JIC – Anda pernah mendapatkan ujian ikhlas? misalnya kita sudah meniatkan untuk melakukan satu amal kebaikan ikhlas karena Allah semata bukan karena orang lain. Misalnya kita menyisihkan uang jajan atau gaji yang diterima setiap bulan untuk berkurban hingga terkumpul untuk membeli kambing atau domba. Dari awal niat berqurban hanya karena Allah bukan karena pujian dari orang lain tetapi, saat ingin berqurban ada aja pujian bahkan sindiran dari orang lain.
Ada yang bilang hebat masih muda sudah bisa qurban, ada juga yang bilang kenapa tidak berqurban atas nama orangtua dulu atau kenapa uangnya tidak diberikan kepada orangtua atau buat fakir miskin. Ada juga godaan dari dalam diri kenapa uangnya tidak digunakan untuk modal bisnis supaya lebih mandiri sekaligus bisa qurban atau smartphone rusak jadi perlu diganti dan macam-macam godaan lainnya. Sampai-sampai kalau kita tidak kuat dengar ucapan orang sana-sini, lemah menghadapi keragu-raguan kita sendiri, bisa saja yang awalnya ikhlas mau qurban justru sebaliknya tidak jadi karena begitu banyak godaan.
Hal yang sama juga akan kita temui ketika menjelang pernikahan. Godaan dan ujian tidak hanya datang ketika saat mencari jodoh, atau sedang ta’aruf, tetapi ketika akan segera menikah, tinggal menunggu hari H godaan juga bisa datang menghampiri. Bahkan sesudah menikah pun ujian tak kunjung henti.
Berikut ini goda-godaan jelang pernikahan di antaranya:
- Ragu-ragu
Setan tidak akan pernah untuk membuat kita ragu-ragu dalam berbuat kebaikan apa aja, termasuk dalam hal pernikahan. Jelang pernikahan kita dibuat gugup dan was-was oleh setan. Muncul pikiran untuk membatalkan pernikahan dengan alasan yang tidak jelas. Apakah benar dia jodoh kita? Apakah benar dia akan setia bersama dengan kita selamanya? Apakah dia akan jadi ayah atau ibu yang baik buat anak-anak kita kelak? Apakah dia tidak berbohong?
Serangkaian pertanyaan yang seharusnya sudah selesai saat taaruf kembali bermunculan dan membuat kita ragu. Rasanya keraguan itu amat kuat sampai membuat kita berpikir lebih baik batal saja nikahnya.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika was-was dan keraguan menimpa kita? Kuatkan keyakinan pada Allah SWT. Perkuat keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah.
Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Al-Hujurat:13 yang artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian Husnuzhon, berprasangka baik pada Allah. Ingatlah kita sudah menjalani proses taaruf dengan baik dan sudah istikhoroh pula, dan jawaban istikhoroh itu adalah seseorang yang sebentar lagi akan kita nikahi. Jangan berikan sedikit celah setan untuk membuat kita ragu-ragu.
- Godaan dari pihak luar
Salah satu godaan yang rentan dialami oleh kita yang sedang menunggu detik-detik pernikahan ialah godaan dari luar, yaitu Cinta lama bersemi kembali Atau kita pernah berharap menikah dengan seseorang yang memang pernah kita dambakan atau seseorang yang pernah menyemaikan harapan-harapan indah yang dulu pernah ada, dan lain sebagainya. Atau menjelang pernikahan, sepertinya orang-orang di luar sana jadi jauh lebih baik dari calon istri atau calon suami kita. Kalau menuruti godaan dari pihak luar ini, pernikahan yang dinanti-nanti pun bisa kandas. Salah satu solusinya adalah jaga pergaulan kita, tidak hanya dengan calon yang akan kita nikahi tapi juga dengan lawan jenis, bisa teman atau sepupu misalnya.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka sekali-kali jangan berduaan (berkhalwat) dengan seorang wanita di tempat yang sunyi, sesungguhnya setan akan menjadi pihak ketiganya.” (H.R. Ahmad)
Jaga lisan dan jemari kita dari berbicara hal-hal yang mengandung dosa dengan lawan jenis. Jangan pernah bersentuhan dengan calon pasangan kita, kan belum nikah. Jaga pandangan mata , aurat dan kemaluan.
- Muncul kekurangan atau sisi negatif dari calon.
Jelang pernikahan kadangkala kekurangan atau sisi negatif dari calon baru terlihat. Semakin kita mengenal seseorang, tidak hanya kebaikannya saja yang tampak, kekurangannya pun akan semakin jelas kita lihat. Atau tetiba ada orang-orang yang datang pada kita dan menceritakan kejelakan atau masa lalu kelam calon pasangan kita. Hal-hal tersebut lantas membuat kecewa dan berpikir untuk membatalkan pernikahan.
Ada satu hal penting yang harus kita bicarakan dengan calon pasangan sejak awal, ketika taaruf. Tidak hanya kecocokan karakter, tapi juga komitmen dari masing-masing untuk memperbaiki sikap atau karakternya yang kurang baik. Untuk saling memahami dan menjaga perasaan. jika ada sikap kita yang tidak membuat nyaman calon pasangan hidup, tapi kita menganggap hal itu biasa saja, apakah kita bersedia berubah? Misalnya saja kalau laki-laki biasa berpenampilan seadanya, adakah komitmen kita untuk berubah berpenampilan lebih rapi demi istri kelak? Kalau komitmen seperti ada, tidak perlu terlalu khawatir dengan kekurangan calon pasangan selama dia punya komitmen untuk berubah.
Ada pun untuk aib atau masa lalu yang kelam. Kita selalu bisa memilih, apakah kita akan memaafkan karena menganggap dia sudah berubah atau sebaliknya. Setiap orang boleh jadi memiliki aib atau masa lalu yang buruk yang dia berusaha sekuat tenaga untuk menutupinya. Tapi jika Allah ternyata membuka aibnya di saat waktu pernikahan semakin dekat, kita bisa memilih untuk menerima dan memaafkannya sebagai bagian dari masa lalu dan bersama-sama memperbaikinya atau kita juga bisa memilih untuk melakukan sebaliknya.
Namun, jika si calon jelang hari H pernikahan malah ngajak kita bermaksiat pada Allah. Ngajak pegangan tangan, pelukan dan sebagainya atau malah terbukti bermaksiat pada Allah. Kita tidak perlu ragu untuk menilai apakah calon kita membawa pada nafsu atau menjaga kesucian masing-masing. Belum terlambat untuk merenungkan keputusan yang kita buat tentang pernikahan ini.
Sungguh muliah orang-orang yang menikah untuk menjaga kesuciannya, karena takut bermaksiat pada Allah, sebagai jalan untuk semakin dekat denganNya. Tak ada balasan yang layak baginya selain surga.
Rasulullah Saw. bersabda: “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya, ia akan mendapatkan kelezatan iman, yaitu hendaklah menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari lainnya. Hendaklah mencintai seseorang hanya karena Allah. Hendaklah membenci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia tak suka dilemparkan ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sumber: Annida Online