Sehubungan dengan maraknya anak remaja yang ngeluyur malam, bahkan ada remaja dibawah umur yang mengendarai kendaraan dan mengalami kecelakaan yang menelan korban sampai beberapa orang, dirasa perlu untuk mengevaluasi kegiatan anak-anak dan para remaja. Bahkan, pemprov DKI menganggap bahwa masalah ini menjadi masalah sosial yang perlu ditangani secara serius.
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bahwa DKI telah mempunyai Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang jam wajib belajar malam hari bagi pelajar, yang berdasarkan pada Perda No. 8 tahun 2006, tentang sistem pendidikan. Pada pasal 7 ayat 3 tertulis ”Orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anaknya dari pukul 19:00 sampai dengan 21:00”. Pelaksanaan perda no 8/2006 melibatkan RT dan RW setempat, dan tidak melibatkan Satpol PP. Pilot project 10 RT. Masing-masing wilayah (Jakarta Pusat, Barat, Timur, Utara dan Selatan). Salah satu contoh di Jakarta Utara adalah di Kampung Cerdas Koja.
Sehubungan dengan maraknya anak remaja yang ngeluyur malam, bahkan ada remaja dibawah umur yang mengendarai kendaraan dan mengalami kecelakaan yang menelan korban sampai beberapa orang, dirasa perlu untuk mengevaluasi kegiatan anak-anak dan para remaja. Bahkan, pemprov DKI menganggap bahwa masalah ini menjadi masalah sosial yang perlu ditangani secara serius.
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bahwa DKI telah mempunyai Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang jam wajib belajar malam hari bagi pelajar, yang berdasarkan pada Perda No. 8 tahun 2006, tentang sistem pendidikan. Pada pasal 7 ayat 3 tertulis ”Orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anaknya dari pukul 19:00 sampai dengan 21:00”. Pelaksanaan perda no 8/2006 melibatkan RT dan RW setempat, dan tidak melibatkan Satpol PP. Pilot project 10 RT. Masing-masing wilayah (Jakarta Pusat, Barat, Timur, Utara dan Selatan). Salah satu contoh di Jakarta Utara adalah di Kampung Cerdas Koja.
Di RW 05 Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, menurut laporan Warta Kota (25/9) sudah dilakukan sejak tahun 2012. Para warga menyebut wajib jam belajar dengan istilah ”Kampung Cerdas”. Setiap hari Senin sampai Kamis pukul 19:00-21:00, puluhan pelajar diwajibkan mengikuti kegiatan di rumah. Kecuali hari Rabu mereka diwajibkan mengikuti di Balai Warga RW 05.
Menurut siwa yang mengikutinya, manfaat mengikuti jam belajar tersebut yaitu tingkat prestasi belajarnya menjadi naik, belajar bisa lebih fokus, anak-anakpun menjadi penurut. Ada satu hal yang menarik lagi diantaranya yakni bagi siapa yang melanggar akan didenda sebesar Rp. 2000,- rupiah, hasil denda tersebut akan dikembalikan untuk membelikan prasarana belajar siswa-siswa.
Demikianlah sekelumit cerita bagaimana sistem sosial bisa diterapkan pada masyarakat strata bawah dan menengah dalam rangka upaya menciptakan generasi muda yang pandai dan beretika yang diharapkan negara kita. Adapun strata atas, agak sulit terjangkau oleh aturan Perda No. 8 tersebut mengingat lebih bersifat individualistik.
Yang dicanangkan dalam Kampung Cerdas adalah pembinaan kepandaian otak, lalu bagaimana pembinaan masalah etika dan agamanya? Penulis mencoba menambahkan guna sebagai masukan keagamaan dalam rangka pembinaan anak-anak dan remaja.
Masalah Pembinaaan Anak-anak dan Remaja Islam
Masalah pembinaan anak adalah masalah yang pelik, karena tidak berdiri sendiri, metode pemecahan masalahnya akan melibatkan latar belakang lingkungan, dan arah tujuannya.
