebagainya sehingga ketika datang bulan suci Ramadhan mereka sudah tidak disibukan lagi dengan urusan-urusan duniawi. Bahkan untuk Idul Fitri sekali pun mereka dari awal bulan Sya’ban mereka sudah memenuhi kebutuhannya, sehingga ketika datang bulan suci ramadhan dari awal sampai akhir mereka sudah tidak disibukan lagi dengan urusan duniawi mereka dan mereka beribadah dengan tenang kepada Allah SWT.
Ada sebuah kisah dari salah seorang pedagang minuman es cendol dan setiap harinya setiap dia berdagang dia menyisihkan uang untuk dia tabungkan sehingga apabila sudah datang bulan Ramadhan dia buka celengan tersebut dan dia tutup gerobaknya dan dia tidak berdagang sama sekali, kemudian dari tabungan itu dia berikan kepada istrinya untuk keperluan selama bulan suci ramadhan dan lebaran. Pedagang itu seorang kakek tua yang bukan seorang ulama namun dia memiliki perhatian yang lebih kepada bulan suci Ramadhan dan perhatian seperti itu telah dilakuan oleh Rasulullah dan para ulama sholeh sebelum kita.
Maka maasyirol ikhwah rahimakumullah marilah kita persiapkan bulan suci Ramadhan dengan sebaik mungkin, jangan sampai kita nodai bulan suci ramadhan dengan hal-hal yang memancing kemurkaan Allah SWT karena hal itu bisa menjerumuskan kita kedalam musibah dunia akhirat wal yaudzubillah mindzalik.
Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan kebaikan dunia akhirat dengan sebab menyambut dan mempersiapkan diri akan datangnya bulan suci Ramadhan. Aamiin ya Rabbal alamin. Wallahua’lam.