GURU AMIN, ULAMA PEJUANG DARI KALIBATA

0
86
guru-amin-ulama-pejuang-dari-kalibata

JIC- Kiai Raden Haji Muhammad Amin atau Guru Amin (1901-1965) adalah salah seorang ulama betawi yang juga terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Nasabnya yang berujung kepada Pangeran Sanghiang Jatinegara Kaum, menunjukkan rekam jejak leluhurnya sebagai bangsawan Jayakarta yang terus menerus melakukan perlawanan sejak kedatangan belanda ke tanah betawi.

Guru Amin muda menimba ilmu agama dari berbagai ulama betawi, seperti: Guru Ending, Guru Marzuki, Guru Mansur, Guru Abdurrahim Kuningan serta Syekh Mukhtar Atharid di Makkah. Sejak usia 12 tahun, ia sudah menggantikan ayahnya mengajarkan kitab fathul mu’in di masjid kalibata. Guru Amin berkawan akrab dengan Kyai Noer Ali Ujung Harapan, yang kemungkinan mempengaruhi aktifitas Guru Amin kemudian dalam perjuangan kemerdekaan dan Partai Masyumi. Dalam hal organisasi social, Guru Amin dikenal sebagai tokoh Nahdlatul Ulama.

Di masa revolusi kemerdekaan, Guru Amin adalah salah-satu ulama yang ikut berjuang melawan Belanda. Ia memimpin santrinya dalam pertempuran melawan belanda di Kalibata, sehingga Guru Amin menjadi salah-satu target penangkapan tentara belanda. Bahkan beberapa kali rumah Guru Amin dan keluarga Guru Amin didatangi Belanda, sehingga Guru Amin akhirnya melarikan diri ke Cikampek dengan menyamar sebagai tukang beras. Di Cikampek, bersama para santrinya ia juga memimpin pertempuran melawan Belanda di beberapa front.

Ketika Guru Amin kembali ke rumahnya di Kalibata pada 1948, ternyata isi rumahnya sudah berantakan karena didatangi dan digeledah paksa oleh Belanda yang mencari keberadaan Guru Amin. Semua kitab yang disusun dalam tiga lemari berantakan, dan tidak bisa digunakan lagi. Namun demikian, karena situasi Jakarta yang masuk ke dalam kawasan zona damai, membuat Guru Amin tidak lagi menjadi target penangkapan. Namun demikian, karena setiap hari rumah Guru Amin selalu didatangi oleh para santrinya, maka pihak Belanda curiga bahwa Guru Amin akan memobilisasi massa untuk melawan belanda. Alhasil kemudian, aktifitas Guru Amin dibatasi Belanda, dimana beliau hanya diperbolehkan keluar rumah hanya untuk mengajar di madrasahnya di Pesantren Unwanul Huda. Guru Amin tidak diperkenankan ke tempat lain, hinga kemudian belanda angkat kaki setelah penyerahan kedaulatan 1950.

Setelah Belanda angkat kaki, Guru Amin berkhikmad di organisasi Nahdlatul Ulama dan Partai Masyumi. Guru Amin adalah orang yang berhasil mengorganisir keberadaan penghulu agama di Jakarta, bekasi, tangerang dan karawang atas perintah menteri agama, KH. Masykur. Setelah berhasil menyelesaikan tugas itu, Guru Amin ditunjuk sebagai kepala para penghulu atau KUA kawasan tersebut.

Guru Amin wafat pada 31 Agustus 1965 dan kemudian dimakamkan di komplek pesantrennya. Semula, ia akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, karena ia termasuk veteran perang kemerdekaan. Namun, akhirnya diputuskan agar hal itu tidak dilakukan, karena kelak murid-muridnya akan sulit jika ingin berziarah ke makam Guru Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here