Itemid Al-Matar (kiri) bersama Direktur Eksekutif CAIR-Chicago Hamed Rehab saat konferensi pers. Al Matar menuntut polisi Chicago karena tak terima dituduh teroris.
JIC, CHICAGO — Seorang perempuan Muslim bernama Itemid Al Matar mengatakan polisi Chicago telah melanggar hak asasi manusianya dengan menarik bajunya dan menangkapnya di tangga sebuah stasiun.
“Saat itu sejumlah polisi berlari ke tangga dan menangkap saya. Kemudian mendorong saya ke bawah, lalu merobek hijab saya,” katanya, Jumat (12/8).
Al Matar ditangkap polisi Chicago dan disangka teroris hanya karena memakai niqab (bercadar).
Kepolisian Chicago kala itu mencurigai Al Matar sebagai pelaku bom bunuh diri. Apalagi ia menuju tempat umum yang mudah jadi target terorisme seperti stasiun. Saat itu dia juga mengenakan ransel.
Namun, rupanya tuduhan polisi Chicago salah. Berdasarkan hasil pengendusan yang dilakukan oleh sejumlah anjing pelacak milik Kepolisian Chicago tak ditemukan material eksplosif dan bom. Meski demikian Al Matar tetap dicari kesalahannya dengan tuduhan melawan kepolisian.
Tak terima dengan perlakuan Kepolisian Chicago akhirnya Al Matar membawa masalah ini ke pengadilan. Ia menggugat para polisi Chicago yang menuduhnya sebagai teroris.
Kuasa hukumnya dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Phil Robertson mengatakan xenofobia, islamofobia merupakan penyebab semua ini.
Laporan polisi mengatakan saat insiden itu terjadi, petugas sedang dalam siaga tinggi terhadap aktivitas teroris saat 4 Juli atau perayaan hari kemerdekaan AS. Menurut petugas, tindak tanduk Al Matar mencurigakan.
“Petugas yakin subjek kemungkinan pelaku bom bunuh diri tunggal dan mencoba menahannya,” kata laporan tersebut.
Anjing pelacak yang mencari bahan peledak tidak menemukan apa-apa. Namun, Al Matar tetap dikenai tuduhan melanggar keadilan karena menolak menuruti perintah polisi.
