INILAH POTENSI ACEH SEBAGAI DESTINASI WISATA HALAL INDONESIA

0
231
Penari menampilkan tarian bines dan guel pada malam "Kemilau Tanah Gayo" di Taman Sulthanah Safiatuddin (TARASA) , Banda Aceh, Jumat (14/11/2014) malam. Sebelumnya, atraksi seni dan budaya dari berbagai kabupaten/kota di Aceh juga digelar sebagai rangkaian dari event tahunan di TARASA. SERAMBI/M ANSHAR *** Local Caption *** FOTO-FOTO INI DILINDUNGI UNDANG UNDANG HAK CIPTA. HANYA DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN DINAS PARIWISATA ACEH TAHUN 2015 - JIKA ADA PIHAK LAIN YANG MENGGUNAKAN HARAP HUBUNGI PEMILIK FOTO DI: 081167181700 atau Email: aanpix@gmail.com

502news-wisata-halal-aceh1

JIC – Wisata dan gaya hidup halal sedang menjadi trend global saat ini. Hal tersebut juga dilirik para wisatawan non-muslim yang juga dapat menikmati jenis wisata ini. Selain itu, produk halal juga telah menjadi pilihan hidup masyarakat di dunia, bukan hanya karena mengikuti aturan syariah bagi muslim, namun juga alasan kesehatan bagi non-muslim. untuk itu, ada empat jenis usaha pariwisata akan dipromosikan yang pelaksanaannya mematuhi aturan syariah, seperti hotel halal, sistem makanan halal, paket wisata halal, amenitas destinasi yang berstandar halal seperti mushalla di objek wisata, serta atraksi wisata yang halal. Dengan konsep ini, hotel tidak menyediakan minuman beralkohol, fasilitas spa terpisah untuk pria dan wanita, memiliki sarana ibadah yang bersih, terawat, dan nyaman dengan arah kiblat yang benar. Restoran juga harus menyajikan produk makanan dan minuman yang bersih, higienis, dan bersertifikasi. Pelaku biro perjalanan wisata pun dalam menjalankan usahanya sesuai dengan nilai-nilai syariah, seperti penyediaan paket wisata berbasis Islami.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Drs. Reza Fahlevi, M.Si mengatakan promosi dan publikasi juga akan terus dilakukan untuk memperkenalkan Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia secara masif melalui pelibatan media cetak dan elektronik serta online. Berbagai event budaya nantinya akan menjadi media secara langsung untuk mengenalkan potensi wisata halal. “Ada banyak kegiatan pariwisata yang kita gelar berkala. Kita berharap event atraksi budaya dan pariwisata bisa terus dipromosikan secara tematik dan profesional melalui pendekatan dan prinsip-prinsip yang Islami,” jelas Reza, seperti dilansir dari publikasi resmi Pemprov Aceh.

Tambah Reza, Aceh memiliki potensi yang sangat besar bahkan sangat siap dan ideal untuk menjadi destinasi wisata halal karena menerapkan syariat Islam, yang mana dalam kehidupan masyarakatnya berlaku norma, nilai dan aturan yang berlandaskan Syariat Islam. Sebagai destinasi, lanjut dia, Aceh sangat terbuka dan welcome kepada wisatawan, dan fasilitas yang dibutuhkan bagi wisatawan muslim sangat mudah ditemukan di Aceh. Karena, untuk menjadi destinasi wisata halal, suatu daerah  harus dapat menyediakan berbagai fasilitas yang memberikan pelayanan dan kemudahan dan ramah terhadap kebutuhan wisatawan muslim. Misalnya, lanjut Reza,  adanya sistem jaminan halal, kemudahan untuk beribadah, makanan halal, hotel-hotel yang menerapkan halal friendly, tersedianya arah kiblat, mushalla, toilet yang sesuai dengan standar wisatawan muslim, dan didukung dengan paket-paket wisata religi.

“Aceh memiliki semua itu. Sebagai sebuah destinasi wisata juga harus memiliki standar pelayanan yang baik, tersedia infrastruktur dan aksesibilitas yang baik, adanya atraksi wisata yang profesional, dan promosi dan pemasaran destinasi secara meluas,” ungkap Reza.

Selain itu, untuk memudahkan para turis menikmati wisata halal di Indonesia, telah dilakukan promosi melalui konferensi media dengan tema Indonesia Tourism Insight: Policy and Strategy di Kuala Lumpur, Malaysia awal November 2015. Indonesia mempermudah kunjungan wisatawan Malaysia ke Indonesia melalui tiga kebijakan baru. Pertama, penambahan jumlah Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Kedua menghapuskan peraturan izin memasuki wilayah Indonesia Clearance and approval for Indonesian teritory (CAIT) yang memudahkan kapal pesiar atau yacht masuk ke Indonesia melalui 18 pelabuhan. Ketiga, menghapuskan Asas Cabotage yang memudahkan kapal pesiar menaikkan dan menurunkan penumpang di lima pelabuhan di Indonesia, yakni Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Belawan (Medan), Soekarno-Hatta (Makassar) dan Benoa (Denpasar).

Hingga tahun  2015, pertumbuhan industri pariwisata halal merupakan pertumbuhan terbesar dibandingkan jenis pariwisata lainnya. Apalagi Indonesia berhasil meraih tiga penghargaan dunia sebagai World’s Best Halal Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon Destination, dan World’s Best Family Friendly Hotel pada World Halal Travel Awards (WHTA), pada 19-21 Oktober 2015 di Uni Emirat Arab (UEA). Berangkat pada prestasi ini Kementerian Pariwisata RI tahun ini menominasi tiga provinsi di Indonesia untuk percepatan destinasi wisata halal dunia dan Aceh termasuk salah satunya, selain Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pada tahun 2016 ini, Aceh juga berpartisipasi dalam Kompetisi Wisata Halal Nasional oleh Kementrian Pariwisata menuju kompetisi WHTA 2016 dengan mengusung tema branding The Light of Aceh atau Cahaya Aceh untuk memperkenalkan potensi-potensi wisata halal di Provinsi yang sering disebut dengan Serambi Mekkah itu. Promosi The Light of Aceh juga tayang di website resmi www.acehtourism.travel yang menampilkan beragam pilihan destinasi wisata halal di Aceh beserta keberagaman budaya, hotel, dan informasi update lainnya tentang halal tourism Aceh.

Sumber : gomuslim.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here