BELAJAR DARI ISTERI FIR’AUN PART 3

0
22

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ ۝١١

Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,”

[Surat At-Tahrim (66): 11]

JIC- Zulaikha tidak beriman kepada Yusuf kecuali setelah tua lalu menjadi tua renta dan hina setelah kehilangan suaminya kemudian kehilangan kemuliaan, harta dan penglihatannya. Asiyah menurut Adham Syarqawi, beriman kepada Musa sejak hari pertama Musa mengajaknya beriman kepada Allah.

Syahwat Zulaikha menyebabkan perpisahannya dengan suaminya. Keimanan Asiyah menyebabkan perpisahannya dengan suaminya.

Zulaikha meninggal dalam keadaan dimarahi suaminya. Asiyah meninggal dalam keadaan diridai Tuhannya.

Ayat ini menunjukkan kebenaran, ketulusan, dan kesungguhan keimanan isteri Fir’aun kepada Allah swt dan hari berbangkit, kepada surga dan neraka bahwa amal saleh adalah jalan surga, dan amal perbuatan jelek adalah jalur neraka.

Juga ayat ini menjadi dalil bahwa memohon perlindungan kepada Allah swt dari orang-orang jahat adalah menjadi kebiasaan dan tipikal orang-orang saleh.

Kesalehan orang lain tidak akan memberikan manfaat dan faedah kepada orang yang bejat dan rusak, demikian pula sebaliknya.

Seorang suami betapa pun tinggi tingkat kesalehannya, namun tidak akan bisa memberikan jaminan apa pun kepada isterinya, dan tidak pula bisa menjamin dirinya terhindar dari perilaku buruk isterinya, seperti yang dilakukan isteri Nabi Nuh as (bernama Wa’ilah), dan isteri Nabi Luth as (bernama Wahilah).

Bertadarru’, bersimpuh di hadapan Allah swt dengan penuh kesungguhan, ketulusan, dan kejujuran adalah wasilah untuk menggapai keselamatan dari hukuman dan menggapai pahala tanpa hisab, bahwa senantiasa kembali kehadirat Allah swt adalah sebuah keniscayaan di setiap hal, dan hanya kepada-Nyalah tempat kembali.

Sungguh indah do’a Asiyah, seorang wanita yang anggun, permaisuri dari seorang raja diraja di planet bumi. Ketika segala aksesoris dunia tidak membuatnya lalai dan lupa bahkan membela Nabinya, Musa as.

Masih ada waktu dua pekan ke depan, Ramadan sang tamu agung. Mengutip ungkapan Ibnul Qayyim Al-Jauzi “Kita tidak pernah tahu pada saat kapan Allah swt akan mengabulkan do’a-do’a kita”.

 

*Ditulis oleh, Ustaz Arief Rahman Hakim (Kasubdiv Pendidikan dan Pelatihan PPIJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here