Pesan Jakarta Untuk Perdamaian Dunia

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) menyelenggarakan pertemuan dan diskusi bertajuk “The Islam and Confucian Summit 2013” pada tanggal 23-25 Agustus bertempat di Best Western Horiston Hotel Jakarta. Mengambil sub tema “Islam and Confucian Contribution to Build a New Civilization for the Peace World” perhelatan ini mencoba menyuarakan persamaan visi dalam mewujudkan tatanan dan perdamaian dunia yang sementara ini terasa tercerabik. Konflik dan pertikaian intern dan antar Negara yang perkepanjangan di berbagai belahan dunia dirasakan telah mengoyak suara dan tatanan perdamaian dunia yang menjadi impian bersama umat manusia.

Melalui dialog Islam dan Khonghucu bertopik “The Jakarta Message for A Peaceful World” ingin memberikan refleksi untuk meningkatkan dan mengukuhkan rasa saling menghargai dan saling percaya antara individu dan komunitas masyarakat Islam dan Khonghucu. Pertemuan berbagai substansi dan nilai antara Islam dan Khonghucu membuat dua komunitas umat beragama Islam dan Khonghucu dalam sepanjang sejarah tidak pernah berkonflik. Harmoni Islam dan Khonghucu menjadi sebuah realita positif dalam menjaga tatanan masyarakat yang hidup berdampingan secara damai.

Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) menyelenggarakan pertemuan dan diskusi bertajuk “The Islam and Confucian Summit 2013” pada tanggal 23-25 Agustus bertempat di Best Western Horiston Hotel Jakarta. Mengambil sub tema “Islam and Confucian Contribution to Build a New Civilization for the Peace World” perhelatan ini mencoba menyuarakan persamaan visi dalam mewujudkan tatanan dan perdamaian dunia yang sementara ini terasa tercerabik. Konflik dan pertikaian intern dan antar Negara yang perkepanjangan di berbagai belahan dunia dirasakan telah mengoyak suara dan tatanan perdamaian dunia yang menjadi impian bersama umat manusia.

Melalui dialog Islam dan Khonghucu bertopik “The Jakarta Message for A Peaceful World” ingin memberikan refleksi untuk meningkatkan dan mengukuhkan rasa saling menghargai dan saling percaya antara individu dan komunitas masyarakat Islam dan Khonghucu. Pertemuan berbagai substansi dan nilai antara Islam dan Khonghucu membuat dua komunitas umat beragama Islam dan Khonghucu dalam sepanjang sejarah tidak pernah berkonflik. Harmoni Islam dan Khonghucu menjadi sebuah realita positif dalam menjaga tatanan masyarakat yang hidup berdampingan secara damai.

Prof. Dr. Budiono, Wakil Presiden RI, dalam acara pembukaan Sabtu (24/8), mengapresiasi bahwa dialog antarumat beragama amat sangat dibutuhkan untuk memberikan kesejukkan di tengah kerisauan terhadap merosotnya rasa toleransi. Dialog antarumat beragama perlu untuk memberikan kedamaian dan keharmonisan. Pertemuan Tingkat Tinggi Islam dan Khonghuchu ini memiliki makna yang besar dalam menyampaikan pesan perdamaian dan keharmonisan kepada seluruh umat beragama. Selanjutnya, Wapres mengatakan: “Semua agama cinta damai, semua agama mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada sesama dan kepada alam semesta.” Dialog Islam dan Khonghucu diharapkan mampu menyuarakan gema ajakan perdamaian dan keharmonisan (intern dan antar) umat beragama, baik secara nasional maupun internasional.

Dalam bagian lain, Wakil Presiden RI, menyatakan keprihatinan melihat berbagai kondisi terakhir di masyarakat. Melalui forum dialog Islam dan Khonghucu seperti ini diharapkan terjadi sikap saling menghargai dan saling pengertian antar kedua umat beragama. Dengan demikian, maka diharapkan dapat memperbaiki beberapa situasi di masyarakat yang kurang kondusif. Secara tegas Wakil Presiden RI, Budiono menyatakan:

“Dengan forum dialog seperti inilah, saling pengertian antar umat beragama dapat ditumbuhkan. Dialog yang dilaksanakan oleh umat antar-agama selalu merupakan angin segar yang menyejukkan di tengah kerisauan kita melihat adanya gejala merapuhnya toleransi, menurunnya rasa saling menghormati dan lunturnya rasa saling percaya antar dan intra umat beragama di berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri juga tidak terbebas dari perkembangan global itu.”

