Catatan Kecil PSSI

0
349

Sejak tahun 1974, saat PSSI dipimpin ketua umumnya, Bardosono, hingga sekarang, Nurdin Halid, prestasi sepakbola Indonesia mengalami stagnasi. Bisa dilihat dari hasil pencapaian timnas dalam berbagai arena resmi yang diselenggarakan FIFA, seperti kualifikasi Pra-Piala Dunia, penyisihan Olimpiade, ataupun yang dilaksanakan AFC untuk level Asia semisal Kejuaraan Piala Asia, Asian Games. Terakhir, menjuarai SEA Games tahun 1993. Namun, setelah itu, kini tak pernah lagi.

Sejak tahun 1974, saat PSSI dipimpin ketua umumnya, Bardosono, hingga sekarang, Nurdin Halid, prestasi sepakbola Indonesia mengalami stagnasi. Bisa dilihat dari hasil pencapaian timnas dalam berbagai arena resmi yang diselenggarakan FIFA, seperti kualifikasi Pra-Piala Dunia, penyisihan Olimpiade, ataupun yang dilaksanakan AFC untuk level Asia semisal Kejuaraan Piala Asia, Asian Games. Terakhir, menjuarai SEA Games tahun 1993. Namun, setelah itu, kini tak pernah lagi.

Dan kini, PSSI terancam dibekukan atas dampak penolakan masyarakat terhadap kepemimpinan Nurdin Halid (NH) yang kembali mencalonkan diri sebagai ketua PSSI. Nurdin tidak semestinya lolos seleksi sebagai ketua PSSI karena dinilai tidak memenuhi persyaratan statuta FIFA.

Save Our Soccer (SOS) meminta Panitia Seleksi PSSI/ Tim Verifikasi, mencoret NH sebagai bakal calon ketua umum PSSI karena pencalonannya dinilai melanggar ketentuan dalam statuta FIFA, UU SKN tahun 2005 dan PP Nomor 16 Tahun 2007 bahwa terpidana korupsi tidak boleh menjadi ketua umum induk organisasi olahraga.

SOS menilai empat poin mengenai rekam jejak Nurdin :

Sementara berdasarkan Statuta FIFA PSSI yang disahkan oleh Musyawarah Nasional Luar Biasa PSSI bahwa terpidana tidak boleh menjabat sebagai ketua PSSI. Hal ini tersirat dalam statuta FIFA Pasal 32 ayat 4 yang berbunyi, ‘The members of the Executive Committee… must not have been previously found guilty of a criminal offence.’ Artinya, anggota komite eksekutif tidak boleh pernah dinyatakan bersalah atas tindakan kriminal.

“Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang sangat berambisi untuk mendapatkannya” (HR Muslim).

Masyarakat berharap siapapun yang menjadi Ketua Umum PSSI nantinya untuk periode 2011-2015 bisa mengemban amanah dengan sebaik-baiknya. Yang terpenting adalah bisa membawa PSSI kepada kegemilangan kembali dimana pemimpinnya dicintai oleh masyarakat. Paling tidak, ada beberapa tolok ukur layak atau tidaknya seseorang mengajukan diri sebagai calon pemimpin ke depan, antara lain :

Pertama, beriman. Kedua, memiliki keahlian (capability), seperti disebutkan dalam teori managemen, ‘the right man on the right place’.

Islam sudah mengajarkan profesionalisme lewat pesan Rasulullah : ‘Jika urusan itu diserahkan pada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya’ (H.R.Muslim).

“Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah seorang di antara kalian jika dilakukan dengan profesional” (HR : Baihaqi)

“Rasulullah menjawab; jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)”. (HR Bukhari).

Ketiga, diterima masyarakat (acceptable). Keempat, tidak arogan, otoriter dan bersedia menerima koreksi. Kelima, berkualitas, baik dari segi fisik, mental maupun intelektual.

Rasulullah bersabda: ‘seorang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah ketimbang mukmin yang lemah’ (H.R.Muslim).

Keenam, mengupayakan terwujudnya kemaslahatan umat. Segi inilah yang banyak diabaikan oleh para pemimpin saat ini. Orientasi kepemimpinan yang seharusnya ditujukan pada kemaslahatan umat berubah kearah kepentingan pribadi/golongan dan kekuasaan.

Sudahkah karakter-karakter ini dimiliki oleh Nurdin Halid atau bakal calon Ketua Umum PSSI lainnya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

9 − 4 =