BERLAKU ADIL DALAM MENILAI

0
321
berlaku-adil-dalam-menilai

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(Al Maidah: 8)

JIC– Suka dan tidak suka (like and dislike) dalam organisasi adalah aktivitas menilai dan mensikapi orang lain menurut hawa nafsu atau kondisi kejiwaan dirinya sendiri serta mengabaikan kebaikan dan kemampuan serta posisi tawar orang lain. Sebagaimana diibaratkan orang membelah bambu, yaitu dengan menginjak salah satu dan pada saat yang sama mengangkat dengan kuat yang lainnya. Perbuatan menginjak saudara muslim dan mengangkat yang lain ini merupakan bagian dari bentuk-bentuk ketidakadilan. Sikap seperti ini tidak terpuji dan sangat tidak obyektif karena berangkat dari hawa nafsu yang ingin diperturutkan.

Dampaknya adalah penerimaan perasaan terzalimi pada diri orang lain tersebut sebab dirinya disikapi tanpa berdasar kepada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Sungguh syari’at Islam memperingatkan bahaya sikap tersebut serta harus membuangnya jauh-jauh.

Tidak selayaknya kaum muslimin dalam aktivitasnya yang terwadahi dalam sebuah organisasi mendapatkan perlakuan yang tidak adil, tersiksa batinnya, terpangkas potensinya dikarenakan adanya “like and dislike”. Pengurus struktur dan para pengurus masing-masing harus berusaha memangkas habis sikap ini. Semakin berlarut-larut kondisi demikian ini akan bisa mencukur habis asset organisasi/jama’ah. Apalagi jika yang menggejala adalah penyakit hasad yang tingkat penyakitnya lebih tinggi dari “like and dislike” akan menjadikan agama tercukur.

Dari Zubair bin Awwam ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: “Telah menjalar pada kalian penyakit umat-umat sebelum kalian, yaitu hasad dan benci. Ia adalah pencukur yang mencukur agama, bukan mencukur rambut.” (HR Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah ra. bersabda Rasulullah saw: “Jauhilah hasad, karena hasad memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar” (HR Abu Daud).

Sia-sia semua kinerja berikut pengorbanannya yang dilakukan oleh para anggota organisasi, jika masih terlingkupi oleh kebencian-kebencian sesama anggota. Tak akan banyak artinya penetapan kepengurusan serta program kerja organisasi dengan target dan sasarannya, manakala pemilihannya atas dasar suka dan tidak suka.

Mengambil yang disukai dan menyingkirkan yang dibenci tak sejalan dengan syari’at Islam dan ruh berjama’ah. Suka dan tidak suka hanya berlaku manakala terkait perkara yang ma’ruf dengan yang munkar. Kebencian dalam organisasi akan membakar ikatan persaudaraan serta mencukur kebaikan-kebaikan.

Sebenarnya menyukai salah satu pihak dan mengabaikan pihak yang lain akan menimbulkan fitnah terhadap orang yang diistimewakan tersebut. Hal ini tersirat dalam kisah Nabi Yusuf as. tatkala Ya’qub, ayahnya, begitu mengistimewakan Yusuf as.

“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (Yusuf:8)

Maka terjadilah makar saudara-saudaranya untuk melenyapkan Yusuf as, namun atas perlindungan dan skenario Allah SWT peristiwa tersebut tak membuat Yusuf as. meninggal.

Demikian satu di antara bentuk-bentuk ketimpangan sikap dan perilaku yang hendaknya dijauhi dalam kehidupan berjama’ah/organisasi karena keberadaanya ibarat virus pelemah kekuatan hingga tubuh tidak lagi immun terhadap berbagai serangan keburukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here