JIC, JAKARTA-Seorang sejarahwan muslim K. Ng. Agus Sunyoto dalam bukunya yang berjudul “Atlas Wali Songo” (Rekonstruksi sejarah yang tersingkirkan) menyebutkan secara umum ajaran Kanjeng Sunan Drajat dalam menyebarkan dakwah Islam dikenal oleh masyarakat luas sebagai “Pepali Pitu” (tujuh dasar ajaran),tujuh falsafah itu kemudian dijadikan pijakan dalam kehidupan. Tujuh dasar ajaran Sunan Drajat yang dimaksud Agus Sunyoto itu adalah:
Pertama, memangun Resep Tyasing Sasama, yang artinya: “Kita selalu membuat senang hati orang lain.” Kedua, jroning Suka Kudu Eling Lan Waspodo, yang artinya: “Dalam suasana gembira hendaknya selalu ingat Tuhan dan selalu waspada.”
Ketiga, laksitaning Subrata Lan Nyipta Marang Pringga Bayaning Lampah, yang artinya: “Dalam upaya menggapai cita-cita luhur jangan menghiraukan halangan dan rintangan.” Keempat, meper Hardaning Pancadriya, yang artinya: “Senantiasa berjuang menekan gejolak-gejolak nafsu duniawi.”
Kelima, Heneng-Hening-Hanung, yang artinya: “Di dalam diam akan dicapai keheningan dan di dalam keheningan akan mencapai jalan kebebasan mulia”. Keenam, mulya guna Panca Waktu, yang artinya: “Pencapaian kemulian lahir batin dicapai dengan shalat lima waktu.”
Ketujuh, wenehono teken marang wong kang wuto. Wenehono mangan marnag wong kang luwe. Wenehono busana marang wong kang wuda. Wenehono pangiyupan marang wong kang kudanan.”
Yang artinya: “Berikan tongkat pada orang yang buta, Berikan makan pada orang yang lapar, Berikan pakaian pada orang yang telanjang ,Berikan tempat berteduh pada orang yang kehujanan.”
Maksud dari terjemahan bebas, ajaran “Pepali Pitu” tersebut diatas adalah sebagai berikut secara makna rumusan “Filosofis Sosiologis” dari ajaran kanjeng Sunan Drajat berupa, bertujuan mengajak agar setiap diri membina dalam konsep konteks membangun diri. Sebagai arti petuahnya sebagai berikut:
Pertama, di dalam kehidupan ini setiap orang pasti melakukan interaksi atau hubungan dengan orang lain, agar tujuan dan cita citanya berhasil maka harus mampu membuat orang lain senang.
Kedua, dalam perjalanan hidup ini pasti akan menjumpai suka dan duka, untuk itu apabila dalam keadaan suka harus tetap waspada.
Ketiga, demikian pula dalam mencapai cita cita luhur itu, niscaya kita menemui kesulitan kesulitan atau hambatan maka tidak boleh putus asa terhadap segala rintangan dan harus tetap waspada supaya tidak terjerumus atau tergoda oleh jalan yang sesat atau membahayakan diri sendiri. Namun tetap berani menghadapi resiko segala bentuk rintangan.
sumber : nu.or.id