
JIC – Mereka memanggilku Sofie. Kuhabiskan banyak waktu untuk belajar ilmu perfilman, hingga ilmu berbisnis dalam industri kreatif. Aku kadang sholat kadang tidak. Mengenakan kerudung tipis dan benar seadanya, celan jeans yang membungkus ketat kakiku, serta baju yang lebih mirip dengan baju anak SD, Ketat.
Berada di alam terbuka saat jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi adalah hal biasa. Aku menghabiskan waktu di lokasi syuting. Menjadi asisten penulis, kadang aku latihan teater di sebuah sanggar terkenal di Jakarta. Aku mengejar banyak hal dalam persoalan dunia, aku ingin dikenal sebagai seniman handal, dan saat usiaku 21 tahun, ku katakana pada semua temanku bahwa aku akan mengikuti gaya hidup Cameron Diaz, memilki karir bintang dan tidak tertarik pada pernikahan.
Aku bukan tipe wanita yang ramah, aku suka mengintimidasi laki-laki, dan aku memilki hubungan dekat dengan seorang laki-laki. Aku selalu ketus dengannya, aku menyukainya tapi aku tidak sudi menghabiskan banyak waktu, aku lebih tertarik pada pembuatan film, dan traveling bersama teman sesama seniman.
Suatu malam aku baru pulang dari kampus saat itu aku sedang mempersiapkan pertunjukan drama, tubuhku lemah dan aku pun drop. Tanpa ganti baju tubuhku ambruk di tempat tidur, dan aku tak lagi peduli berapa panggilan telepon dari laki-laki yang kucintai.
Aku tertidur selama tiga jam ketika bangun kepalaku sedikit pusing, dengan mata yang sedikit terbuka ku raih ponselkku di atas meja belajar. Aku terkejut tak percaya jam menunjukkan jam 03.00 pagi. Seumur-umur aku tidak pernah bangun tidur sepagi ini. Sebaliknya aku justru baru beranjak tidur jam segini. Ku letakkan ponselku, ku duduk termenung. Rupanya pagi buta begini menularkan ketenangan, keteduhan yang luar biasa. Lalu ku beranikan diri membuka tirai jendela, ku pandangi ke luar kamar aku menatap halaman dengan cukup lama, dan ada sesuatu yang terasa di dalam hati.
Aku langkahkan kakiku menuju pintu kamar meski sebenarnya aku tidak benar-benar yakin akan melakukannya. Sesaat aku berdiri di depan pintu berjalan menuju kamar mandi. Aku mencuci wajahku kemudian terbesit dalam fikiranku untuk berwudhu dan melanjutkannya dengan shalat malam. Aku sempat terkejut dengan fikiran yang terlintas, seakan tak percaya aku bukan orang sebaik itu, seperti orang-orang shalih lainnya.
Saat ku coba membuang fikiran soal wudhu, aku bergegas meninggalkan kamar mandi. Namun langkahku terhenti saat… (Bersambung)
Sumber: Muslimah Inspiring Stories