Situasi dalam masyarakat yang kurang kondusif di masyarakat, bermula dari hal yang sangat kecil dan sepele. Namun, bisa menjadi penyebab dinamika masyarakat yang negatif. Untuk itu, maka diperlukan berbagai cara agar mengembalikan situasi masyarakat pada keadaan yang positif dan kondusif guna mendukung pembangunan.

“Kelompok masyarakat mudah tersulut dan berkonflik, kadangkala hanya karena masalah yang sepele. Kondisi ini membuat hilangnya rasa aman dan tenteram di kalangan masyarakat yang akhirnya berampak pada menurunnya kualitas kehidupan masyarakat pada umumnya. Sementara itu, kita mengetahui dan sangat menyadari bahwa suasana aman, damai, dan tenteram adalah prasyarat untuk suksesnya pembangunan di manapun”.

Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud, MA menyebutkan, bahwa keseriusan dan harmonisasi antara Islam dan Khonghucu berjalan secara baik dengan landasan tulus dan ikhlas serta pijakan yang kuat berdasarkan spirit keagamaan. Implikasinya, tidak akan ada kecurigaan akan terjadinya Islamisasi terhadap Khonghucu, dan juga tidak akan terjadi Khonghucuisasi terhadap Islam. Pada kesempatan yang sama Prof. Wang Min, Ph.D —Honsei University, Tokyo berpendapat bahwa spirit keagamaan Confucian senantiasa membawa situasi kedamaian hidup sesama manusia sebagaimana dicerminkan oleh masyarakat penganut Confucian di Jepang.

Kata “Islam” merupakan sebutan (nama) agama yang diwahyukan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan Malaikat Jibril. Kata “Islam” berpangkal dari kata “silim” yang berarti damai. Islam merupakan sebagaian tanda betapa agama Islam menjunjung tinggi dan mendambakan perwujudan cita-cita perdamaian dan hidup damai di antara umat manusia di dunia. Menurut Drs. H. Amidhan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, dilihat dari namanya saja, Islam merupakan agama yang membawa simbol perdamaian. “Islam” dan “Salam” merupakan dua kata yang memiliki arti keamanan, ketenteraman dan ketenangan. Dengan demikian, melalui Islam hidup seseorang dan hidup suatu umat senantiasa menyuarakan dan menjalankan prinsip perdamaian. Kata “Salam” pun dalam kamus Islam menjadi salah satu asma (sebutan) Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam salah satu dari 99 sebutan (nama) Allah yang disebut “Asma’ul Husna”.

Misi dan tujuan diturunkannya Islam kepada manusia yaitu terciptanya situasi kehidupan yang aman dan damai. Islam diturunkan diantaranya untuk meredam permusuhan atau dendam di antara umat manusia. Fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana sikap toleran (tasāmuh) dan kasih sayang kaum muslimin terhadap pemeluk agama lain, baik yang tergolong ke dalam ahli kitab (ahl al-Kitab) maupun kaum yang ingkar (musyrik), bahkan terhadap seluruh makhluk. Islam mendahulukan sikap kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian.

Xs. Dr. Oesman Arif, M.Pd., menyatakan bahwa spirit Khonghucu berbunyi: “Orang yang berbudi luhur itu rukun meskipun berbeda. Orang rendah budi itu tidak rukun meskipun sama.” Selanjutnya, Dr. Tang Enjia, Hong Kong Confucian Academy dalam paparannya berjudul: “Confucianism and Islam’s Contrbution for a Harmonious World” menegaskan bahwa:

“Harmony is one of the core values of Confucianism. “The Analytics of Confucius” in the “ritual purposes, and for you, kings of the road, Sri Lanka for the United States.” “And” the main implication is that coordinates different people and things and makes it reach the state of harmony.”

Teddy Setyawan, Ketua MAKIN Cirebon, menyatakan bahwa: “Fokus perhatian Agama Konghucu adalah bagaimana menjadi manusia yang sebenarnya, seutuhnya. Orientasi agama Konghucu adalah kemanusiaan, atau dengan kata lain ‘bagaimana menjadi manusia yang manusiawi kodratnya’. Disadari atau tidak, kita sesungguhnya sedang dalam proses menjadi manusia. Proses belajar dan berusaha ini sangat beragam dan kompleks serta membutuhkan komitmen terus-menerus yang bersifat menyeluruh dan suci (holistik).”

