islamic-center.com- Begitu banyak cerita yang ada di kota kelahiranku ini. Sayang bila harus terlewatkan tanpa makna. Sedikit menjentikkan jemari di atas ‘tuts kata’ hingga aku bisa menguntai sejarahnya … duhai ibukota …
—
Seruni … begitu aku memanggilnya …
Ia hadir hanya kala hujan turun dalam temaram. Langkah kakinya memerincingkan semangat hati sang ceria. Tampak raut wajahnya yang begitu teduh di balik sisi bulir bening si rintik hujan. Lihat ia dengan gemerlap busana sederhana dan jendela dimana-mana. Sungguh pemandangan yang luar biasa dengan gaun dan jas berdasi di sisi kota.
Terngiang ada penyair cilik di sudut sana dengan fasih ia berceloteh tajam, menyindir remaja yang asyik bercengkrama di balik payung-payungnya dan berdelik cantik untuk sang bunda yang berada di balik kompor arang. Aku mendengarnya dengan penuh cerita.
Berbagi untuk memberi …
Memberi untuk berseri di antara keangkuhan duniawi …
… Kisah nyata yang kutemui di sudut ibukota …
—
“Jangan izinkan hati untuk mengeras hingga kita tak mampu lagi mendengar ratapan keras. Di balik gemerlapnya lampu ibukota, ingatkan diri bahwa masih ada sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. Mungkin memang mereka sengsara harta, namun tak sedikit yang bahagia atas ketiadaan harta karena bagi mereka ‘cinta sesama’ adalah bahagia yang seutuhnya …”
—
Penulis : Shafiqah Adia Treest (adia.treest@gmail.com)