PERAN JAKARTA ISLAMIC CENTRE DALAM PENGEMBANGAN WISATA SYARIAH

1
359

Satu tahun yang lalu, di akhir bulan Oktober 2013. utamanya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) dan mengembangkan ekonomi domestik, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf),  kini bernama Kementerian Pariwisata, pada akhir bulan Oktober 2013 tahun lalu mencanangkan program wisata syariah dengan mengusung tema “Indonesia as Friendly Muslim Destination” atau Indonesia sebagai tujuan yang ramah bagi wisatawan Muslim. Ada dua belas daerah yang dikembangan untuk wisata syariah di Indonesia, yaitu Aceh, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pencanangan ini dikarenakan pertumbuhan wisata syariah di dunia sangat menggembirakan dan Indonesia merupakan salah satu destinasi wisata syariah favorit wisatawan Muslim dari mancanegara. Data kementerian Kemenkeraf menyebutkan nilai omset wisata syariah mencapai US$ 137 miliar (Rp 1.659 triliun) dan pada tahun 2018, akan bertumbuh hingga US$ 181 miliar (Rp 2.191 triliun). Tingginya potensi bisnis ini terjadi seiring bertumbuhnya produk domestik bruto (GDP) negara Islam yang tergabung dalam OKI. Saat ini GDP negara-negara OKI mencapai US$ 9,6 triliun, di atas Cina yang mencapai US$ 8,5 triliun. Pertumbuhannya mencapai 6,3 persen, lebih tinggi dibandingkan kelompok negara lain sebesar 5,3 persen.

Kini, di tahun 2014, Indonesia dimasukkan dalam satu dari  Top 10 Muslim-friendly destinations (sepuluh besar tujuan wisata yang ramah kepada umat Islam). Kesepuluh Negara tersebut adalah Malaysia, Uni Emirat Arab, Turki, Indonesia, Arab Saudi, Singapura, Maroko, Jordan, Qatar dan Tunisia.

Namun demikian, Indonesia harus mau belajar dari Malaysia yang pada tahun 2014 ini menempati posisi nomor satu dunia untuk tujuan wisata paling ramah bagi umat Islam menurut hasil survei yang dilansir oleh  Crescentrating,  lembaga konsultan travel pada bulan Juni 2014, jika Indonesia inggin mengungguli Malaysia. Crescentrating  memberikan poin 8,3 dari total poin 10 kepada Malaysia. Padahal, di awal tahun 2014, industri pariwisata Malaysia sempat dikhawatirkan terkena dampak yang parah karena hilangnya pesawat MH370 milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines  pada tanggal 8 Maret 2014 yang sampai sekarang belum ditemukan. Lalu, apa faktor keberhasilan Malaysia sehingga menempati ranking nomor satu?

Menurut Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, seperti yang disiarkan oleh New Straits Times Onlines, bahwa  ia meyakini (believe) bahwa faktor utama keberhasilan Malaysia adalah keramah-tamahan warga Malaysia yang berasal dari berbagai ras, budaya dan agama sehingga menarik banyak minat wisatawan Muslim mancanegara untuk datang berwisata di Malaysia. Selain itu, penyediaan layanan makanan halal dan tempat ibadah yang baik.

Jika faktor utama keberhasilan Malaysia dalam menarik minat wisatawan Muslim dari mancanegara adalah keramah-tamahan, maka menurut saya keyakinan  Najib Razak itu kurang tepat. Karena menurut Lonely Planet dan berdasarkan hasil survei The Smiling Report 2009 yang data hasil survei tersebut sampai saat ini bisa dilihat di situs smilingreport.com, Indonesia adalah negara paling murah senyum di dunia. Tidak tanggung-tanggung, skornya adalah 98%. Selain itu, untuk kategori salam (greeting) Indonesia dinyatakan berada di posisi puncak sejajar dengan Hongkong dengan skor 98%.