Anak itu ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtuanya lah yang sangat penting, karena melalui mereka anak akan dibentuk menjadi baik ataupun tidak.
Rasulullah Saw sebagai suri tauladan kita, telah memberi tuntunan bagaimana mendidik dan mempesiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam hal-hal yang paling utama. Inilah yang secara istiqamah harus dilakukan oleh para orang tua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang paling penting adalah contoh kongkrit. Namun, hal itu juga harus di-support oleh lingkungan, pergaulan anak-anak dan masyarakat.
Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian Islami sejak dini. Yang difasilitasi oleh lembaga pendidikan Islam di lingkungan masyarakat tempat dimana ia tinggal. Dan lembaga paling dini adalah kalangan orang tua dan keluarga. Yang berperan sebagai madrasah utama dalam kehidupan individu.
Selain itu juga masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam meningkatkan kualitas iman kepada Allah Swt dan menumbuhkan perilaku baik di dalam dirinya. Juga sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan membekali individu dengan ketrampilan yang harus dimiliki dalam mengarungi kehidupan ini.
Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluargalah yang paling bertanggung jawab dalam pengajaran pada kehidupan anak tersebut, keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak-anak pendidikan moral dan sosial yang baik.
Yang harus diperhatikan dalam rangka melatih anak untuk ta’at beribadah adalah pendidikan ibadah itu sendiri, pendidikan keimanan dan pendidikan akhlak. Penting untuk diajarkan kepada mereka bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai akhlak mulia, berikut dijelaskan dengan contohnya yang bisa mereka temukan dalam keluarga mereka, dan lingkungan masyarakat sekitar.
Setiap muslim hendaknya diajarkan akhlak baik yang ada relasinya dengan ibadah seperti sikap ihsan, ikhlas dan tawadhu.
1.Ihsan
Ihsan adalah berbuat kebaikan, yaitu segala perkara yang dilakukan, baik mengenai ibadah atau lainnya, hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya dan sempurna.[1][1]
Perbuatan ihsan juga terdapat dalam bentuk interaksi dengan siapapun mahluk Allah SWT. Dalam prakteknya bisa dimaknai bersungguh-sungguh dalam belajar dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang melakukan tindakan salah dengan kebaikan atau menerima permintaan maaf mereka. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah. Setiap anak didik harus berlatih memaafkan orang lain dan memberikan nasihat yang baik dengan penuh hikmah.
Dalam butiran tindak-tanduk, bersikap ihsan contohnya adalah : bersungguh-sungguh dalam belajar, dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang berlaku salah dengan kebaikan. Menerima permintaan siapapun yang salah. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah, mengikuti jejak Rasulullah SAW dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh utama dalam kehidupan ini sebagaimana firman Allah.
”Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi agung..” (QS. Al Qalam :4)
2. Sabar
Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan atau keluhan.
Sikap sabar dapat termanifestasi melalui sikap taat, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah, serta menjauhkan diri dari perbutan dosa dan maksiat.
Oleh karena itu seorang muslim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan terhadap dirinya dengan sikap yang tetap sabar.
Qs Az Zumar :10
”Sesungguhnya hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.”
3. Amanah
Amanah adalah menyampaikan hak-hak kepada orang-orang yang memilikinya tanpa mengulur-ngulur waktu. Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan tekun dan rajin, adapun sikap amanah dalam berinteraksi dengan manusia adalah menjaga rahasia-rahasia mereka.
Sebelum Muhammad SAW menjadi Nabi, masyarakat jahiliah yang hidup disekitar Rasul selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al Amin, artinya ”orang yang terpercaya”. Itu karena para Rasul memang memiliki sikap amanah, begitu juga dengan hamba-hamba Allah yang shalih.
