PERISTIWA ISRA MIRAJ, HIKMAH, DAN IBRAHNYA

0
749

JIC- Isra Miraj merupakan peristiwa maha dahsyat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam alami. Sebelumnya, tak ada satu pun manusia yang mengalaminya. Menempuh perjalanan superkilat lalu naik ke langit hingga sidratul muntaha.

Banyak peristiwa yang Rasulullah alami sewaktu isra miraj sejak pemberangkatan hingga kembali. Apa saja peristiwa itu, bagaimana kisahnya dan apa saja hikmah serta ibrahnya? Berikut ini pembahasan lengkapnya.

Arti Isra’ Mir’aj
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Isra‘: 1).

<span;>Mi’raj secara bahasa artinya adalah naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini terisyaratkan dalam surat An Najm.

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar” (QS. An-Najm: 13-18).

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.

“Tempat ini seperti as sidrah yang artinya pohon nabk karena mereka berkumpul di bawah teteduhannya. Di dekat sidratul muntaha ada surga Al Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang mukmin yang bertaqwa,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili.

Tanggal Terjadinya Isra Miraj
Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah-nya, Ar Rahiqul Makhtum, menjelaskan enam pendapat kapan terjadinya Isra miraj.

1. Peristiwa Isra’ terjadi pada tahun ketika Rasulullah mendapatkan wahyu pertama. Ini merupakan pendapat Ath Thabari.

2. Isra miraj terjadi lima tahun setelah Rasulullah menjadi Nabi. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Imam An Nawawi dan Al Qurthubi.

3. Isra miraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 kenabian. Allamah Al Manshurfuri memilih pendapat ini.

4. Peristiwa ini terjadi 16 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 12 kenabian.

5. Peristiwa ini terjadi 1 tahun 2 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun 13 kenabian.

6. Terjadi 1 tahun sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun 13 kenabian.

Prof. Dr. Muhammad Ali Ash Shalabi dalam buku Sirah Nabawiyah-nya menegaskan bahwa isra miraj terjadi satu tahun sebelum hijrah ke Madinah.

Prof. Dr. Muhammad Sameh Said dalam buku Sirah Nabawiyah-nya, Muhammad Sang Yatim, menjelaskan bahwa peristiwa isra miraj terjadi pada malam 27 Rajab, namun para ulama berbeda pendapat mengenai tahunnya. Sedangkan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menegaskan bahwa isra’ mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian.

Isra Miraj sebagai Tasliyah
Isra miraj merupakan tasliyah (hiburan) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tengah berduka hingga tahun itu terkenal sebagai amul huzn (tahun duka cita). Mengapa beliau berduka? Ada beberapa sebab.

Pertama, paman beliau, Abu Thalib, wafat pada bulan Rajab tahun 10 kenabian. Pendapat lain yang terpilih oleh Al-Mubarakfuri dan Imam Ibnu Abil Izz, Ramadhan tahun 10 kenabian, tiga hari sebelum wafatnya Khadijah radhiyallahu ‘anha.

Meskipun tidak mau masuk Islam, Abu Thalib adalah pembela sejati Rasulullah. Beliau yang senantiasa pasang badan saat orang-orang kafir Quraisy menyakiti Rasulullah atau hendak mencelakakannya.

Dengan kedudukannya sebagai tokoh Quraisy, ia melindungi Rasulullah sehingga orang-orang Quraisy tidak berani membunuh beliau.

Kedua, tak lama setelah Abu Thalib wafat, Khadijah radhiyallahu ‘anha juga wafat. Khadijah adalah istri pertama Rasulullah yang sangat beliau cintai. Sejak Rasulullah mendapat wahyu, Khadijah adalah orang pertama yang mendukung beliau. Ketika kembali dari  gua hira’ dalam kondisi demam, Rasulullah minta kepada Khadijah “zammilunii.. zammilinuii..” Selimuti aku… selimuti aku. Lalu Khadijah menyelimuti beliau, menenangkan beliau, memotivasi dan membangkitkan optimisme bahwa yang datang kepada beliau adalah kebaikan.

Khadijah merupakan orang yang pertama beriman dan mendukung dakwah beliau. Saat Rasulullah membutuhkan dana untuk dakwahnya entah memerdekakan budak, membantu fakir miskin atau keperluan lainnya, Khadijah yang mensupport beliau dengan hartanya. Khadijah pula yang memberi beliau keturunan termasuk Fatimah. Khadijah pula yang dengan kedudukan mulianya melindungi Rasulullah.

