ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN

0
505

JIC – Menurut rilis laporan riset dan survei yang dilakukan oleh Pew Research Centers Forum on Religion & Public Life tentang Pemetaan Penduduk Muslim Global, pada tahun 2012 terdapat 1,6 miliar penduduk Muslim di muka bumi, kaum Muslim mewakili 23 persen dari total jumlah penduduk dunia yang diperkirakan sekitar 6,9 miliar jiwa. Jadi, kini hampir satu dari setiap empat penduduk dunia beragama Islam. Dan, 62 persen penduduk Muslim dunia hidup di benua Asia; hanya sekitar 20 persen yang hidup di Timur Tengah dan Afrika Utara, yang sebagian besarnya tercakup dalam kawasan Dunia Arab. Temuan Pew mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak, 203 juta jiwa, sekitar 13 persen dari total penduduk Muslim dunia. Dan negara-negara dengan populasi Muslim terbesar memang bukan di Timur Tengah, tetapi di Asia, termasuk Pakistan, India dan Bangladesh. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sekali lagi, terbanyak di dunia.

Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan tak beradab. Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisab sabu. Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar, minum-minuman keras. Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya. Sampai kepada pejabat kita yang melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran. Hampir setiap hari kejadian semacam ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana moral mereka? Bukankah sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin? Jika dikatakan tidak berpendidikan sepertinya tidak juga. Kita sangat yakin kebanyakan dari mereka telah mengenyam pendidikan dasar, bahkan tidak sedikit yang sudah sarjana bahkan lebih. Lantas mengapa moral mereka bisa sebegitu hancurnya?

Jawabannya adalah karena tidak memahami dan menjalankan ajaran Islam secara kaffah. Para ulama mu’tabar telah menjelaskan makna ar-rahmat dalam surat Al Ankabut ayat 51 yang berkaitan dengan penerapan syariah Islam kaffah dalam kehidupan sebagai tuntutan akidah Islam yang diemban oleh Rasulullah saw. Di antaranya adalah ulama Nusantara yang mendunia, Syaikh Nawawi al-Bantani(w. 1316 H). Ia menyatakan: Tidaklah Kami mengutus engkau, wahai sebaik-baiknya makhluk, dengan membawa ajaran-ajaran syariah-Nya, kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta, yakni agar menjadi rahmat Kami bagi alam semesta seluruhnya; bagi agama ini dan kehidupan dunia. Hal ini dipertegas oleh Imam Fakhruddin al-Razi (w. 606 H) yang menyatakan bahwa rahmat Islam tersebut mencakup kehidupan agama dan dunia. Mencakup agama karena Rasulullah saw turun menyeru manusia ke jalan kebenaran dan pahala, mensyariatkan hukum-hukum dan membedakan antara halal dan haram. Yang mengambil manfaat (hakiki) dari rahmat ini adalah siapa saja yang kepentingannya mencari kebenaran semata, tidak bergantung pada taqlid buta, angkuh dan takabur, berdasarkan indikasi dalil:

Katakanlah, “Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman, sementara orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan.” (QS Fushshilat [41]: 44).

Mencakup kehidupan dunia karena manusia terhindar dari banyak kehinaan dan ditolong dengan keberkahan dien-Nya ini. Firman Allah swt:

“Kami telah menurunkan kepada kamu al-Kitab (al-Quran) sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslim” (QS an-Nahl [16]: 89).

Frasa tibyan[an] li kulli syay-[in] bermakna: apa saja yang dibutuhkan oleh umat; mengetahui halal haram, pahala dan siksa, hukum-hukum serta dalil-dalil. Abu Bakar al-Jazairi menjelaskan kedudukan al-Quran sebagai hud[an], yakni petunjuk dari segala kesesatan; juga rahmat[an], yakni rahmat khususnya bagi mereka yang mengamalkan dan menerapkan al-Quran bagi diri sendiri dan di dalam kehidupan sehingga rahmat tersebut bersifat umum di antara mereka. Jika ingin merasakan Indonesia yang maju dan sejahtera, maka setiap muslim wajib untuk belajar tentang agama dan mengamalkannya. Dengan begitu kita akan mampu menjadi khalifah fil ardh yang sesungguhnya, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. “Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka lakukan” (QS al-A’raf [7]: 96). Saatnya menebarkan Islam Rahmat[an] lil ’alamiin ke seluruh penjuru dunia.

Sumber : JIC News Magazine, Edisi No 5, Tahun XI, November 2015

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

two × four =