Home News Update Dunia Islam ARTIKEL : SUKARNO DAN JEJAK ISLAM DI DAGESTAN, RUSIA (2)

ARTIKEL : SUKARNO DAN JEJAK ISLAM DI DAGESTAN, RUSIA (2)

0
479
JIC, LONDON —Republik Dagestan adalah salah satu negara bagian yang memiliki kekhasan di Rusia. Ada 22 negara bagian di Rusia dengan nama Republik karena mayoritas penduduknya bukan etnis Rusia. Walaupun secara resmi namanya sudah dihapus, namun masih banyak yang menyebutnya sebagai republik, seperti Republik Tatarstan, dengan kepala pemerintahannya bergelar presiden.

Sebagaimana Chechnya dan Tatarstan, mayoritas penduduk Dagestan beragama Islam, bahkan Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Republik Dagestan, Enrik Muslimov, menyebut sekitar 95% warga Dagestan beragama Islam.

Hal ini terlihat dengan banyaknya masjid di Dagestan. Kita bisa mendengarkan suara adzan dan kaum wanita sebagian mengenakan jilbab, persis seperti di Indonesia.

Tidak sedikit juga yang menggunakan baju modis ala wanita modern. Bahkan mereka umumnya berparas cantik karena campuran dari Persia, Arab, Barat dan lokal. Islam di Dagestan cukup toleran dan moderat dan beraliran Sunni seperti di Indonesia.

Di Makhachkala terdapat masjid yang diklaim sebagai yang terbesar di Rusia dan bahkan Eropa mengalahkan Masjid Katedral di Moskow. Masjid Jumma Makhachkala dapat menampung sekitar 17 ribu jamaah, dibanding Masjid Katedral Moskow yang hanya menampung 10 ribu orang. Bahkan saat ini sedang dibangun Islamic Center di tanah seluas 35 ha, dengan masjid yang akan mampu menampung sekitar 50 ribu jamaah.

Sekitar 170 kilometer ke arah selatan dari Makhachkala, atau 2,5 jam perjalanan darat, terdapat kota tua Derbent yang berumur sekitar dua ribu tahun bahkan lebih. Derbent dimasukkan UNESCO menjadi salah satu kota “heritage” yang dilindungi.

Di Derbent terdapat benteng Naryn-Kala yang dibuat abad VI oleh Kerajaan Sasanian untuk melindungi diri dari serangan penduduk pegunungan Kaukasia. Di kota itu juga terdapat masjid tertua yang dibangun tahun 734 atau 10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat di jaman Kekhalifaan Rasyidin di bawah Abu Bakar, melalui peperangan.

Tidak jauh dari masjid terdapat makam kuno para martir yang sampai saat ini masih dirawat dengan baik.

Selama ini Dagestan dianggap sebagai wilayah konflik dan bahkan situs-situs perjalanan masih menyebutkan daerah ini tidak aman untuk turis. Ternyata keadaan di lapangan berbicara lain.

Di luar acara resmi, Dubes Wahid berkunjung ke pasar. Pasar adalah potret kehidupan masyarakat umum yang tidak bisa direkayasa. “Saya melihat suasana yang ramai seperti pasar pada umumnya, tidak melihat adanya tentara yang berjaga, hanya satpam biasa,” ujar Dubes Wahid.

Kedatangan Dubes Wahid menarik perhatian para penjual, karena wajahnya berbeda dan jarang melihat turis dari Asia Tenggara. Setelah mengetahui yang datang dari Indonesia, mereka pun beramai-ramai menawarkan oleh-oleh untuk dibawa pulang.

“Hal ini sangat menyentuh hati, dan harus mencari tas tambahan untuk membawa oleh-oleh dari mereka,” demikian Dubes Wahid. (ZG)

sumber : antaranews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

18 − 5 =

toto

toto

Situs Toto

Situs Toto

Togel Online