MENGENAL JOANNA TROCHIMOWICZ DAN MARTYNA KOKOTKIEWICZ, MUSLIMAH DI WARSAWA

0
301

003 - 3905357-Warsaw_Mosque_Warsaw

JIC – Serakan sejarah mengendap di tiap sudut Polandia, tak terkecuali Warsawa, ibukota negara. Selama 345 tahun negara ini bergolak untuk mencapai kemerdekaan, meninggalkan jejak di penjuru kota.

Nuansa sejarah paling kental teras adi Old City atau Kota Tua. Walau perang dunia kedua sempat meluluhlantakkan Warsawa, namun kota ini bangkit kembali. Gedung-gedung dibangun lagi menyerupai tata asli. Sehingga sejarah panjang Polandia kini tetap lekat dan dekat.

Hawa di Warsawa masih terasa dingin menggigit, meski musim salju telah berlalu. Namun tidak dengan Islam. Agama Rahmatan Lil Alamin ini mulai menggeliat dan memberi kehangatan bagi mualaf di Polandia.

6698a43c-493e-475c-996f-0b59b7315690_169

Salah satu warga asli Polandia yang bersentuhan dengan Islam melalui literature adalah Joanna Trochimowicz. Semakin dalam ia membaca, semakin hatinya tertambat pada Islam. Padahal usianya kala itu baru 15 tahun.

“Islam mengubah pandangan saya. Saya tahu tentang Islam ketika belajar di sekolah. Saya banyak membaca bagaimana caranya menjadi seorang muslim. Hingga akhirnya saya mendapatkan poin tentang Islam yaitu ilmu tentang tauhid,” jelas Joanna.

Meski keluarga tidak sepenuhnya memahami pilihannya, ia bertekad tetap di jalan Allah. Karena Islam membuat hidupnya lebih berarti, dan termotivasi.

Baru 25 tahun umur Joanna, namun semangat dan kecerdasannya jauh melampaui usianya. Sehari-hari, sarjana ilmu psikologi ini aktif di Alejkuma, sebuah organisasi yang aktif melakukan dakwah, dialog lintas agama, mengorganisir kegiatan muslim dan membantu mualaf.

4e165abb-3499-4800-a4e6-30f90a8bc3bf_169

“Aku punya mimpi untuk mendirikan sebuah sekolah Islam untuk anak-anak, dan sebuah Islamic Centre,” tutur Joanna.

Walau tidak selalu diterima baik, namun tak pernah ada perlakuan buruk yang diterima Joanna. Hijab tidak menjadi batasan baginya, justru menjadi jembatan untuk mengenalkan Islam.

Selain Joanna, ada juga Adriana, muslimah lainnya dari Polandia. Adriana mengucap dua kalimat syahadat di Masjid Gdansk, dan di tempat ini jugalah ia menikah. Meski berbeda agama dengan kedua orang tua dan mayoritas karibnya, namun mereka bisa saling menghargai dan hidup dalam damai.

Sang suami lah yang pertama mengenalkannya dengan Islam. Namun Alquran menuntun ia pada jalannya kini, menjadi muslimah dan bahagia.

“Sudah sekitar 5 tahun saya menjadi seorang muslim, tapi saya baru memulai sebuah perjalanan panjang. Aku membaca Alquran dan menemukan jalanku, mengubah cara berpikirku. Aku mengenal suamiku selama 7 tahun. Kami mengenal satu sama lain, dan belajar psikologi bersama. Kami saling melengkapi,” jelas Adriana.

9f75ee0e-7f2f-485b-abfe-f67bf49e6713_169

Siapa sangka Islam turut menggurat sejarah di Polandia. Islam bahkan punya riwayat panjang di negara ini.

Suku Tatar, muslim dari Asia Tengah yang telah ada sejak abad 14 di Polandia. Mereka adalah prajurit-prajurit andal yang membantu Polandia dalam berbagai pertempuran. Sebagai hadiah dari Raja, mereka mendapatkan tanah untuk tinggal di beberapa wilayah di Polandia.

Tersembunyi di tengah taman Orunski, peninggalan kebesaran suku muslim Tatar hadir. Sebuah monumen yang dibangun tahun 2010, dan diresmikan oleh Presiden Bronislaw Komorowski. Monumen ini masih gagah berdiri hingga kini, menguatkan jejak muslim Tatar di tanah Polandia.

Selain di Warsawa dan Gdansk, kota Poznan juga menyimpan cerita dari seorang muslimah lainnya. Ia adalah Martyna Kokotkiewicz, seorang muslimah enerjik dan cerdas. Perempuan 34 tahun ini matanya selalu berbinar, cerminan hatinya yang bahagia. Setahun sudah ia menyandang status sebagai muslim.

n00256016-s

“Setelah menjadi seorang muslim, hidupku terasa lebih stabil, senang. Seribu persen keputusanku ini benar. Mengubah seluruh keseharianku,” cerita Martyna.

Di tengah kesibukannya mengajar bahasa Finlandia di Universitas Adam Mickiewicz, sekaligus menjadi mahasiswa doktoral untuk program yang sama, tidak membuat Martyna berhenti untuk terus membuka cakrawala keislamannya.

Ia mengikuti kursus bahasa Arab sehingga kelak bisa lebih memahami apa yang tersimpan di dalam ayau-ayat Al-Quran. Martyna juga selalu berusaha untuk tidak meninggalkan sholat lima waktu.

Sumber ; detiknews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × 3 =