Rasulullah bersabda :”Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang-orang yang telah mempercayaimu, dan janganlah kalian menghianati orang yang menghianatimu” (HR. Daraquthni)
4. Jujur
Dalam menjalankan ibadah, muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan, seorang muslim hendaknya berlaku jujur, hanya untuk mengharapkan ridha Allah.
Seorang anak hendaknya diajarkan untuk memiliki sikap jujur, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatannya. Sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sesuai dengan realitas yang ada. Tidak berbohong kepada orang lain, karena sifat bohong adalah sifat orang munafik.
Rasulullah bersabda ”Hendaknya kalian berlaku jujur, karena kejujuran akan membawa orang kepada perilaku baik, dan perbuatan baik akan membawa seseorang kepada surga. Seseorang yang jujur dan mempertahankan terus kejujurannya, di sisi Allah akan tercatat sebagai orang jujur. Dan hendaknya kalian menjauhkan dari sifat bohong. Karena kebohongan akan menjerat seseorang kepada dosa, dan dosa akan mengantar manusia ke pintu neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih terus melakukan kebohongan, di sisi Allah akan tercatat sebagai pembohong.” (HR. Muslim)
5. Menepati Janji
Tanamkan rasa percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan tanda orang yang beriman. Dan Allah swt menyukai hal itu, kalau tidak mampu menaatinya ajarkan anak-anak untuk meminta maaf.
Menyalahi janji termasuk perbuatan hina, karena akan menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat. Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga melahirkan murka Allah. Allah berfirman :
”Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabanya. (QS. Al Isra:34)
6. Mendahului Kepentingan Orang Lain
Ikhlas berkorban untuk mendahulukan kepentingan orang lain termasuk perbuatan utama dalam ajaran Islam. Sikap ini terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain, melayani kebutuhan kaum muslimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki keyakinan bahwa sesama muslim adalah saudara.
Marilah kita ajarkan kepada anak-anak untuk berkasih sayang dengan sesama, contohnya : memberikan sedekah kepada pengemis dan kaum papa. Tidak merendahkan, menyakiti maupun mencela sesama manusia.
Kasih sayang akan menumbuhkan rasa cinta dan menyatukan hati, sebaliknya sikap keras hanya memisahkan hati dan menumbuhkan kebencian.
Rasulullah bersabda :”Barang siapa tidak mengasihi maka tidak akan dikasihi” (HR. Bukhari Muslim)
7. Suci Diri (Kebersihan)
Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat menganjurkan kepada setiap individu agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal masing-masing.
Anak-anak sebaiknya sejak dini sudah diajarkan kebersihan, umpamanya dilatih membuang sampah pada tempatnya, menyapu, mencuci sepatu sendiri dan sebagainya.
Karena ketika menghadap Allah seseorang harus suci. Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan pakaian yang bersih dan terbaik untuk bersujud kepada Allah.
Rasulullah besabda bahwa kebersihan termasuk bagian dari iman (Annadhofatu minal iman).
8. Pemaaf
Sifat utama yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah sifat pemaaf, murah hati dan berani karena benar.
9. Tawadhu’
Seorang anak hendaknya diajarkan tawadhu atau rendah hati yang hanya bisa dicapai dengan menjauhkan diri dari sifat sombong dihadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir miskin yang lain, karena do’a mereka mustajab dan bergaullah dengan siapa saja.
Usahakan untuk menjauhkan diri dari sifat angkuh, mengagung-agungkan diri baik dengan memperlihatkan harta, mahkota, maupun ilmu pengetahuan. Jangan suka puji-pujian yang berlebihan atau penghormatan di luar batas.
Allah Swt berfirman dalam surat Al Furqan 63:
” Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan”.
10. Ikhlas
Ikhlas (tulus, murni) adalah bersih dan terbebas dari tujuan untuk selain Allah.[2][2] Seorang anak harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melakukan pekerjaannya maupun proses belajarnya. Semua itu harus mereka lakukan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha Allah Swt. Jangan sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya’, atau hanya mendapatkan pujian dari orang-orang.
