HUDA HASLER: ISLAM JALAN MENUJU KETENANGAN (2)

0
233

JIC, JAKARTA- Pemeluknya bersinergi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang keagamaan dan budaya yang berbeda. Semuanya sama-sama membangun tatanan kehidupan yang bermartabat.

Lalu, mengapa ada saja persepsi buruk tentang Islam? Hasler meyakini hal itu hanyalah prasangka yang didasarkan pada permusuhan dan kebencian, bukan fakta dan data. Hasler merasa nyaman berada di lingkungan mayoritas Muslim. Awaln ya dia hanya memilih untuk bergaul dengan sesama warga Eropa dan tidak ingin bergaul dengan bang sa lain.

Namun, pandangan itu secara perlahan ternyata berubah. Dia menemukan multikulturalisme ada lah kehidupan yang sebenarnya. Berbusana Muslim sebelum bersyahadat Enam bulan sebelum bersyahadat dia telah mencoba untuk menutup auratnya dengan memakai abaya. “Saya sangat mencintai abaya sejak awal, tapi saya menghindari untuk memakainya,” kata dia.

Hasler kha watir pemakaian abaya oleh orang kulit putih merupakan penghinaan bagi penduduk setempat. Dia juga khawatir mereka akan tersinggung dengan cara berpakaiannya. Selain rasa nyaman hidup di tengah Muslim, alasan lain dia ingin segera memeluk Islam adalah pernikahannya yang bermasalah. Saat itu dia hidup di dalam pernikahan yang tidak sehat. Hasler berusaha untuk menjauh dari suaminya.

Suatu hari dia kembali ke rumah dan berdiskusi dengan suaminya untuk berpisah. Hasler meminta suaminya untuk pindah, tetapi suaminya me nolak. Dia beralasan hanya suaminya yang memutuskan kapan pindah karena dia seorang pria. Kemudian, saat terbangun pada pagi hari, Hasler memutuskan untuk menjadi Muslim.

Setelah membersihkan diri, berpakaian, dan bekerja, dia kemudian memutuskan untuk segera memeluk Islam secara diam-diam. Sepulang bekerja, dia menemui saudarinya yang berasal dari Jerman.

Hasler memberitahukan keinginannya. Di hadapan dialah, Hasler mengucapkan syahadat. Usai menyatakan diri seba gai Muslim, dia kembali ke rumah. Selama enam bulan terakhir, dia selalu bertanya kapan suaminya pindah.

Atas izin Allah, saat Hasler bertanya kepindahan itu, suaminya langsung menjawab akan pindah dan telah mengemasi pakaian. Allah memberikan tanda bahwa dia mengambil keputusan tepat.

Islam membuatnya lebih kuat. Dia lebih banyak membaca buku setelah bersyahadat. Mungkin banyak orang mengira menjadi Muslim cukup hanya mengikrarkan syahadat. Berbagai ujian mulai berdatangan.

Tahun pertama menjadi Muslim adalah masa yang sulit. Tiba-tiba seluruh temannya berubah menjadi musuh. Hanya satu orang yang masih berada di sisinya, meski dia bukanlah Muslim. Kate, dia selalu mendukung keputusan yang dipilih oleh sahabatnya.

Dia satu-satunya teman yang mendukung keputusan Hasler memeluk Islam. Karena teman lainnya terkejut, bahkan khawatir, terhadap keputusannya bersyahadat.

Kate selalu ada untuknya. Bahkan, pada tengah malam, dia bersedia mengangkat telepon jika membutuhkan bantuan. Dia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Kate.

Pernah suatu ketika Kate bersama Hasler dan mantan suaminya berkumpul pada hari Jumat. Saat itu, dia masih belum mengenal Islam dan melihat jamaah shalat Jumat kemudian muncul lelucon dari pembicaraan mereka mengenai jamaah shalat Jumat.

Saat itu, mereka melihat sebanyak 30 orang tanpa memedulikan keamanan berpegangan pada sebuah mobil dan menarik mereka agar cepat sampai ke sebuah masjid untuk shalat Jumat. Mereka menganggap situasi tersebut seperti orang yang berkonvoi.

Ketiganya beranggapan mereka melakukan tindakan bahaya hanya untuk melaksanakan ibadah. Saat itu, Kate berkata bahwa dia bukanlah orang yang religius, tetapi jika harus memeluk agama, dia akan memilih Islam.

Padahal, saat itu cara pandangnya terhadap Islam masih negatif. Mereka menganggap Muslim munafik. Itu adalah kali pertama dia dan Kate membahas agama dan kemudian kini secara mendalam Hasler mempelajari Islam.

 

sumber : republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × 5 =