Menurut pengamatan saya, dari beberapa kali kunjungan ke Malaysia pada tahun 2014 ini, keberhasilan Malaysia menempati ranking satu negara paling ramah terhadap wisatawan Muslim adalah kemampuan orang-orang Malaysia dalam berkomunikasi dalam bahasa Internasional, yaitu bahasa Inggris,  menyusul kemudian bahasa Arab dan bahasa Mandarin. Bahkan, bagi penduduk Malaysia, bahasa Inggris adalah bahasa kedua mereka dalam berkomunikasi sehingga Malaysia memiliki standar yang disebut dengan  Bahasa Inggris Standar Malaysia (Malaysian Standard English, MySE).

Kemampuan orang Malaysia dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris hampir merata di setiap tingkatan profesi dan status. Saya menyaksikan di beberapa masjid-masjid di Kuala Lumpur, para pengurusnya bahkan terkadang sampai tingkat marbot mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik  dengan wisatawan Muslim mancanegara, dan ada juga yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab dengan baik. Mengapa saya mengambil contoh masjid? Karena wisatawan Muslim mancanegara yang taat menjalankan ajaran agamanya selalu saja mencari masjid ketika waktu shalat tiba walau ia sedang berada di tempat-tempat wisata, pusat keramaian dan perbelanjaan di luar negaranya. Ketika si wisatawan Muslim yang taat inimenemukan masjid kemudian petugas masjidnya mampu berkomunikasi dengannya maka ini memberikan rasa nyaman, keakraban dan membuat betah si wisatawan Muslim untuk kembali lagi berkunjung ke Malaysia. Si wisatawan Muslim telah mendapatkan layanan yang baik dalam aktivintas yang paling penting dalam hidupnya, yaitu shalat. Bandingkan dengan para pengurus dan petugas, tidak usah sampai marbot, di masjid-masjid yang ada Indonesia, khsususnya di Jakarta, berapa banyak di antara mereka mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik?

Menyadari hal ini, sebagai pusat pengkajian dan pengembangan Islam Jakarta, Jakarta Islamic Centre (JIC) pada tahun 2014 ini, meluncurkan dan mengadakan program komunikasi bahasa Inggris  berbasis komunitas dengan nama English Conversation Community (Econ Community) untuk karyawan, imam, dan guru JIC serta pelajar SMP yang pada tahun 2015, program Econ Community akan menargetkan juga komunitas imam dan pengurus masjid di DKI Jakarta. Selain itu, JIC juga meminta masukkan dari masyarakat berupa ide, gagas atau konsep agar JIC dapat berperan lebih maksimal dalam pengembangan wisata syariah di DKI Jakarta melalui Lomba Penulisan Artikel Populer Islami dengan tema “Peran Jakarta Islamic Centre Dalam Pengembangan Wisata Syariah di Jakarta”.

Naskah diketik di MS Word, bentuk huruf times new roman dengan ukuran 12, tulisan judul ditebalkan dengan ukuran 16, rata sisi masing-masing 2 cm, ukuran kertas A4, spasi 1,5 cm, tulisan naskah sebanyak tiga halaman penuh yang diemail ke jicpena@islamic-center.or.id dan kikiistirhami@yahoo.co.id paling lambat hari Senin tanggal 24 Nopember 2014. Naskah yang telah dikirim menjadi milik Jakarta Islamic Centre.

Hadiah bagi pemenang juara 1 adalah uang tunai sebesar Rp. 2.500.000,- , juara 2 sebesar Rp. 2.000.000,-, juara 3 Rp. 1.500.000,- , juara harapan 1 sebesar Rp. 1.000.000,-, juara harapan 2 sebesar Rp. 750.000,- , juara harapan 3 sebesar Rp. 500.000,-, Pemenang akan diumumkan tanggal 28 Nopember 2014 di situs Jakarta Islamic Centre, www. Islamic-center.or.id, dan di media lainnya. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi 085693806000 atau telepon ke 021- 441 3069, 021- 4483 5349 setiap hari dan jam kerja via Rina atau Mahmud. ***

 

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre

1 COMMENT

  1. Asslkm,
    Saya tertarik untuk menjadi member dan ingin lebih tau ttg pariwisata bersyariah.
    bagaimana caranya? Dan siapa bisa di hubungin juga
    juga ingin hadir acara Tausyah kala ada pagi or siang?
    Terima kasih
    Wssalaumaalaikum..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × two =