KETIKA USIA TELAH LANJUT, JODOHPUN TAK KUNJUNG DATANG (Part I)

0
306

Ketika Usia Telah Lanjut, Jodohpun Tak Kunjung Datang1

JIC – Kegigihan dan keuletannya menuntut ilmu tak ada bandingnya. Didukung dengan segenap kemampuan dan usaha keras orang tuanya yang memang dari keluarga peduli pendidikan dan berkecukupan. Baru saja dia sukses menyelesaikan program masternya di negeri Sakura. Dan sebentar lagi, ia akan mengambil program doktoralnya di salah satu Universitas Internasional di negeri Tirai Bambu. Belum lama ini, juga sudah ada tawaran beasiswa menempuh program doktoral di Amerika. Sederet tawaran sudah ada di pelupuk mata, itu karena kegigihan dan kecerdasannya yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Dia telah menyabet seabreg penghargaan, baik nasional maupun internasional. Tak ayal, kecerdasan dan kecantikannya membuat semua mata sejuk saat memandang. Berderet-deret kaum adam datang hendak meminang. Satu persatu mereka harus merelakan pujaan hatinya menyelesaikan pendidikan. Jawabannya tetap sama, sebisa mungkin tidak menggores luka di dalam dada-dada mereka,  “Maaf, aku masih ingin belajar.”

Zahra adalah seorang gadis berprestasi setinggi mentari, menembus lagit-langit nan tinggi. Kini dia baru tersadar. Suksesnya Zahra di bidang akademis, malah membuat orang tuanya cemas. Bukan hanya orang tua, dirinya sendiri pun telah memahami betul bahwa sorang wanita tidak sepantasnya belajar di negeri orang tanpa pendamping, tanpa ada pasangan atau mahram yang menjaganya dari fitnah lawan jenis.

Kini, Zahra belum juga menikah di usianya yang memasuki kepala tiga. Di awal keberangkatannya ke negri Sakura dua tahun lalu, sebenarnya dia sudah berniat untuk melepas masa lajangnya. Namun, yang datang selalu saja belum memenuhi kriteria. Jiwanya kini mulai bimbang dihadapkan pada pilihan mengejar cita-cita atau segera membina rumah tangga. Dia selalu termenung dalam lamunan-lamunan panjang.

Adakah laki-laki yang berani mengajukan diri? Bila ada, tentu orang ini bukan orang biasa. Namun, adakah di dunia ini orang luar biasa itu? Sedang usiaku semakin hari semakin berlari,” hayalnya terus menghantui.

Demi mengurus orang tua, dia memutuskan pulang kampung. Dia hanya menjadi dosen di sebuah universitas di kampung sendiri, walaupun berderet beasiswa doktoral telah menunggunya. Dia berharap, sepulangnya nanti, segera ada yang datang menjemputnya mengakhiri perjalanan panjang memenuhi cita-cita membina rumah tangga.

Hari demi hari, aktifitasnya semakin sibuk namun, tetap saja, jiwanya meronta. Tak putus dalam doa-doanya menghiba. Ibunya semakin khawatir jika semasa hidupnya tidak sempat menyaksikan Zahra bersuami. Sang ibu juga ingin segera menimang cucu. Apalagi, bila melihat anak-anak tetangga seusia Zahra. Mereka sudah memiliki dua bahkan tiga buah hati yang menyejukkan mata.

Satu prinsip yang terus ia pegang dalam memilih pasangan, bukan kedudukan dan ketampanan, bukan pula harta dan terhormatnya keturunan. Yang ia utamakan adalah ketaatan pada agama dan kebenaran keyakinan; keshalihan. Ia akan memilih imam bagi dirinya yang tau tentang agama dan berpegang teguh dengan ajaran-ajarannya. Dia yakin sepenuhnya, bila itu yang jadi ukuran, Allah akan mengirim laki-laki terbaik yang ada di alam raya. Ia terus berusaha sekuat tenaga untuk bersabar menanti janji Allah yang akan mengirimkan sang pujangga hatinya. (Bersambung…)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

two × one =