BAYI-BAYI GAZA GUGUR KEDINGINAN DI TENGAH SEMAKIN BRUTALNYA PEMBANTAIAN ISRAEL

0
299
bayi-bayi-gaza-gugur-kedinginan-di-tengah-semakin-brutalnya-pembantaian-israel

JIC- Badan PBB yang menangani bantuan kemanusiaan bagi anak-anak (UNICEF) memperingkatkan angka kematian anak di Gaza akan naik jika serangan Israel tak dihentikan.

Balakrishnan Rajagopal, Pelapor Khusus PBB tentang Hak Atas Perumahan yang Layak mengatakan, ia telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa lebih dari satu juta warga Palestina tidak memiliki tempat berlindung untuk menghadapi kondisi musim dingin.

“Sekarang bayi-bayi mati kedinginan,” imbuh Rajagopal, seraya mencatat bahwa ini adalah pencapaian lain dari apa yang disebutnya sebagai “tentara paling bermoral di dunia” milik Israel.

Beberapa bayi Palestina meninggal karena kedinginan dalam beberapa malam terakhir di Gaza, termasuk tiga bayi yang meninggal karena hipotermia di apa yang disebut dengan “zona kemanusiaan” di al-Mawasi.

Dilansir dari Kantor Berita Aljazeera pada Kamis (26/12/2024), Ahmed al-Farra, direktur bangsal anak-anak di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, mengonfirmasi kematian Sila Mahmoud al-Faseeh yang berusia tiga minggu pada hari Rabu (25/12/2024), seraya menambahkan bahwa dua bayi lainnya, berusia tiga hari dan satu bulan, telah dibawa ke rumah sakit selama 48 jam sebelumnya setelah meninggal karena hipotermia.

“Bayi-bayi tersebut dalam keadaan sehat dan lahir secara sehat, namun karena suhu yang sangat dingin di dalam tenda, terjadi penurunan suhu yang signifikan sehingga sistem tubuhnya berhenti bekerja dan menyebabkan kematiannya,” kata al-Farra, merujuk pada kematian Sila dalam wawancaranya dengan Al Jazeera.

Mahmoud al-Faseeh, ayah dari bayi bernama Sila, mengatakan keluarga itu telah tinggal dalam “kondisi buruk” di tenda mereka di al-Mawasi, sebuah wilayah bukit pasir dan lahan pertanian di pantai Mediterania Gaza, dekat kota selatan Khan Younis.

Al-Mawasi ditetapkan sebagai “zona aman”, tetapi diserang berulang kali selama 14 bulan terakhir serangan Israel.

“Kami tidur di pasir dan tidak punya cukup selimut dan kami merasa kedinginan di dalam tenda,” katanya kepada Al Jazeera.

“Hanya Tuhan yang tahu kondisi kami.

Situasi kami sangat sulit,” tambahnya. Tenda keluarga itu tidak tertutup rapat terhadap angin dan tanahnya dingin, dengan suhu pada Selasa malam turun hingga 9 derajat Celsius (48 derajat Fahrenheit).

Bayi itu terbangun sambil menangis tiga kali semalam.

Pada pagi harinya, orang tuanya mendapati dia tidak sadarkan diri, tubuhnya kaku, “seperti kayu”, kata al-Faseeh dalam wawancara lain dengan kantor berita The Associated Press.

Dia segera membawa bayi itu ke Rumah Sakit Nasser, tetapi sudah terlambat untuk menyelamatkannya

Dr. Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan bayi Sila “membeku hingga meninggal karena suhu dingin yang ekstrem”, dan menggarisbawahi bahwa lokasi tersebut telah dinyatakan sebagai “zona kemanusiaan aman sementara bagi para pengungsi” oleh militer Israel.

Pengeboman dan invasi darat Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, lebih dari separuhnya wanita dan anak-anak.

Serangan itu telah mengakibatkan kerusakan yang luas dan menyebabkan sekitar 90 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi, seringkali berkali-kali.

Ratusan ribu orang memadati kampkamp tenda di sepanjang pantai saat musim dingin yang dingin dan basah mulai tiba.

Kelompok-kelompok bantuan telah berjuang untuk mengirimkan makanan dan perlengkapan serta mengatakan bahwa ada kekurangan selimut, pakaian hangat, dan kayu bakar.

“Ini adalah contoh nyata konsekuensi perang yang tidak adil ini dan dampaknya terhadap masyarakat Jalur Gaza,” kata al-Farra.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × three =