MASJID SEHITLIK SAKSI SEJARAH HUBUNGAN DIPLOMATIK JERMAN-TURKI

0
440
Masjid Sehitlik di kota Berlin

JIC, JAKARTA — Kekhalifahan Turki Utsmaniyah pernah menjadi kekuatan yang berpengaruh besar di dunia. Hegemoninya meluas tidak hanya di Asia, tetapi juga sebagian Afrika dan Eropa. Karena itu, berbagai negeri menaruh respek kepadanya.

Salah satu negeri yang menjalin hubungan diplomatik dengan Turki Utsmaniyah ialah Jerman. Relasi antara keduanya, sekurang-kurangnya, mulai terjalin hangat sejak akhir abad ke- 18. Waktu itu, Jerman masih menyandang nama Kerajaan Prussia.

 

Sultan menunjuk Giritli Ali Aziz Efendi sebagai duta besar Utsmaniyah untuk Prussia. Di negeri Eropa Tengah itu, sang dubes menjalankan tugasnya dengan amat baik. Bahkan, sesudah Efendi wafat di Berlin pada 1798 M, kaisar Prussia saat itu, Friedrich Willhelm III, menghibahkan sebidang tanah di Tempelhof.

Lahan itu diperuntuk kannya bagi tempat peristirahatan terakhir diplomat Turki tersebut. Itulah awal mulanya kompleks permakaman khusus Muslim di Berlin.

Sepanjang abad ke-19, komunitas Turki di Prussia terus tumbuh berkembang. Dalam Perang Dunia I, Utsmani yah berada dalam blok yang sama dengan Jerman. Keduanya lalu sama- sama menderita setelah kubu Sekutu memenangkan pertempuran.

Melewati Perang Dunia II, wajah Prussia dan Utsmaniyah tidak lagi sama. Riwayat Prussia tamatlah sudah.Hingga tahun 1949, statusnya menjadi wilayah pendudukan Sekutu. Dalam masa Perang Dingin, negeri itu bahkan terpecah menjadi dua: Jerman Timur yang berhaluan komunis dan Jerman Barat dengan ideologi liberal.

Adapun Utsmaniyah juga berubah drastis, khususnya sejak 3 Maret 1924.Wi layah kekhalifahan yang dahulu mem bentang luas, kini menciut karena banyak kawasan menyatakan merdeka dari kendali Istanbul. Lantas, Mustafa Kemal mendeklarasikan berdirinya Republik Turki yang menganut paham sekuler.

Dua negara dengan dua nasib masing-masing sesudah PD II. Bagaimana pun, hubungan antara keduanya dapat terbaca pada perkembangan yang terjadi di area makam Ali Aziz Efendi.Kompleks itu terus mengalami per luasan hingga 2.550 meter persegi. Tentunya, tidak semua lahan itu difungsikan sebagai kuburan.

Oleh masyarakat Turki di Jerman, kawasan tersebut digunakan untuk mengembangkan kegiatan keislaman. Tanpa harus mengabaikan jejak histori di sana.

Karena itu, mereka menamakan lahan tersebut sebagai Sehitlik, yang berarti `syuhada’ atau `martir.’ Sebab, kala PD I dahulu tempat itu pernah dija dikan sebagai pusat perawatan tentara Turki yang terlibat pertempuran.Di sana pula, banyak jenazah prajurit Turki yang wafat dimakamkan secara Islam.

 

Memasuki era 1980-an, komunitas Turki di Berlin berinisiatif untuk menda yagunakan sisa lahan yang tersedia di Area Sehitlik. Mereka kemudian berupaya mendirikan masjid di sana. Setelah melalui pelbagai usaha, akhirnya berdirilah Masjid Berlin Turk Sehitlik Camii pada 1983. Hingga kini, tempat ibadah itu lebih dikenal dengan nama Masjid Sehitlik.

Sumber : ihram republika co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 + three =