11. Malu
Seorang hendaknya diajarkan bahwa malu merupakan sebagian dari iman, yang dapat mendekatkan kepada kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Rasulullah SAW adalah seorang yang pemalu sehingga beliau tidak pernah berbicara kecuali yang baik-baik saja.
Rasulullah SAW bersabda :”Barang siapa tidak memiliki rasa malu maka tidak memiliki keimanan” (HR. Bukhari Muslim)
12. Nasehat
Seorang anak hendaknya diajarkan bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari maksud-maksud tertentu atau hawa nafsu. Seorang muslim harus menasihati muslim lain, karena nasihat dapat melepaskan seseorang dari api neraka. Sering memberi nasihat adalah akhlak para nabi.
Allah berfirman dalam QS. Al Asyr ayat 3 :
”Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih supaya menetapi kesabaran”.
Rasulullah SAW juga bersabda, ”Agama adalah sebuah nasehat”.
Para sahabat bertanya ”bagi siapa yan rasulullah..?”
Rasulullah menjawab, ”Bagi (milik) Allah, Para Rasul dan kaum muslimin (HR. Muslim)
13. Adil
Yang dimaksud adil adalah memberikan sesuatu sesuai dengan tempat/kadar atau derajatnya. Seorang anak harus diajarkan keadilan, menjunjung tinggi kebenaran dan membela mereka yang terdzalimi.
Allah Swt berfirman dalam QS. An Nahl ayat 90 ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan”.
14. Silaturahim
Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik kepada orang tua serta kaum kerabat. Disamping itu menjaga hak para tetangga dan orang-orang lemah. Semua itu dimaksudkan untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan cinta sesama manusia. Termasuk diantaranya adalah berbuat sopan ketika bertemu dengan kerabat serta menyambut kedatangan mereka dengan gembira.
Termasuk silaturahim adalah menjenguk yang sakit dan membantu meringankan beban mereka.
Firman Allah dalam QS Ar Ra’d :21:
”Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang telah Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut pada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”
15. Ibadah
Sebaiknya sejak dini anak-anak dilatih beribadah, baik di rumah maupun di masjid. Melatih beribadah dengan teratur akan memunculkan generasi Rabbani, yang mencintai Allah.
Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa pendidikan yang penting buat anak-anak diantaranya pendidikan akidah, lalu pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah dan pendidikan ahlak. Sangat penting diajarkan kepada anak bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai akhlaq mulia dan taat beribadah.
Akhlak yang baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Akhlak yang baik diperoleh dengan berjuang untuk menyucikan jiwa, mengarahkannya untuk selalu ta’at pada aturan agama, menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan ibadah tidak lain untuk mencapai akhlak yang baik, sesuai dengan sabda Rasulullah tokoh yang selalu dijadikan panutan umat Islam.
Rasulullah SAW bersabda,
”Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (HR. Al Bukhari).
Mereka yang berahlak baik biasanya hatinya akan dicondongkan kepada ajaran agama.[3][3] Mudah bagi mereka menerima nasihat, dan selalu melakukan evaluasi diri. Anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga yang istiqamah mengerjakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya, Insya Allah akan selalu dituntun-Nya dalam pendidikan dan kasih sayang-Nya.
Salam,
Verri Jaya Priyana, MA.
*) Penulis adalah peserta Pendidikan Kader Mubaligh (PKM) angkatan XX
KODI Provinsi DKI Jakarta
[1] Ahsin W. Alfidz, Kamus ilmu Alquran, Wonosobo, Penerbit Amzah,2005
[2] Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, Wonosobo, Penerbit Amzah, 2010.
[3] Fuhaim Musthaja, Rahasia Rasul mendidik Anak., Majalah Al Ikhlas, edisi, No. 11/Tahun VIII/31-Mei- 13 Juni 2010.