Maka wafatnya Khadijah merupakan duka tersendiri bagi Rasulullah. Bagaimana mungkin kehilangan pendamping hidup sejati dan pendukung dakwah hakiki bukan sebuah duka?

Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, posisi Rasulullah semakin terjepit. Intimidasi kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Dakwah di  Makkah serasa tidak lagi memiliki celah untuk bergerak.

Namun, Rasulullah tak mau berdiam diri. Dakwah di Makkah sangat terbatas akibat intimidasi yang kian menjadi, beliau pun berupaya dakwah ke luar Makkah. Beliau pergi ke Thaif dengan harapan masyarakat di sana menerima dakwahnya. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thaif justru mengusir Rasulullah dan melempari dengan batu hingga kaki beliau berdarah.

Setelah mengalami amul huzn inilah, Allah Subhanahu wa Ta’ala meng-isra’-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Mulai dari perjalanan yang super kilat ke Baitul Maqdis, mengimami para Nabi di sana, lantas naik ke sidratul muntaha, bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapat perintah shalat lima waktu. Allah juga memperlihatkan surga dan neraka. Semua rangkaian peristiwa itu merupakan tasliyah bagi beliau.

Ibrah dan Hikmah Isra’ Mi’raj
Isra’ mi’raj memiliki banyak ibrah dan hikmah. Berikut ini 10 hikmah isra miraj:

1. Setelah cobaan datang silih berganti, bahkan Rasulullah mengalami tahun duka cita, Allah memberinya tasliyah (hiburan) dengan isra miraj ini.

2. Rasulullah memilih susu untuk beliau minum sebelum mi’raj lalu Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah agama fitrah dan kesucian.

3. Shalat Rasulullah bersama para Nabi di Baitul Maqdis menunjukkan kedudukan beliau sebagai pemimpin para Nabi.

4. Sesungguhnya Masjid  Al Aqsha memiliki kaitan erat dengan  Masjidil Haram. Masjid Al Aqsha merupakan tempat isra’ Rasulullah dan kiblat pertama umat Islam. Karenanya umat Islam harus mencintai Masjid Al Aqsha dan mempertahankannya dari segala upaya penjajah Yahudi yang hendak mencaplok dan merobohkannya.

5. Urgensi shalat dan kedudukannya yang agung. Jika perintah lain cukup dengan wahyu melalui Malaikat Jibril, perintah shalat langsung Allah turunkan kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril. Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hambaNya.

6. Rasulullah hendak mencapai fase baru yakni hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Maka Allah memurnikan barisan dakwah dengan isra miraj. Orang-orang yang tidak kuat aqidahnya dan mudah goyang keyakinannya, mereka murtad setelah mendengar tentang isra miraj. Adapun yang imannya kuat, mereka justru semakin kuat imannya.

7. Keberanian Rasulullah sangat tinggi dalam berdakwah dengan menyampaikan isra miraj kepada mereka. Meskipun mereka tidak akan percaya bahkan mencemooh dan mengolok-olok, Rasulullah tetap menyampaikan. Beliau bahkan memberikan bukti-bukti empiris kepada kafir Quraisy meskipun mereka justru menuduh beliau sebagai tukang sihir.

8. Keimanan umat yang paling sempurna adalah imannya Abu Bakar. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengabarkan bahwa Muhammad mengatakan telah isra miraj, beliau langsung mempercayainya. “Jika yang mengatakan Rasulullah, aku percaya,” demikian logika keimanan Abu Bakar sehingga beliau mendapat gelar Ash Shiddiq.

9. Rasulullah menyampaikan bahaya penyakit masyarakat yang beliau lihat. Beliau melihat bagaimana siksa untuk orang yang suka ghibah, orang yang berzina, orang yang makan harta anak yatim, dan lain-lain.

10. Para sahabat menjadi perhatian terhadap Masjid Al Aqsha yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Kelak di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, umat Islam berhasil membebaskan Masjid Al Aqsha.

Demikian pembahasan isra miraj mulai dari pengertian, amul huzn, kisah lengkap hingga hikmah dan ibrahnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

three × 3 =