Perhelatan “The Islam and Confucian Summit 2013” tentu tidak ingin kehilangan moment penting. Setidaknya, dapat mengukir sejumlah statement sebagai peletak jejak sejarah hubungan Islam dan Khonghucu di Indonesia dan dunia. Di hadapan Prof. Dr. Nazaruddin Umar, Wakil Menteri Agama RI, peserta telah menyepakati 9 (sembilan) butir seruan perdamaian Jakarta. Secara ringkas, pesan Jakarta berjudul “Jakarta Message For A Peaceful World Islam And Confucian Summit” menghendaki adanya persahabatan yang lebih abadi antara Islam dan  Khonghucu, perbaikan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, serta perlunya disusun suatu program nyata (action plan) sebagai agenda bersama dalam melahirkan perdamaian di masyarakat. Berikut pernyataan lengkapnya:

JAKARTA MESSAGE FOR A PEACEFUL WORLD

ISLAM AND CONFUCIAN SUMMIT

Jakarta, AUGUST 23-25 2013

Bismillahirrahmanirrahiim

Huang Yi Shang Di, Wei Tian You De

On the occasion of the Islam and Confucian Summit to be held in Jakarta, Indonesia from 23rd to the 25th of August 2013, sponsored by Majelis Ulama Indonesia/MUI (Indonesian Council of Ulama) and Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia/MATAKIN (the Supreme Council for Confucian Religion in Indonesia), we the participants declare:

1.      To commit ourselves with sincerity to foster peace, harmony and respect for religious diversity in our communities and around the World. Delegates will make an effort to discuss with their own national governments a range of recommendations designed to strengthen Moslem and Confucian community and other various religious communities.

2.      To promote mutual understanding among Moslems and Confucian and other faith communities across region and the whole world. This Summit between Islam and Confucian is the beginning of a process of more direct and intensive communication between Islam and Confucian leaders in contributing to solve social problems at local, regional and national levels in respective countries, as well as to conceive bilateral or multi-lateral interfaith projects in poverty amelioration, drug-addiction elimination, and to build a more harmonious, trustworthy and peaceful future for the World.

3.      To  collect, collate and determine the similarities between Islam and Confucian religious teachings. The historical harmonious relationships between adherents of Moslems and Confucians are shown by many points of convergence, especially in the general area of social ethics and the unity of God. To encourage both Islam and Confucian worshippers to write scientific papers and share their findings and conclusions on a global stage as a contribution to create a more civilized and peaceful world.

4.      To express our concerns for manipulative and corruptive cultures that are already adopted by individuals and governments’ officials and even governments. Therefore, we recommend that ethical and moral values, such as sincerity, integrity, responsibility, trustworthiness be promoted in each lesson from primary and secondary high schools, to higher education institutions, as an Almighty God’s decree that shall be executed in daily life, in order that the life of human beings is full of peace, harmony, empathy and brotherhood as one family under One God.

5.      To arouse a spirit of unity and reconciliation in various places   and countries of conflict and confrontation; equity and fair play in place of exploitation towards all human beings irrespective of color, gender, creed, religion, and ethnicity. To appeal for reduction of production weapons, and other equipments that are used to kill and destroy human being and humanity.

6.      To encourage between Moslem and Confucian communities around the world to take initiative for proposing and organizing a collaboration project  between interfaith leaders works on community empowerment and share common values: volunteerism, entrepreneurship, tolerance, respect, love and integrity.

7.      To educate youth leaders to engage the youth in personal transformative experiences, especially those that build bridges of friendship, brother and sisterhood, understanding, and harmonious integration transcending barriers of religion, ethnicity and social status.

8.      To call upon governments, interfaith non-government organizations, council of religions, and religious institutions to play a more significant role by taking the initiative in the future to forge vibrant and meaningful interfaith partnerships and programs for promoting universal principles, values from religions and culture to enrich the civilization dialogue with a view contributing to the non-violence, peace building, environmental care and harmonious integration transcending barriers of religion, ethnicity and social status.

9.      Delegates express their strong appreciation to both councils of religions: Majelis Ulama Indonesia (MUI)/Indonesian Council of Ulama and Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN)/The Supreme Council for Confucian Religion in Indonesia and the Government of Republic of Indonesia and to those participants who come from various countries for their support for Islamic and Confucian Summit and underline their support for further interfaith dialogue and action plan initiatives and continue the Summit periodically. (*)

Jakarta Islamic Centre

Read Previous

MUI Tolak Pemilihan Miss World 2013

Read Next

Al-Qur’an : Allah Sebaik-baik Penjaga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Konsultasi Online JIC
Kirimkan pertanyaan kepada kami...