3 PENINGGALAN DINASTI THULUNIYAH DI MESIR

0
1408

Ibn-Tulun-Mosque

JIC – Dinasti Thuluniyah adalah dinasti pertama yang menyatakan merdeka dari Dinasti Abbasiyah. Kekuasaannya mencapai Mesir dan Suriah. Masa pemerintahannya sangat pendek dibanding dengan dinasti-dinasti lainnya yang ada di Timur Tengah. 

Dinasti yang didirikan oleh Ahmad bin Thulun ini hanya kuat bertahan sekitar 37 tahun dari 868-905 M atau 254-292 H. Meski demikian Ahmad bin Thulun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Thulun merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam pembentukan Mesir sebagai negara yang lebih berdaulat. 

Sejarah mencatat, sebelumnya Mesir merupakan bagian dari Imperium Romawi (30 SM-642 M), empat khalifah pengganti Rasul (642-665), dan Dinasti Umayyah (665-750).

Meskipun Ibnu Thulun memerintah dalam waktu yang sangat singkat, ia telah banyak meninggalkan warisan bersejarah yang berharga. Berikut sejumlah gedung peninggalan Dinasti Thuluniyah: 

Masjid Jami’  

Masjid Ahmad bin Thulun dibangun pada 876 M dan rampung pada 879 M. Masjid yang terletak di kaki Bukit Jabal Yashkur diyakini masyarakat Mesir sebagai masjid yang penuh berkah karena dapat melakukan segala aktivitas keagamaan di dalamnya. Bisa dikatakan masjid ini merupakan salah satu peninggalan orisinil terpenting peradaban Arab Islam di Mesir. 

ibn_tulun_4

Masjid Segi Empat Ibnu Thulun

Melihat keindahan Masjid Ibnu Thulun yang sudah berumur ratusan abad ini, mengingatkan kita tentang banyak hal. Pertama, menunjukkan capaian peradaban Islam dalam lintasan sejarah. Kedua, kekayaan dan keragaman seni arsitektur yang tampak dari hasil karya bersejarah tersebut.

Jika dicermati, konstruksi masjid yang terletak di Jabal Yashkur Mesir ini, mengikuti gaya arsitektur model Samarra. Model ini lazim digunakan dalam seni arsitektur Dinasti Abbasiyah selama era kejayaan mereka di Irak. Penilaian ini ternyata bukan tanpa dasar. Sang arsitek ternyata berasal dari Irak.

Masjid yang pembangunannya menelan waktu tiga tahun dari 876 M hingga 879 M  ini, berdiri di atas tanah seluas 2,6 hektare.  Bangunan utama masjid berukuran sekitar 140m x 116 m.  

Ukuran tersebut sudah termasuk pelataran masjid di bagian tengah seukuran 90 m x 90 m. Dengan ukuran sebesar itu, luas Masjid Ibnu Thulun setara  dengan Masjid Agung Damaskus yang dibangun oleh Dinasti Umayyah di Suriah. 

Masjid Jami Ibnu Thulun yang berada tepat di pusat kawasan al-Qathai ini berbentuk segi empat dengan halaman terbuka yang sangat luas tepat di tengah. Pada bagian halaman terdapat bangunan berkubah yang menjadi tempat wudhu sekaligus penyedia air minum.

Setelah hancur dalam kebakaran pada 986 M yang merusak tempat wudhu yang dibangun oleh Ibnu Thulun, kini bangunan yang dikelilingi air mancur ini didekorasi mejadi sebuah gedung terpisah berupa paviliun yang terdiri dari kubah yang ditopang oleh kolom-kolom batu pualam bersepuh emas. Fasilitas bersuci ini aslinya dibangun bersama dengan klinik berada di dalam az-Ziyadat untuk kepentingan higienitas.

Sedangkan tiang masjid ini panjangnya mencapai 92 meter dan dikelilingi oleh tempat majelis (ruwaq) di keempat sisinya. Di antara tembok yang ada di sekelilingnya terdapat tiga ruwaq luar bernama az-Ziyadat yang dibangun untuk mengantisipasi membludaknya jamaah.

Masjid yang dibangun Dinasti Thulun ini, tercatat telah mengalami sejumlah renovasi.

Antara lain, renovasi oleh Dinasti Fatimiyah pada 1117 M. Renovasi perdana ini cukup fundamental karena menggusur dan menghilangkan bentuk istana Dinasti Thuluniyah.

Pada 1296, masjid kembali direnovasi. Renovasi kali ini menghadirkan menara megah yang terletak di sebelah luar barat masjid. Menara ini membentuk spiral, layaknya Masjid Samarra, Irak.

Beberapa renovasi itu, memang menghasilkan tampilan bagunan yang megah. Bata merah yang diperindah dengan ukiran lapisan plester, ukiran dalam bentuk yang berliku-liku dengan atap ditopang pilar-pilar besar yang dihiasi ornamen-ornamen di atasnya.

Bagian yang paling mengesankan dari masjid ini adalah menara batu yang berbentuk spiral yang ditempatkan pada bagian tengah masjid dengan bentuk kubah bertulang di atas struktur oktagonal.

Qanathir Ahmad bin Thulun

Peninggalan Dinasti Thuluniyah yang bersumbangsih besar bagi kehidupan masyarakat Mesir ketika itu, adalah sistem saluran air (qanathir). 

Masyarakat setempat menamakannya Qanathir Ahmad bin Thulun. Saluran ini terletak di daerah tenggara kawasan al-Qatha’i. Secara fisik, konstruksi saluran air yang disebut sejarawan dengan as-Siqiyah ini menyerupai saluran yang ada pada masa kerajaan Romawi. 

Klinik Kesehatan 

Warisan lain dari Dinasti Thuluniyah adalah al-Maristan atau al-Bimaristan yang merupakan nama bagi sebuah bangunan yang berfungsi sebagai bagian klinik atau balai pengobatan umum bagi masyarakat (nonmiliter dan budak) yang sakit.

Di al-Maristan ini semua warga boleh memanfaatkan fasilitas klinik tanpa membedakan latar belakang suku dan agama. Selain memberikan pelayanan kesehatan cuma-cuma, al-Maristan juga memberikan kenyamanan layaknya rumah sakit modern.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here