BERSAMA ALLAH, AKU BISA! (PART III)

0
378

Oleh: Syifa Amalia Mardliah

JIC – Nah! Tetapi mengapa Mamanya Dimas (Tante Nina) dengan mudah meminjamkan saya uang dengan jumlah yang cukup besar? Ada factor ‘X’ di sini yang telah berperan, saya yakin Allah-lah yang menggerakkan hati Tante Nina. Sesungguhnya memang hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Sepanjang perjalanan saya menuju UI, saya tahan tangis sembari bersyukur kepada Allah SWT.

Sesampainya saya di tempat daftar ulang, saya langsung menemui Dimas. Saya dan ibu dibawanya langsung menuju ke Bank bersama dengan Mamanya Dimas. Jujur, baru hari itulah saya dan Dimas terlihat akrab. Saat di SMA kami hanya sebatas saling menyapa. Sesampainya di Bank ternyata Ibu saya dan Mamanya Dimas rembukan, akhirnya keluar kesepakatan: sebagian pembayaran tetap menggunakan uang tabungan haji Ibu namun sisanya lebih banyak menggunakan uang Mamanya Dimas.

Dengan perbandingan 1:3. Selesai pembayaran di Bank, kami langsung kembali ke tempat pendaftaran ulang. Mereka menunggu saya menyelesaikan proses daftar ulang dari awal sampai akhir. Lalu kami pulang bersama. Sepanjang perjalanan pulang, tiada hentinya saya haturkan terima kasih pada Dimas dan Mamanya serta Ibu saya tercinta. Saat di perjalanan pulang, Ibu saya memperjelas bahwa pinjaman yang diberikan oleh Mamanya Dimas akan segera diganti oleh Ayah saya selambatnya dua minggu dari hari itu. Sebab Ayah harus mencairkan depositonya.

Sesampainya di rumah, saya langsung mencari sebuah buku catatan harian milik saya yang lama tidak tersentuh. Di dalam buku tersebut tertulis seluruh daftar resolusi yang saya buat saat malam tahun baru 2010. Entah mengapa saya penasaran mengecek tiap poinnya saat itu. Ada satu poin bertuliskan: ‘Mampu masuk Universitas Indonesia’. Ternyata Allah menjawabnya dengan meloloskan saya pada seleksi masuk UI untuk program kelas internasional, yang mana lebih dari perkiraan saya. Karena pada program tersebut saya juga diwajibkan untuk berkuliah di universitas luar negeri pilihan.

Setelah menatapi poin resolusi tersebut cukup lama, saya kembali menangis. Menangis akan kebesaran Allah SWT. Ia memberikan hal yang tak disangka-sangka kepada diri saya. Ia menjawab segala apa yang saya butuhkan, terlebih yang saya butuhkan tersebut merupakan hal yang saya sangat inginkan. Alhamdulillah.

Pada akhirnya, coba bayangkan apabila saya menyerah serta kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, Allah, dan nasihb baik? Bayangkan apabila saya tak memiliki network dengan Dimas terlebih lagi tak berfikir untuk mencari jalan keluar dengan menelfonnya? Bayangkan apabila saya hanya berfokus hanya pada masalah bukan jalan keluar? Mungkin satu jawaban pastinya: Saya tidak akan pernah menikmati empat tahun yang penuh kesan belajar di IUP-FEUI.

Tetapkanlah apa yang kita ingin dan butuhkan, berusahalah sekuat tenaga, dan jangan pernah menyerah! Sisanya serahkanlah kepada Allah! Ia yang paling mampu menjadikan sesusatu indah pada waktunya. Memberikan apa yang kita butuhkan menjadi kenyataan. Lebih dari yang kita bayangkan. Bersama-Nya, I’m possible! Bersama Allah, aku bisa!

“Maka nikmat Allah yang mana lagi yang mampu aku dustai ?”

Sumber: Muslimah Inspiring Stories

Pusat Data JIC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen + two =