Home Civilita MEREKA-YANG-TIDAK-KENAL-LELAH-MENGHALAU-HOAKS-SELAMA-PANDEMI

MEREKA-YANG-TIDAK-KENAL-LELAH-MENGHALAU-HOAKS-SELAMA-PANDEMI

0
216

Warga membubuhkan cap tangan saat aksi “Kick Out Hoax” di Solo, Jawa Tengah, Minggu (8/1). Aksi tersebut sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat perlunya menanggulangi penyebaran berita bohong (hoax), fitnah, hasutan, ucapan yang menimbulkan kebencian dan SARA yang belakangan ini marak di dunia maya. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/tom/foc/17. (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

” Informasi yang keliru akan bikin orang bertindak keliru ‘”

Jakarta, JIC – Pesan yang tidak singkat masuk ke aplikasi, dari seorang kerabat, yang ingin mengingatkan menjaga kesehatan selama pandemi virus corona.

Bunyinya kurang lebih begini “air kelapa muda, air jeruk nipis, garam 1/2 sendok teh, madu 2 sendok. Semuanya diaduk dan minum airnya. 1 jam kemudian virusnya dijamin akan hilang dan hasil tes rapid/swab kembali normal dan dinyatakan negatif”.

Lain waktu, pesan berantai yang beredar mengingatkan minum vitamin C dosis 1 gram setiap 3 jam sekali untuk menangkal virus corona.

Pesan seperti ini, sayangnya, beredar di aplikasi pesan instan, media sosial, menjangkau masyarakat yang sedang berupaya menjaga kesehatan di tengah pandemi.

“(Hoaks) bahaya, orang-orang bisa minum obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Penyakit Dalam Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, dr. Andi Khomeini Takdir, Sp.PD, kepada ANTARA, menanggapi betapa hoaks tentang kesehatan ini berbahaya.

Dokter Koko, dengan nama itu dia disapa pengikut di media sosial, sejak pandemi melanda cukup aktif memberikan tips seputar kesehatan di media sosial, di sela-sela jadwal praktiknya. Tujuannya satu, meluruskan informasi tentang kesehatan.

Perkara hoaks ini bukan lah baru muncul ketika pandemi COVID-19, ia tumbuh subur karena banyak orang yang sedang panik, ingin sehat, ingin sembuh dan ingin menjaga keluarga mereka.

Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Yosi Mokalu, masih ingat betul, masyarakat sudah sering terpapar dan terpengaruh hoaks jauh sebelum ketika internet dan media sosial menjamur di Indonesia.

Yosi mencontohkan dulu, beberapa kali dia membaca berita warga main hakim sendiri lantaran seseorang diteriaki maling. Belakangan, setelah diusut penegak hukum, terbukti dia tidak melakukan apa pun.

“Orang, ketika terpancing amarahnya, rasa khawatirnya, bisa melakukan hal yang merugikan orang lain,” kata Yosi.

Yosi sudah sejak lama bergelut di bidang musik, bersama Project Pop. Di luar musik, ada satu hal lagi yang menarik perhatiannya, nasionalisme. Kepeduliannya terhadap bangsa dan negara ini yang membuat dia tergerak membuat konten kreatif bertema kebangsanaa, sampai akhirnya terjun sebagai pegiat literasi digital selama beberapa tahun belakangan.

“Ini kan soal kepedulian, jadi, semua mengalir begitu saja, tidak direncanakan,” kata Yosi, dihubungi terpisah.

Berbicara mengenai hoaks, setidaknya selama empat tahun belakangan publik mulai akrab dengan istilah “fact checker”, pengecek fakta, dan “fact checking” pengecekan fakta.

Adalah Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), organisasi masyarakat yang secara spesifik berupaya menangkal hoaks di media sosial, salah satu nama besar di pengecekan fakta di Indonesia

Aribowo Sasmito, salah seorang pendiri Mafindo, secara pribadi mau ikut serta aktif di perkumpulan untuk melawan informasi yang tidak benar.

“Prinsip saya, apa yang bisa saya sumbang untuk mengurangi hoaks,” kata Aribowo dalam panggilan telepon dengan ANTARA.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × one =

toto

toto