Home News Update ARTIKEL: HOAKS, BUKAN SEKEDAR KABAR BOHONG

ARTIKEL: HOAKS, BUKAN SEKEDAR KABAR BOHONG

0
242

Tangkapan layar klarifikasi unggahan hoaks (ANTARA/HO/Kementerian Komunikasi dan Informatika)

“Tentu saja di balik penyebaran hoaks itu ada modus kepentingan-kepentingan tertentu.”

Jakarta, JIC – Ketika Presiden Joko Widodo memulai masa pemerintahannya pada 20 Oktober 2014 berbagai masalah yang menanti untuk dibenahi sudah mengantre. Namun tak seperti para pendahulunya, Jokowi juga harus menangani maraknya kabar bohong atau hoaks.

Seiring dengan perkembangan teknologi digital dan juga semakin luasnya jaringan internet maka masyarakat menikmati kemudahan untuk mengakses dan mengirimkan informasi dari dan ke berbagai kanal percakapan yang ada di dunia maya.

Data yang dikeluarkan oleh Hootsuite, pada Januari 2018 dari 265,4 juta penduduk Indonesia, 132,7 juta di antaranya merupakan pengguna layanan internet. Dari jumlah itu, 130 juta di antaranya merupakan pengguna aktif media sosial.

Pengguna layanan internet dengan gawai pada Januari 2018 di Indonesia tercatat 177,9 juta orang dan 120 juta di antaranya aktif di media sosial dan mengaksesnya melalui gawai atau telepon selular miliknya.

Data yang dikeluarkan oleh Hootsuite itu menunjukkan bagaimana peningkatan yang signifikan jumlah pengguna internet di Indonesia dan juga warganet yang aktif berinteraksi di media sosial. Seiring dengan kemudahan dan harga telepon selular yang semakin terjangkau, penggunaan gawai untuk mengakses internet dan aktif di media sosial juga meningkat.

Dengan perkembangan ini maka terjadi pergeseran bagaimana masyarakat menyikapi informasi yang bertebaran di sekitar mereka.

Sebelum maraknya penggunaan media sosial dan kemudahan akses intrnet,  media massa dan wartawan menjadi sumber utama informasi masyarakat. Namun seiring dengan perubahan tadi, kini masyarakat juga menjadi sumber informasi bagi masyarakat lainnya bahkan di beberapa kasus juga sumber bagi media massa dan wartawan.

Sayangnya perkembangan ini tidak diikuti dengan pemahaman tentang bagaimana memperlakukan sebuah informasi yang didapat. Masalah seperti ini tidak akan dihadapi oleh wartawan karena mereka terbiasa untuk melakukan pengecekan data dan fakta sebelum kemudian mengolah informasi tersebut menjadi sebuah berita dan didistribusikan kepada khalayak ramai.

Dalam sejumlah kajian yang dilakukan, media sosial menjadi salah satu sarana untuk menyebarkan kabar bohong, selain saran-sarana komunikasi lainnya. Dan sayangnya kerap kali masyarakat begitu saja percaya atas sebuah informasi yang dilihat di media sosial miliknya.

Tak heran kemudian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) merilis data mengenai jumlah kabar bohong yang marak beredar di media sosial dalam kurun waktu Agustus 2018 hingga April 2019.

Menurut Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Ferdinandus Setu, dalam kurun waku tersebut tercatat 1,731 hoaks atau kabar bohong yang berhasil mereka temukan dilakukan tindakan.

Bahkan sepanjang April 2019 lalu saja, kata Ferdinandus Setu, jumlah hoaks atau kabar bohong tercatat 486 kabar bohong yang berhasil ditemukan. Sekitar 209 hoaks di antaranya adalah terkait dengan isu politik.

Isu politik di tahun politik 2019 memang menjadi bahasan yang menarik. Sebagaimana diuraikan oleh Ferdinandus Setu dalam sebuah kesempatan, dari kurun waktu Agustus 2018 hingga April 2019 jumlah hoaks kategori politik mencapai 620 hoaks, sementara kategori pemerintahan hanya 210 hoaks dan kategori kesehatan 200 hoaks.

sumber : Antaranews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × five =

toto

coloktoto

toto