JIC – Rovaniemi menjadi salah satu destinasi favorit turis di Finlandia. Selain alam yang mempesona, ada daya tarik lain di sini, yaitu sinterklas, yang dipercaya berasal dari kawasan ini. Bahkan turis juga bisa merasakan sensasi mengecap suasana negeri santa, sembari menumpang kereta sinterklas yang ditarik rusa kutub.
Selain berbagai keunikan dan keindahan alam yang ada di kota Rovaniemi, siapa sangka kehidupan muslim turut berdenyut disini. Meski muslim hidup dalam keterbatasan, namun muslim menjalani kehidupan dengan penuh bahagia.
62 ribu jumlah penduduk di Rovaniemi, yang mayoritas menganut Kristen. Sementara ada 1000 muslim yang menetap disini dan hampir seluruhnya adalah pendatang, dengan muslim asli Finlandia yang bisa dihitung jari.
Salah satunya adalah Fatimah Ranta. 13 tahun lalu ia mengucap syahadat, ketika menikah dengan seorang laki-laki muslim. Namun kala itu ia belum merasakan menjadi muslim yang seutuhnya. Hingga ketika berpisah dari suaminya, ia terpuruk dan merasakan keajaiban dari Allah.
“Waktu itu tahun 2003, aku hanya memiliki anakku, Efin. Kami mengunjungi Helsinki, dan aku mendengarkan Al-Quran di internet. Sebenarnya aku tidak tahu mengenal Al-Quran, tetapi itu sangat lembut di hatiku. Aku merasa tertarik dan mulai mempelajarinya,” jelas Fatimah.
Kini Fatimah hidup bahagia bersama suaminya, Joni Rytilahti, mualaf asli Finlandia. Rumah mereka pun kian ramai dengan bertambahnya 3 orang anak. Anak sulungnya, Efin, sudah mantap berhijab sejak masih kanak-kanak. Meski ia satu-satunya muslim asli Finlandia di sekolah, tapi kedatangan banyak imigran muslim di Finlandia membuat hijab tidak lagi menjadi sesuatu yang asing.
Fatimah memiliki toko langganan untuk berbelanja segala kebutuhan halal. Meski kecil, tempat tersebut sangat membantu muslim di Rovaniemi. Ketika belum ada satupun toko halal disana, muslim terpaksa berbelanja ke Swedia yang berjarak ratusan kilometer.
Barang-barang yang dijual pun beragam. Semua didatangkan dari luar Finlandia, seperti Turki atau Swedia. Sayangnya, daging yang tersedia hanya dalam bentuk olahan, bukan daging segar. Meski demikian, sudah ada gagasan untuk melebarkan sayap toko tersebut.
Harga yang dibandrol oleh toko ini pun tidak jauh beda dengan toko-toko lain. Sehingga benar-benar memberi angin segar bagi muslim Rovaniemi.
Di kota Rovaniemi juga terdapat masjid yang juga menjadi masjid satu-satunya disana. Namanya masjid An-Noor. Sangat sederhana, bukan berupa bangunan tinggi menjulang, tidak ada pengeras suara, apalagi minaret atau menara.
Meski demikian, ruang di dalam masjid An-Noor ini cukup lega. Karena bisa menampung jamaah laki-laki dan perempuan saat salat jumat atau ketika Idul Fitri dan Idul Adha.
Baru 3 bulan masjid ini ada, meski muslim Rovaniemi tidak tahu sampai kapan mereka mapu menyewa tempat ini. Meski demikian, Fatima sangat bersyukur, karena kini ada ruang untuk berkumpul bagi muslim disini. Dari hari ke hari, makin banyak muslim yang berdiam di Rovaniemi. Imam di masjid An-Noor ini juga pendatang yang hijrah untuk menimba ilmu di Universitas setempat. Meski beragam, muslim Rovaniemi bisa hidup dalam damai, pun dengan kaum non muslim.
“Mereka (orang muslim) mencoba untuk membangun lingkungan Islam disini. Jumat merupakan hari kerja, tetapi menjadi hari yang suci dalam Islam. Kami mencoba membangun dan menyusun lingkungan kami. Di sekolah ataupun di tempat bekerja. Disana toleransinya sangat bagus dan sangat respek,” tutur Fatimah.
Selain masjid, Ramadan di Rovaniemi juga menjadi tantangan tersendiri. Ketika bulan puasa jatuh saat musim panas, mereka akan berpuasa hingga 21 jam. Karena matahari baru tenggelam saat tengah malam, sementara matahari terbit pukul 3 pagi.
Bahkan seringkali terjadi midnight sum, dimana matahari akan berada di cakrawala selama 24 jam. Biasanya, mereka akan mengacu waktu di Mekah untuk sholat dan juga berbuka puasa.
Tidak hanya di Rovaniemi, keramahan keluarga muslim juga dapat dirasakan di Helsinki, ibukota Finlandia. Sepuluh tahun silam, Hamza Peltola menjadi muslim. Pertemuan dengan muslim asli Tunisia di tempat kerja, membuka mata hatinya.
“Yang sebenarnya membuat aku memutuskan untuk menjadi seorang Muslim adalah, percaya pada satu Tuhan. Aku merasa sangat terhubung dengan Tuhan. Ini yang paling penting, karena Tuhan. Aku merasa sangat dekat, Tuhan menjagaku dimana pun dan kapan pun dan selalu menjawab doa-doaku,” jelas Hamza.
Delapan tahun lalu, Hamza menikah dengan muslimah dari Somalia. Bagi Hamza, perbedaan ras bukanlah penghalang. Hanya iman islam yang utama. Mereka kini dikaruniai 3 orang anak, Muhsinah, Mukhlisah dan Muhammad Amin.
Meski berstatus menjadi mahasiswa, Hamza selalu meluangkan waktu untuk melakukan dakwah dan aktif di masjid. Dua tahun lalu, ia juga diberi kesempatan untuk menjalankan rukun islam yang kelima. Namun ada yang tak kalah penting bagi Hamza, yaitu menjadi imam, suami sekaligus ayah baik baik keluarganya.