
JIC, JAKARTA — Fakta menggembirakan melingkupi kawasan Amerika Latin. Seperti diungkapkan Paulo Daniel Farah, seorang pakar Islam dari Universitas Sao Paolo, Brazil, pascaperistiwa 11 September, di wilayah tersebut sedang terjadi gelombang penguatan agama Islam.
Sejumlah data mendukung pernyataan itu. Diketahui, di tiap negara di sana, terdapat konsentrasi umat Muslim dalam jumlah signifikan. Diperkirakan, secara keseluruhan terdapat sekitar enam juta jiwa penganut Muslim. Brazil merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar, atau sebanyak 1,5 juta jiwa. Diikuti oleh Argentina dengan 900 ribu jiwa umat Islam serta Venezuela sekitar 700 ribu.
Di beberapa negara lain, agama Islam memang hanya dianut oleh sekian ribu penduduk. Mereka terdiri atas imigran asal Timur Tengah, Afrika, atau Asia Barat, serta penduduk lokal yang menjadi mualaf. Tapi, dari waktu ke waktu, jumlah warga Muslim terus bertambah dan Islam berkembang pesat.
Geliat itu berlangsung tak hanya di kota-kota besar, bahkan hingga ke daerah pedesaan maupun pedalaman. Kendati minoritas, umat Islam mampu memberikan pengaruh luas di masyarakat. Kiprah mereka merambah ke berbagai bidang. Peru merupakan contoh terbaik. Di sana, umat Muslim begitu dikagumi, terutama dalam keterampilan mendesain bangunan. Beberapa gedung dan bangunan indah di negara itu berarsitektur Islam.
Keberadaan bangunan bergaya mediterania dan Timur Tengah semakin menambah daya tarik kota-kota di sana. Warga Peru pun menyebutnya sebagai gaya arsitektur Arabescos. Sejatinya, Islam memiliki sejarah panjang di negara ini. Setelah penaklukan Andalusia oleh tentara Spanyol, banyak umat Islam memilih pergi ke Amerika Latin dan menetap di sana.
Kemudian, tiba era kolonisasi serta penyebaran Kristen antara abad 16 sampai 19. Seiring pembukaan lahan perkebunan dan pertanian, didatangkan banyak budak dan pekerja asing, termasuk dari negara-negara Islam.
Sejak itulah jumlah warga Islam terus bertambah. Di beberapa kota di Peru, mulai muncul komunitas-komunitas Islam. Pada pertengahan abad ke-20, datang penduduk asal Palestina serta Lebanon yang menghindari konflik di negaranya.
Gencarkan Dakwah Islam
Penguatan peran umat Muslim didukung konstitusi negara. Laman edu.gov menyebutkan, konstitusi Peru memberikan kebebasan beragama kepada warga negaranya. Tiap warga dijamin hak hidup dan beragama dan melarang tindakan diskriminasi dalam bentuk apa pun terhadap umat beragama.
Negara juga membebaskan tiap penganut agama mendirikan tempat peribadatan. Umat Islam sendiri telah memiliki masjid pertama yang cukup representatif di Tacna. Masjid ini bernama Masjid Bab ul Islam. Demikian pula, di Lima terdapat masjid sebagai pusat peribadatan sekitar 400 umat Islam di sana.
Begitu pula dalam pendidikan keagamaan, negara mengizinkan pengelolaan sekolah agama bagi tiap komunitas agama. Terhadap siswa Muslim yang menempuh pendidikan di sekolah non-Muslim, mereka diberi kesempatan menyusun program pembelajaran agama sesuai kepercayaannya.

Namun, ada ganjalan. Penganut agama minoritas, termasuk Islam, masih dikenakan pungutan pajak bagi kegiatan kerohanian. Misalnya, bantuan dari luar negeri, baik dari organisasi maupun negara asing, akan dikenakan pajak yang tidak sedikit. Ini berbeda perlakuan terhadap pemeluk Katolik. Kondisi itu karena Katolik merupakan agama terbesar, mencakup lebih dari 85 persen dari populasi penduduk. Gereja Katolik pun diakui ‘sebagai elemen penting dalam sejarah negara dan telah berperan dalam kehidupan masyarakat’.
Karena itulah, gereja kerap memperoleh kemudahan pajak. Selain itu, keistimewaan diberikan pada bidang pendidikan, tenaga kerja, pembangunan sarana ibadah, dan sebagainya. Namun, secara umum, hampir tidak ada permasalahan terkait kehidupan beragama kendati pernah muncul sikap curiga terhadap Islam setelah terjadinya peristiwa 11 September.
