
Riset dan pendidikan
JIC, JAKARTA — Terpisah, Menteri Riset dan Teknologi/Ba dan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menjanjikan pemisahan pendidikan tinggi (dikti) dari Kementerian Riset dan Teknologi akan berjalan halus. Bambang menginginkan adanya ekosistem yang membuat riset dengan orientasi pembangunan bisa berkembang di Indonesia.
“Nanti saya harus ketemu Pak Nadiem untuk bicara bagaimana transisi yang terbaik ya karena saya juga nggak mau kita nggak bekerja apa-apa karena sibuk dengan urusan administrasi birokrasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, menyiapkan dana abadi riset Rp 900 miliar untuk tahap pertama. Meski begitu, Bambang menyebut bahwa pihaknya tetap akan menganut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dalam pemenuhan sumber dana abadi tersebut.
Bambang menyebutkan, pembentukan Badan Riset Inovasi Nasional merupakan amanat undang-undang. Pendanaan riset akan dipusatkan melalui dana abadi riset nantinya.
Di lain pihak, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengakui banyaknya tantangan terkait pembenahan nasib pendidikan Indonesia. “Kami punya sistem empat pendidikan terbesar di dunia, 300 ribu sekolah, jumlah murid, jumlah guru dan jumlah pemerintah daerah. Semuanya tersebar di Kepulauan Indonesia,” katanya di gedung Kemendikbud, Jakarta Pusat, Rabu.
Ia melanjutkan, dalam tantangan skala pendidikan, sudah pasti peran teknologi akan terlibat. Namun, ia mengaku belum mengetahui seperti apa bentuk peran teknologi nantinya. Ia masih akan mempelajari penggunaan teknologi agar lebih berguna untuk pendidikan.
Karena itu, langkah awalnya adalah belajar terkait kondisi lapangan seperti apa. Bagaimana kondisi sekolah, kondisi murid itu seperti apa, serta administrasi dan birokrasi seperti apa. “Dari situ kami temukan solusi dari teknologi maupun nontekno yang bisa meningkat kan kualitas pendidikan,” ujarnya. Ia juga ingin generasi milenial dan teknologi harus memiliki perubahan.