MENGGALI KONSEP KARYA SASTRA BUYA HAMKA MELALUI DISKUSI TOKOH ISLAM

0
361

IMG_9705

Penyair Taufiq Ismail (Kanan), Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS Prof. Wahyu Wibowo (Kiri), Kepala Divisi Diklat JIC Rakhmad Zailani Kiki (Tengah) dalam Acara Diskusi Tokoh Islam di Jakarta. Selasa (23/8)

JIC – Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ) atau yang lebih dikenal Jakarta Islamic Centre menggelar acara Diskusi Tokoh Islam yang bertempat di ruang Audio Visual JIC pada hari Selasa, 23 Agustus 2016. Acara ini dihadiri oleh penyair dan budayawan drh. Taufiq Ismail dan Prof. Wahyu Wibowo yang merupakan Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra UNAS sebagai narasumber dengan tema “Menggali Konsep Pendidikan Karakter dari Karya-karya Sastra Buya Hamka”. Acara ini dibuka secara resmi oleh Wakil Kepala PPPIJ, KH. Hudrin Hasbullah, MM menerangkan bahwa minat sastra pada generasi muda saat ini begitu pesat untuk menggeluti karya sastra khususnya karya Buya Hamka.

IMG_9697

“JIC berharap akan lahirnya sastrawan baru yang modern serta tidak lepas dari pijakannya yaitu berpijak pada agama yang Haq, Agama Islam” ujarnya.

Hal tersebut senada dengan materi pembuka yang disampaikan oleh Prof. Wahyu Wibowo yang menyatakan keprihatinannya bahwa saat ini sastra begitu terkucilkan di negeri sendiri sehingga upaya yang bisa dilakukan saat ini menghidupkan karya sastra di sekolah-sekolah menengah atas (SMA) baik dalam kurikulum pendidikan bahasa maupun perlombaan agar mampu meningkatkan minat sastra pada peserta didik.

“Jika terjadi pengabaian sastra maka terjadi kegaduhan atau ketidaksadaran terhadap sastra yang mampu menyajikan ajaran atau nilai-nilai yang terekam oleh penyairnya yang dapat menghidupkan hati nurani” tambahnya.

Karya sastra Buya Hamka menjadi rujukan sastrawan karena menghidupkan toleransi berbangsa sehingga muncullah pendidikan karakter sebagai pilar utama berbudi pekerti. Harapan kedepan dari kelanjutan acara diskusi ini agar dapat bersatunya komunitas sastrawan yang bisa membesarkan dan membidangi serta mengapresiasi karya sastra yang dapat mendatangkan mashlahat sampai generasi mendatang. (edit by Zoma)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twelve − 6 =