Data pada laman islamicbulletin mengungkapkan, terdapat sekitar 400 umat Muslim di ibu kota Lima, sebagian besar adalah imigran asal Palestina dan Syria. Mereka datang dan menetap di Peru demi memperoleh taraf kehidupan yang lebih baik. Alhamdulillah, mereka mendapatkan apa yang diharapkan. Sebagian pendatang kini menjadi pengusaha dan pedagang yang cukup berhasil. ‘’Mereka orang-orang yang hangat, terbuka, dan bersedia membantu sesama yang membutuhkan,’’ urai laman tersebut.
Menurut penjelasan Isa, ketua pengurus Masjid Lima, beberapa tahun lalu, akibat kurangnya pembinaan keagamaan tidak sedikit umat Islam yang mengadopsi tradisi lokal. Hal ini dikhawatirkan bisa memengaruhi keimanan. Maka itu, tokoh dan pemuka agama Islam bertekad meningkatkan frekuensi pembinaan agama kepada umat.
Penjelasan senada terdapat pada laman peruislam. Pembinaan rohani merupakan salah satu per

hatian besar dari para tokoh Muslim setempat. Penguatan akidah adalah fokus kegiatan, demikian pula pendidikan agama terkait praktik peribadatan. Sementara pada tataran komunal, dakwah terus dilaksanakan. Kepada warga asli dan non-Muslim, dijelaskan mengenai nilai-nilai luhur agama Islam. Ini juga berkaitan dengan kesalahpahaman yang masih ada terhadap Islam.
Hanya saja, tidak sedikit kendala yang dihadapi. Di antara yang paling mendesak, papar laman musulmanespruanos, yakni keterbatasan dana bagi aktivitas keagamaan di kalangan warga Muslim keturunan latin.
Contoh nyata dari dampak kekurangan dana adalah ketika sebuah mushala di Lima terpaksa menghentikan kegiatannya pada 1993 silam. Demikian pula, mushala yang berada di kawasan Villa el Savador turut ditutup karena alasan yang sama.
LAMU tidak berpangku tangan untuk mengatasi permasalahan itu. Organisasi keislaman ini berusaha membuka kembali mushala-mushala tadi agar menjadi tempat ibadah dan kegiatan bagi umat Muslim latin. Masalah ini tentu membutuhkan perhatian bersama.
Yang menjadi fokus utama umat adalah Salah satunya problema sosial yang membutuhkan penanganan adalah keberadaan anak telantar serta yatim piatu. Saat ini, jumlah umat Islam di Peru sekitar 1.000 jiwa atau 0,02 persen dari populasi. Mereka aktif membina kegiatan rohani dan sosial yang diwadahi beberapa organisasi keagamaan.
Di antara organisasi tersebut, yakni Asociacion Islamica del Peru dan Musulmanes Peruanos of Naqshbandi Haqqani. Organisasi dan lembaga ini kerap membina kegiatan sosial keagamaan sekaligus menjalin hubungan dengan kalangan agama lain. Mereka pula yang aktif membina dan membantu anak telantar serta yatim piatu tadi. Sebagian anak-anak adalah korban penculikan dan diambil organ tubuhnya untuk dijual secara ilegal.
Warga dan organisasi Muslim Peru kemudian bekerja sama dengan Latin Amerika Muslim Unity (LAMU), payung organisasi keislaman di kawasan itu, yang berkedudukan di Fresno, California, AS. LAMU kemudian mengorganisasi penggalangan dana bagi pembangunan panti sosial anak yang dikelola umat Muslim setempat.
Aktivitas keagamaan juga gencar dilakukan. LAMU memberikan bantuan bagi kepentingan syiar Islam di Peru. Alhasil, geliat dakwah dan pengajaran agama sudah merambah hingga ke pedesaan.
Umat sangat antusias mengikuti pendidikan keagamaan kendati berada di kawasan terpencil di pegunungan. Mereka juga terus membantu warga Indian setempat terkait masalah kesejahteraan sekaligus menyebarkan syiar kepada mereka. Sementara itu, di ibu kota Lima gerakan sosial yang sama tidak mengendur. Dengan sumber daya yang dimiliki, umat Islam berkontribusi membantu warga miskin dengan tidak membeda-bedakan latar belakang etnis, budaya, maupun agama.
Lokasi-lokasi komunitas warga Muslim, demikian juga masjid, menjadi pusat kegiatan sosial. Untuk membangkitkan kepedulian dan partisipasi segenap umat, mereka telah membangun sarana komunikasi lewat internet.
Sumber ; republika.co.id












