JIC – Fatimah binti Khattab bin Nufail adalah adik kandung dari khalifah kedua Umar bin Khattab. Suaminya, Sa’id bin Zaid termasuk dalam kelompok yang telah dijanjikan masuk surga. Putra dari Zaid bin Amr, seorang yang hidup di masa jahiliah namun menolak menyembah berhala. Pasangan suami istri ini telah berikrar masuk Islam di masa awal syiar Islam (Assabiquna Al-Awwalun). Mereka menyembunyikan keislamannya agar sang kakak tidak marah. Sebagaimana diketahui Umar sebelum masuk Islam adalah sosok yang memegang teguh agama nenek moyang dan sangat menentang risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Dikisahkan dari Nisa Haula Rasul karya Muhammad Ibrahim Salim, suatu hari Umar hendak menuju kediaman Rasulullah Saw. Beliau membawa sebilah pedang dan berniat untuk membunuh Rasulullah. Di tengah perjalanan, beliau berpapasan dengan seseorang dari Bani Zahrah, sumber lain menyebutkan pria ini adalah Nuaim bin Abdullah bin Asid. Kemudian pria itu bertanya kemanakah Umar akan pergi. Umar menjelaskan niatnya untuk menghabisi Rasulullah. Pria yang sudah berislam itu lalu mengingatkannya untuk tidak membuat keributan dengan Bani Hasyim, sementara keluarga terdekat Umar yakni adik kandung dan adik iparnya saja telah menerima ajaran Islam.
Umar kaget dan geram mendengar pernyataan pria tadi, beliau segera mengalihkan perjalanan menuju rumah sang adik. Beberapa saat setelah beliau sampai, terdengar lantunan ayat – ayat suci Al Quran. Ternyata, Fatimah dan Said bin Zaid bersama seorang guru Al – Qura’n, Khabbab bin Al- Arat sedang beramai – ramai membaca Al Qur’an. Umar menggedor pintu, sontak peristiwa ini membuat riuh penghuni rumah. Fatimah berusaha menyembunyikan lembaran – lembaran yang ia baca. Namun, Umar terlebih dahulu memergokinya.
Umar bertanya soal apa yang telah mereka baca. Fatimah dan Said menyangkal bahwa Umar tidak mendengar apapun. Umar bertanya lagi soal kebenaran kabar bahwa keduanya telah masuk Islam. Mereka berdua berupaya menutupi agama yang telah mereka yakini. Namun, saking geramnya, Umar menampar Said. Fatimah yang berusaha menghentikan ulah kakaknya justru ikut terkena tamparan hingga meneteskan darah dari wajahnya. Fatimah tetap teguh mempertahankan keislamannya, “Wahai Ibnu Khattab, silahkan lakukan apapun dan aku sudah memeluk agama Islam”.
Tatakala melihat adiknya terluka, Umar begitu menyesal. Amarahnya berangsur – angsur padam. Umar lalu duduk di sebuah kasur, lalu melihat ada sebuah mushaf. Kemudian ia meminta mushaf tersebut. Namun Fatimah menolak untuk memberikannya. Kemudian Umar berkata : “Berikanlah lembaran yang telah aku dengar saat kalian membacanya, supaya aku tahu apa yang dibawa Muhammad”. Fatimah menjawab “Kami khawatir terhadap apa yang nantinya akan kamu perbuat terhadap lembaran ini”. Kemudian Umar berjanji tidak akan berbuat macam – macam.
Mendengar ketulusan Umar, Fatimah berharap akan keislaman sang kakak. Lalu Fatimah melanjutkan percakapan, “Wahai saudaraku, sesungguhnya kamu kotor sebab kemusyrikanmu. Sementara lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang – orang yang disucikan. Maka mandilah terlebih dahulu sebelum menyentuhnya”. Umar menuruti petunjuk adiknya. Setelah mandi, Fatimah memberikan lembaran tadi. Di sana tertera surat Thaha ayat 1 – 8. Satu persatu ayat dibaca dengan seksama, hati Umar terenyuh. “Alangkah indah dan mulianya kalam ini”, ungkap Umar setelah membaca ayat tersebut di dalam hatinya. Riwayat lain dalam Usdul Ghabah mengatakan bahwa yang dibaca adalah Surat Al-Hadid ayat 1 – 8.
Khabbab yang tadinya bersembunyi karena takut akan kemurkaan Umar, segera menunjukan dirinya. Beliau berharap agar apa yang dimaksud dari doa Rasulullah soal Islamnya Umar akan menjadi kenyataan. Khabbab menjelaskan bahwa di hari sebelumnya beliau mendengar Rasul berdoa, “Ya Allah perkuatlah Islam dengan Abu Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khattab”. Lalu Umar berkata, “Jika begitu, wahai Khabbab tunjukan dimana Muhammad supaya aku bisa menemui beliau untuk mengutarakan keislamanku”.
Nabi Muhammad sedang berada di sebuah rumah bersama beberapa Sahabat. Menurut satu riwayat yang dimaksud adalah rumah Al-Arqam di Shafa. Kemudian Umar dengan pedang dipinggangnya mendatangi rumah tersebut. Mengetahui kedatangan Umar, para Sahabat panik. Hamzah bin Abdul Muthalib berkata “Izinkan dia masuk, jika kedatangannya menginginkan kebaikan maka kami akan membalas yang terbaik untuknya, namun jika yang diinginkan keburukan maka kami akan membunuhnya dengan pedangnya”. Rasulullah mengetahui kedatangan Umar, beliau mengizinkan Umar untuk masuk.
Rasulullah bertanya perihal maksud dan tujuan kedatangan Umar. Umar menjawab “Wahai Rasulullah, aku mendatanganimu untuk beriman kepada Alloh Swt, Rasul Nya dan terhadap apa yang datang dari Allah Swt”. Rasulullah mengucapkan takbir dan terdengar oleh seisi penghuni rumah pertanda Umar telah mengucapkan syahadat. Hal ini lagi – lagi memperkuat hati para Sahabat, Umar bin Khattab lelaki berjuluk Singa Padang Pasir ini menyatakan masuk Islam. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah islamnya figur terpandang Quraisy berjuluk Pedang Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sumber : bincangsyariah.com