BERSAMA ALLAH, AKU BISA! (PART II)

0
294

Oleh : Syifa Amalia Mardliah

JIC – International Undergraduate Program FEUI merupakan tempat terbaik yang mana menurut-Nya sesuai dengan kemampuan saya. Di sanalah tempat yang menurut-Nya saya butuhkan untuk menimba ilmu di jenjang perguruan tinggi. Namun ada satu hal yang menjadi masalah, biayanya.

Ibu langsung menelfon saudara sepupunya untuk meminjam sebagian uang untuk pembayaran tersebut. Sedangkan ketika itu saya masih ragu untuk menghubungi ayah. Ibu pun menangis karena mendapat tanggapan negatif dari sepupunya. Saya menangis tak mau kalah ketika ibu berkata bahwa beliau ingin mengambil tabungan hajinya untuk membayar biaya masuk kuliah saya yang harus dibayar hari itu juga.

Saya pun langsung menghubungi ayah. Ayah pun bingung, karena jumlahnya terlalu besar untuk dibayar hari itu juga dengan kondisi beliau yang sedang di luar kota. Akhirnya saya berkata pada Ibu, “Bu, sudah tidak apa-apa. Aku tak usah masuk FEUI Kelas Internasional”.

 Ibu menjawab, “Ibu tahu kamu punya potensi di Akuntansi. Ibu ingin kamu masuk program internasional itu, biar Bahasa Inggrismu ikut terasah.”.

Lelah menangis, saya pun tertidur. Cukup tertidur selama sejam, entah apa yang membawa saya untuk tetap berjuang walau meski kelihatannya tidak mungkin. Saya tiba-tiba teringat bahwa ada teman satu SMA saya yang juga mengikuti SIMAK UI gelombang II tersebut. “Apakah Dimas juga lolos seleksi?”, pertanyaan itu tak lepas dari benak saya waktu itu. Saya tidak memiliki kontak Dimas, lalu saya coba menghubungi sahabatnya via telfon. Sahabatnya Dimas memberi nomor telfon Dimas kepada saya.

Langsung saya hubungi Dimas menggunakan pesawat telpon. “Halo Dimas, ini Syifa anak SMA 3. Kamu ikut tes seleksi masuk UI gelombang II? Lolos Dim?”, tanya saya pada Dimas. “Iya, Syif. Aku ikut. Alhamdulillah lolos di jurusan akuntansi. Kamu juga ikut tes kan waktu itu? Akuntansi juga? Lolos pasti!”, Dimas menyahut dari seberang sana.

Saya pun menjawab pertanyaan Dimas tersebut, sekaligus menceritakan niat saya untuk melepas kesempatan emas menjadi bagian dari Universitas Indonesia, terlebih lagi merelakan jurusan yang sedari SMA saya impikan, Akuntansi. Jawaban Dimas adalah “Kamu hilang akal Syif? Kok sampai bisa terpikir untuk melepas kesempatan ini? Kamu tahu kan banyak orang yang ingin diterima di Akuntansi FEUI? Yang penting kamu datang kesini terlebih dulu ya. Susul aku ke UI. Bawa berkas buat daftar ulang. Urusan uang jangan bingung”. Saya pun segera bersiap untuk pergi ke UI Depok bersama Ibu.

Handphone saya pun berdering ketika saya sedang menuju UI Depok. Telfon itu dari Dimas. Ia berkata dengan penuh semangat, “Syifa! Kamu udah di jalan kan? Mengarah ke UI kan? Mamaku sudah mau ke Bank di daerah UI, dia ingin meminjamkan kamu uang kuliah.”. Saya terdiam.

Tidak percaya dengan apa yang baru saja saya dengar. Bagaimana tidak? Hubungan saya dan Dimas tidak terlalu dekat, saat SMA kami hanya saling mengenal saja, jarang mengobrol. Mungkin karena ia mengambil jurusan IPA dan saya mengambil jurusan IPS, kami jadi jarang bertemu dan berbincang. (Bersambung…)

Sumber: Muslimah Inspiring Stories

Pusat Data JIC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

one × four =