Bisa dibayangkan bahwa mereka yang melihat gambar lokomotif ini akan segera membayangkan tak hanya tentang kongresnya sendiri, namun asosiasi kongres itu, dan Muhammadiyah tentunya, dengan ide-ide besar tentang kereta api, seperti teknologi, modernitas, industri, kedisiplinan akan waktu, dan yang tak kalah penting, gerak maju menuju suatu tujuan penting. Di belakang lokomotif itu tampak atap bertumpang, yang mengingatkan orang pada Masjid Gedhe Kauman, yang punya ikatan historis dengan Muhammadiyah.
Di sebelah lokomotif itu ada calon penumpang kereta yang berpenampilan klimis dan modern, siap untuk menaiki kereta itu, yang tidak hanya akan memindahkan tubuhnya ke daerah lain, tapi juga membuka kesempatan baginya untuk bertemu dengan ide, orang, dan barang baru yang bisa jadi akan sangat berguna bagi kehidupannya.
Jarak Batavia dengan Yogykarta mencapai lebih dari 500 kilometer. Itu baru antara lokasi kongres dan kota asal Muhammadiyah. Jarak yang lebih jauh akan ditempuh oleh peserta kongres dari Jawa bagian timur (peserta kongres dari pulau-pulau lain dapat menggunakan kapal laut untuk mencapai Tanjung Priuk). Maka, memastikan bahwa peserta kongres dari kota-kota di luar Batavia bisa datang (dan tepat waktu) ke arena kongres adalah suatu tantangan tersendiri. Oleh sebab itulah panitia kongres turut memberikan saran-sarannya tentang sarana transportasi apa yang baiknya digunakan oleh para peserta kongres.
Prinsip pokoknya bagi panitia kongres adalah agar peserta kongres mempertimbangkan jauh dekatnya jarak domisilinya dengan Batavia serta penggunaan jalur yang paling singkat, yang pada gilirannya akan memperpendek waktu tempuh, menghemat biaya perjalanan, dan menghindari peserta kongres keletihan begitu tiba di Batavia.
Untuk mereka yang berasal dari Batavia dan daerah-daerah di sekitarnya, sepeda adalah sarana transportasi yang dianjurkan, terutama bila perginya dengan berombongan. Kereta api dan autobus (bus) disarankan bagi mereka yang berasal dari wilayah pedalaman, misalnya antara Bukittinggi ke Padang Panjang dan Padang Panjang ke Padang (lalu, dari Padang ke Batavia menggunakan kapal laut).
Mengingat akan banyaknya peserta kongres dari Jawa bagian tengah dan timur, para partisipan ini diharapkan menggunakan kereta api. Memakai bus boleh saja, tapi menjelang pelaksanaan kongres itu jalur jalan raya masih jauh dari kata layak, dan belum menghubungkan kota-kota serapi seperti yang dilakukan oleh jaringan rel kereta. Oleh panitia, peserta kongres dari Yogyakarta disarankan mengambil kereta cepat (sneltrein) dari Djokja Toegoe (kini: Stasiun Tugu) jam 08.00 dan sampai di Stasiun Weltevreden (kini: Stasiun Gambir) pada jam 05.05 (ongkosnya f. 5,50 untuk gerbong kelas 3).
Pilihan lainnya adalah: kereta eendaagsch-expres (ekspres satu hari sampai ke tujuan) dari Tugu (jam 10.34) sampai Weltevreden (06.15) (ongkosnya lebih mahal, menjadi f. 7,00), kereta api dari Tugu-Cirebon-Weltevreden, dan kereta api dari Tugu-Semarang Tawang-Batavia.
Adapun peserta kongres dari Solo dianjurkan mengambil rute kereta berikut ini: Solobalapan (kini: Solo Balapan)-Batavia, atau Solobalapan-Yogyakarta-Batavia, dan Solobalapan-Semarang-Batavia. Untuk mereka yang dari Madiun, salah satu rutenya adalah kereta api dari Madiun-Solo-Semarang-Batavia.
Kereta api memfasilitasi perkembangan Muhammadiyah ke Yogyakarta, dan membiasakan warga Muhammadiyah dengan ide tentang kemajuan, kecepatan dan teknologi yang dibawa oleh kereta api di zaman itu.
Kereta api adalah elemen modernitas lain yang diadopsi oleh warga Muhammadiyaah selain unsur-unsur lain yang sudah banyak dikenal, seperti pendidikan sekolah, percetakan, dan bahasa asing. Sementara sekolah mengajarkan pengetahuan modern, kereta api mengajarkan tentang arti penting teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, kedisiplinan (mengingat kereta api mempunyai jadwal keberangkatan dan kedatangan yang tepat, beda dengan bus atau sepeda yang tidak tentu waktu tempuhnya), dan kemanfaatan waktu luang, dengan menyediakan gerbong-gerbongnya sebagai tempat diskusi yang hangat dan ruang membaca yang kondusif.
Sumber : suaramuhammadiyah.id