AS-SALT YORDANIA: KOTA KECIL ‘AKULTURASI KEKAISARAN OTTOMAN DAN BARAT’ YANG PENUH TOLERANSI BERAGAMA DAN KERAMAHAN WARGANYA. (2)

0
407
Penduduk As-Salt memasang sofa di jalan tempat mereka bertemu untuk bermain manqala, permainan papan yang populer.                                        SUMBER GAMBAR,MARTA VIDAL

JIC, —  “Topografi kota telah memupuk rasa kebersamaan dan kedekatan. Tetangga tinggal sangat dekat satu sama lain dan saling mendukung dalam berbagai cara,” katanya.

Jaringan tangga yang saling terkait, halaman bersama, dan alun-alun telah mendorong pengembangan masyarakat multi-agama yang toleran dan membawa rasa memiliki pada ruang bersama.

Sebagian besar bangunan tradisional memiliki halaman atau teras komunal di mana tetangga bisa memasak, makan dan minum bersama.

“Orang-orang di sini masih hidup seolah-olah mereka adalah bagian dari keluarga yang sama, tidak ada pemisahan di antara mereka,” kata Abu Rumman saat kami duduk bersama di sebuah ruangan di museum Abu Jaber dengan pemandangan pegunungan kota yang indah.

Dia menunjuk ke alun-alun di seberang museum, tempat para lelaki tua dari berbagai latar belakang bertemu setiap hari untuk bermain backgammon dan manqala, permainan papan kuno yang dipopulerkan oleh Ottoman.

Dia kemudian menunjuk ke masjid dan gereja di depannya.

Jalan Hammam adalah gang sibuk yang penuh dengan toko-toko dan dinamai berdasarkan pemandian Turki kuno

SUMBER GAMBAR,MARTA VIDAL

Keterangan gambar : Jalan Hammam adalah gang sibuk yang penuh dengan toko-toko dan dinamai berdasarkan pemandian Turki kuno

“Gereja itu menghadap masjid dan mereka berbagi pintu masuk yang sama,” katanya.

“Muslim dan Kristen berpartisipasi dalam perayaan satu sama lain. Mereka berbagi apa yang mereka miliki dengan tetangga mereka.”

Bukti yang paling jelas terlihat di gereja tertua di kota itu. Dibangun pada tahun 1682 di sekitar sebuah gua di mana dikatakan bahwa Saint George menampakkan diri kepada seorang gembala.

Gereja ini dikenal dalam bahasa Arab sebagai Al-Khader, seorang tokoh Islam yang disinkronkan dengan Saint George di wilayah tersebut.

Interior batu berkubah gereja penuh dengan ikon dan mosaik yang menggambarkan Saint George membunuh naga, dan sisa-sisa gua dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai latar belakang yang datang untuk menyalakan lilin dan meninggalkan harapan tulisan tangan.

Sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

18 − three =