

JIC, YOGYAKARTA — Tokoh Islam Internasional Dr Zakir Naik mengatakan, bahwa semua agama itu mengajarkan perdamaian. Islam sendiri mengajarkan aturan salam yang berarti perdamaian.
Alquran sendiri merupakan kitab yang mengajarkan perdamaian di dunia. “Alquran diturunkan bukan hanya untuk umat Islam tetapi juga umat lainnya,” katanya saat menjadi pembicara dalam public lecture di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (3/4).
Menurutnya, Alqur’an adalah buku pegangan satu-satunya manusia di dunia. Mereka akan mendapatkan perdamaian. Alqur’an juga mengajarkan orang untuk menyampaikan salam. “Kita sering menemukan good morning menganti salam. Apa keutamaan good morning ini, salam itu yang terbaik karena saling mendoakan,” katanya.
Agama Islam menjadi ajama yang paling cepat pertumbuhannya. Umumnya orang menghendaki kedamaian tetapi banyak negara yang tidak menyukai kedamaian. Bahkan kata dia, sebagian orang termasuk politisi memanfaatkan agama untuk mengambul keuntungan. Karenanya kata dia, menjadi tugas muslim untuk membuang persepsi yang salah mengenai Islam selama ini.
Ada satu kata dalam Islam yang sering disalahartikan, yaitu kata jihad. “Kata jihad banyak disalahpahami tak hanya oleh orang Muslim, tetapi juga non-Muslim,” ujarnya . Menurut dia, jihad itu bukan berarti perang. Jihad itu berasal dari kata jahada yang berarti berusaha dan berjuang bersungguh-sungguh untuk memperbaiki masyarakat.
Jihad, kata dia, juga berarti berusaha bersungguh-sungguh untuk menjadi menjadi Muslim yang baik. “Makna utama jihad adalah bersungguh-sungguh dan berusaha. Karenanya bukan hanya muslim saja yang berjihad tetapi juga orang diluar Islam juga melajukan jihad jika mereka bersungguh-sungguh dalam suatu bidang,” katanya.
Alquran, menurut dia, telah mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik, termasuk pada orang tua. Tetapi, kalau ada yang mengajarkan berbuat tidak baik maka itu adalah jihad fisabil syaiton. Namun, jihad yang dilakukan untuk kebaikan namanya jihad fisabilillah.
“Kata jihad di terjemahkan oleh orientalis sebagai holiwar atau perang. Tetapi, perang suci ini digunakan pertama kali oleh orang Nasrani pada Perang Salib,” katanya.

Media internasional, kata dia, mengasosiasikan Islam sebagai fundamentalis. Padahal, mereka tidak tahu makna fundamentalis itu. “Fundamentalis ini berarti memahami dengan baik prinsip dan ilmu. Fundamentalis itu orang yang berpegang teguh pada paham ajarannya kitab sucinya, apa pun agamanya,” katanya.
Tetapi, kata dia, kata fundamentalis sering diartikan dengan kata ekstremis. Ia berpendapat tidak ada yang salah dengan kata ekstremis atau fundamentalis. “Saya seorang ektremis dalam hal positif. Anda tidak boleh menjadi orang fundamentalis yang salah arah,” ujarnya.
Ia menambahkan, banyak juga yang mengatakan Islam adalah agama yang intoleran. “Betul tetapi intoleran terhadap prostitusi, kejahatan, kemiskinan, dan lain-lain,” ujarnya.
Islam, kata dia, sangat tidak toleran terhadap ketidakadilan dan rasisme. Saat ini, dia menambahkan, media internasional tidak menginginkan perdamaian (agama Islam) untuk tersebar.
Dr Zakir Naik membantah keras jika pertumbuhan umat Islam yang pesat di berbagai belahan dunia disebarkan dengan pedang. Hal itu dibuktikan dengan berdirinya negara Indonesia dengan pemeluk Islam terbanyak.
“Indonesia mempunyai penduduk Muslim 80 persen dari jumlah total penduduk. Tetapi tidak pernah ada sejarah tentara Islam menyerang Indonesia. Demikian juga di Malaysia tidak ada paksaan dari tentara Islam agar memeluk Islam. Maka sangat tidak (berdasar) jika tuduhan yang mengatakan Islam itu disebarkan melalui pedang,” ujarnya.
Zakir menyebutkan, ada satu buku yang mencatat, pertumbuhan Islam di dunia sangat cepat, bahkan mencapai 250 persen. Justru pertumbuhan paling cepat berada di Amerika, dan Eropa.
Dia menyebutkan, pascaserangan 11 September di menara kembar Amerika, banyak orang yang justru berpindah menjadi mualaf di Amerika ini. Namun kata dia, saat ini musuh Islam tidak ingin Islam terus menyebar. Padahal, Islam adalah agama paling unggul ajarkan perdamaian. Namun banyak yang justru tidak ingin adanya perdamaian.
Public lecture Dr.Zakir Naik di UMY sendiri diikuti ribuan orang. Gedung sportorium UMY yang berkapasitas 6 ribuan orang penuh.
Sumber ; republika.co.id