ISLAM SANGAT RAMAH TERHADAP BUDAYA INDONESIA

0
467

umat

JIC – Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Masdar Farid Mas’udi mengatakan Islam hadir ke bumi bukanlah untuk menghancurkan sistem budaya, melainkan sebagai petunjuk ilahi.

“Islam datang untuk menggarisbawahi yang baik dan menyempurnakannya,” ungkap Masdar Farid Mas’udi dalam Rapat Pleno ke-9 Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, Kamis (22/6).

Masdar Farid Mas’udi menegaskan ketikabdakwah atau risalah Islam datang ke masyarakat manapun tidak boleh dipahami sebagai kekuatan penghancur adat-istiadat atau tata budaya yang hidup di masyarakat yang ada. Kecuali, adat istiadat tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Dalam kaidah fikihnya, Masdar Farid Mas’udi menjelaskan Islam datang membawa misi untuk mempertahankan tradisi lama yang baik dan menawarkan budaya baru yang lebih baik. Dengan demikian, untuk menjadi Muslim yang baik, umat Islam tidak harus mencampakkan, mengharamkan, apalagi menghancurkan warisan budaya yang tumbuh di lingkungan sosial masing-masing, baik yang lunak maupun keras, yang berupa tata nilai tatanan sosial maupun budaya yang bersifat seperti candi, monumen dan lain sebagainya.

Perspektif Islam tentang budaya ini, menurut Masdar Farid Mas’udi penting untuk ditegaskan dengan serius mengingat belakangan ini muncul gelombang sentimen keislaman yang hendak menghancurleburkan segala sesuatu sebagaimana dipertunjukkan gelombang keislaman garis super keras di Timur Tengah.

Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra mengungkapkan pada dasarnya Islam sangat ramah terhadap budaya, selama budaya itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok Islam, seperti tauhid.

“Budaya merupakan realitas kehidupan yang dilahirkan oleh setiap manusia yang hidup di muka bumi ini,” ujar Azyumardi Azra dalam Rapat Pleno ke-9 di Jakarta, (22/6).

Azyumardi Azra menyebutkan Islam akan mendukung budaya yang mendatangkan manfaat dan tidak bertentangan dengan tauhid Islam akan mendukung budaya itu. Azyumardi Azra memgingatkan keberagaman budaya hendaknya untuk memperkaya warisan Indonesia bukan justru untuk mempertajam jurang permusuhan.

Menurut Azyumardi Azra, keragaman inilah yang membuat Islam Indonesia menjadi inklusif. Kunci dalam menjaga kerukunan berbangsa dan bernegara yang terpenting adalah mendatangkan kemaslahatan bagi umat dan bangsa. Saling silaturahim, selamatan, dan tahlilan merupakan contoh budaya yang memperkaya budaya Islam di Indonesia.

Untuk menghindari friksi yang mungkin terjadi, Azyumardi Azra meminta masyarakat Indonesia khususnya umat Islam saling menghargai dan memperkuat toleransi. “Karena  memang umat Islam berbeda bukan hanya soal budaya, bahkan dalam hal menafsirkan Alquran pun bisa ada perbedaan,” kata dia.

Sumber ; republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nine + 11 =