
JIC – Ibadah dalam islam adalah wujud ketundukkan kepada Allah. Suatu langkah yang menghubungkan antara ciptaan (makhluk) dan penciptanya. Ibadah juga merupakan kunci untuk menuju kebaikan dalam pergaulan di tengah makhluk-makhluk ciptaan Allah. badah ini meliputi semua pilar islam yang meliputi salat, puasa, zakat, dan haji serta keseluruhan syariat. Hal ini tentu saja buka hanya sekedar tindakan fisik tanpa makna dan arti. Ibadah bagi muslim mempunyai ciri yang membuat berbeda dengan ibadah agama yang lain. Berikut ini ciri-ciri ibadah seorang muslim yang dinukil dari buku berjudul Muslim Harapan Allah dan Rosul-Nya karya Fathi Yakan:
DINAMIS
Ibadah harus hidup, diilhami oleh kecintaan terhadap Allah, dan menghasilkan perbuatan yang baik (ihsan). Rasulullah SAW, ketika ditaanya tentang ihsan, berkata: Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu (HR Bukhari dan Muslim)
RENDAH HATI
Ibadah itu harus disertai sikap rendah hati, yang diilhami oleh perasaan kagum terhadap Allah dan kedekatan perasaan. ‘Aisyah RA berkata:
Rasulullah sedang bercakap-cakap dengan kami dan kami bercakapcakap dengannya, namun apabila waktu shalat tiba ia kelihatan tidak mengenal kami, tidak juga kami kepadanya (Azdi)
Nabi SAW bersabda:
Banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya selain rasa lelah; dan banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga. (Nasa’i)
TULUS HATI
Ibadah itu harus terbuka kepada Allah dan didedikasikan kepada-Nya, bebas dari segala urusan bisnis dan berbagai kesulitan dunia ini. Rasulullah SAW menegaskan hal ini dengan mengatakan: Allah tidak akan melihat pada shalat yang tidak menghubungkan hati manusia dengan tubuhnya (Musnad al-Firdausi)
Shalat ditujukan ke akhirat; ketika Anda memulai shalat, Anda meninggalkan dunia jasmaniah ini. Al-Hasan mengatakan: Shalat tanpa hati si pelaku di dalamnya adalah jalan cepat menuju azab.
SUNGGUH-SUNGGUH
Ibadah harus bersemangat, tidak merasa jemu dan kita jangan pernah merasa puas dengan ibadah kita. Kita harus selalu berusaha lebih dekat lagi kepada Allah dengan shalat sunnah dan member respon kepada-Nya sebagai seorang hamba yang beriman. Sebuah hadits qudsi mengatakan bahwa Allah SWT mengatakan kepada Nabi SAW:
Aku akan menyatakan perang terhadap orang yang menunjukkan permusuhan kepada hamba-Ku yang shaleh. Dan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada-Ku, lebih Aku sukai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hambaku terus-menerus mendekati-Ku dengan melakukan nawafil (shalat atau melakukan amal-amal tambahan selain yang diwajibkan) hingga AKu mencintainya. Maka, Aku menjadi pendengaran dengan mana ia mendengar, dan penglihatan dengan mana ia melihat, dan tangan dengan mana ia menggenggam, dan kaki dengan mana ia berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan jika ia meminta perlindungan-Ku, Aku akan melindunginya. Aku tidak berbuat sesuatu untuk mengambil jiwa hamba-Ku yang mukmin, yang merasa takut terhadap kematian, dan Aku tidak membuat sakit atas kematian hamba-Ku itu (HR. Bukhari)
PENUH KEBAKTIAN
Ibadah hendaklah meliputi shalat tahajud (nawafil) di malam hari (qiyam al-layl). Kita harus mendisiplinkan diri dengan membiasakan shalat tahajud karena salah satu mala mini merupakan benteng keimanan yang paling efektif bagi seorang mukmin. Allah SWT berfirman:Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan (QS. AL Muzammil: 6)
Allah SWT memuji para hamba-Nya yang taat dalam kata-kata ini:
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). (QS. Adzariyat 17-18)
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada Mereka. (QS. As-Sajdah:16)
Sumber : firmadani.com











