JIC – Dan (ingatlah) ketika mereka berkata, “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu, mohonkanlah untuk kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya,” Musa berkata, ” maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai penggganti yang baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pastilah kamu memperoleh apa yang kamu minta.” Lalu, ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan kemurkaan dari Allah SWT. Hal itu (terjadi) karena mereka selau mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.
“Demikian itu ( terjadi) karena mereka selau berbuat durhaka dan melampau batas” – QS Al Baqarah (2):61
Ayat yang dicantumkan tadi hanya surat Al Baqarah ayat 61. Tetapi, supaya lebih lengkap, silahkan buka Al Qur’an, bagusnya yang ada terjemahnya, terus baca mulai dari ayat 57 sampai ayat ini.
Dalam rentangan ayat itu, Allah menjelaskan bagaimanan dia terus – menerus memberikan kemudahan kepada Bani Israil, mulai dari dipersilakan memakan apa saja yang mereka sukai, dimudahkan mendapat air minum, sampai-sampai, dengan satu kali pululan tongkat Nabi Musa A.S saja, mata air bisa keluar. Mereka juga diberi makanan manna yang manis dan salwa yang empuk, enak dan mudah didapat.
Makanan itu lebih baik daripada makanan yang biasa mereka makan saat masih menjadi budak bangsa mesir – sebelum diselamatkan Nabi Musa AS – seperti sayuran, mentimun, bawang dan kacang.
Mestinya, dengan segala nikmat dan kemudahan itu, mereka sadar dan bersyukur kepada Allah karena sudah ada perubahan lebih baik pada diri mereka. Kini, mereka menjadi manusia merdeka dan bisa hidup lebih nyaman dengan makanan yang enak-enak dan mudah didapat.
Ternyata, kenikmatan tersebut tidak membuat mereka makin bertambah syukur. Sebaliknya, mereka malah semakin merasa dimanjakan oleh Allah. Mereka merasa bahwa bangsa Israil memang bangsa kekasih Allah. Mental mereka pun semakin manja dan rapuh akibat sikap seperti itu. Saking manjanya, merka nggak segan – segan menyakiti perasaan Nabinya dn membangkang perintahnya.
Orang yang manja dan mentalnya rapuh, memang tidak akan tahan diberi perintah yang agak berat sedikit. Padahal, kalau mereka tahu diri, semestinya, Nabi Musa yang dimanjakan karena telah menyelamatkan mereka. Karena sikap manja yang disusul keingkaran mereka terhadap Musa AS, Allah SWT murka dan menurunkan azab-Nya berupa kemiskinan dan kehinaan kembali seperti ketika masih berada di Mesir di bawah kekuasaabn Fir’aun yang zalim.
Tentu saja, kita tidak hidup di zaman Nabi Musa dulu. Perilaku mereka juga tidak ada hubungannya sama kehidupan kita hari ini. Kisah itu disampaikan agarkita belajar dari pengalaman hidup orang-orang di masa lalu.
Orang-orang yang gagal, tidak selalu karena kesengsaraan. Banyak sekai orang yang gagal menjadi baik dan menjadi manusia berguna, justru karena fasilitas yang berlimpah. Kegagalan tidak selalu identik dengan kemiskinan. Kekayaan, justru lebih mudah menghantarkan orang menuju kegagalannya. Lebih banyak orang berhasil menghadapi ujian kesulitan daripada orang yang diuji dengan kesenangan.
Orang yang fasilitas hidupnya banyak dan lengkap cenderung merasa nyaman. Kenyamanan itu sering kali melahirkan sikap manja dan tidak mau bekerja keras, Inilah yang menjadi biang kerusakannya. Orang yang manja dan tidak mau kerja keras, kreativitasnya rendah dan tidak bisa dibawa susah sedikit. Padahal, hidup itu, tidak lurus-lurus aja. Banyak lika-liku dan kesulitan menanti di hadapan. Bagi mereka yang bermental manja, kesulitan itu engga bakal bisa dihadapi.
Apakah kamu termaksud orang yang punya banyak fasilitas? hati-hati, kalau tidak bersyukur dan tidak bisa sadar diri, nanti bisa terjebak pada sifat manja seperti kisah Bani Israil tadi. Kalau sudah demikian, maka mental akan menjadi rapuh, dan bisa tidak menghadapi kerasnya kehidupan. Karena hidup tidak selamanya bergantung dengan orang lain. Sudah pasti, kemalasan akan menjadi teman selamanya. Kalau sudah demikian, lengkaplah tanda dari suatu kegagalan hidup yang akan hadir.
Mental yang seperti itu dapat membuat kita terhalang melakukan kebaikan. Seperti yang sudah dijelaskan kebaikan akan selalu ditemani kesulitan. Mental yang lemah tidak akan bisa menghadapi kesulitan dalam melaksanakan kebaikan nantinya. Tentu nya akan sulit untuk kita menjadi orang baik-baik.
Beberapa hal yang harus direnungi bila kita diberikan kemudahan oleh Allah SWT, Pertama, Syukuri nikmat itu dan sadari bahwa itu bukan milik kita, melainkan pemberian Allah SWT sebagai bahan ujian dengan begitu kita kan dihindari dari sikap Sombong.
Kedua, gunakan segala faslitas yang ada sebagai sarana berbuat baik, seperti sedekah, menolong orang lain dan membiayai proyek kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT. Semoga kita menjadi orang yang bersyukur, Amiiin













