JIC- Menjadi seorang Muslim itu jangan mudah baper (bawa perasaan atau emosional). Bagaimanapun pikiran setiap manusia itu berbeda-beda dalam menilai, ada yang logis, asal ceplas-ceplos, apatis, dan bijak. Ragam ekspresi tersebut sudah sepatutnya Muslim menyikapinya dengan rendah hati, tenang, dan tidak mudah terpancing amarahnya.
Terlalu melelahkan bila setiap gunjingan, celaan, kita balas dengan kemarahan. Tanpa sadar sangat menyita waktu. Pikiran dan hati terkuras oleh kejengkelan-kejengkelan yang tak bermanfaat. Itu sebabnya, kita belajar untuk mengolah batin agar tidak mencari-cari perhatian banyak orang atau merespons sesuatu yang tidak ada faedahnya. Berambisi mengejar popularitas, tetapi lalai mengasah kemampuan atau skill adalah salah satu fenomena yang kerap terjadi. Memang memperbaiki diri dengan mencari ridha Allah SWT adalah sebaik-baiknya tempat kembali.
Sebagaimana nasihat yang diungkap oleh Grand Syekh Al-Azhar University, Syekh Thanthawi mengenai sikap atau cara pandang memahami manusia. Pertama, kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita. Kedua, kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita. Ketiga, kita istimewa di mata orang-orang yang mencintai kita. Keempat, kita adalah pribadi yang penuh kejengkelan bagi pribadi orang yang penuh kedengkian. Kelima, kita adalah orang-orang yang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri dan sakit hati kepada kita.
Berdasarkan cara pandang di atas, lalu bagaimana cara kita menyikapinya? Tentu yang mesti tertanam dalam diri kita yakni, kesadaran bahwa setiap orang memiliki cara pandang masing-masing. Jadi tidak perlu berlelah-lelah agar tampil baik di mata semua orang. Fokuskan mencari keridhaan Allah SWT.
Mengutip buku Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat (2018), Mark Manson memaparkan cara hidup yang lebih baik dengan bersikap bodo amat alias tidak mudah baperan. Bodo amat di sini bukan arti apatis terhadap segala hal, melainkan Mark justru menjelaskan kunci seni dengan tiga hal. Yakni seni pertama adalah masa bodoh dengan segala halangan dan perjuangan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Rintangan itu mustahil tidak ada. Sebab itu, hadapi saja karena setiap sesuatu rintangan sudah pasti muncul.
Kedua, temukan hal-hal yang lebih penting dan berarti untuk diprioritaskan sehingga kamu dapat dengan mudah menyingkirkan hal-hal sepele atau sesuatu yang tidak bermakna. Sedangkan yang terakhir, mempertegas seni sebelumnya yaitu kita mulai memilah mana yang lebih penting saat beranjak dewasa. Meski hal terpenting itu terlihat sederhana, tetapi kita bisa mencapai kebahagiaan dengan kesederhanaan tersebut.
Jika yang dipaparkan oleh Syaikh Thanthawi merupakan identifikasi cara pandang manusia, maka Mark Manson bagian dari solusi atas persoalan cara pandang tersebut. Menarik untuk dipraktikkan agar mental kita lebih sehat dan kuat, tidak mudah baperan terhadap cacian, ejekan atau orang yang tidak bertanggung jawab dengan sengaja mengadu domba agar terjadi perpecahan satu sama lain.
Hadis Nabi SAW yang mengatakan, janganlah kamu marah, janganlah kamu marah, janganlah kamu marah (HR. Bukhari). Beliau mengulangnya sebanyak tiga kali merupakan salah satu penekanan agar jangan jadi Muslim baperan, tidak mudah emosi atau tersinggung. Sebab penting untuk menjaga kestabilan emosi agar hati dan pikiran tetap jernih.
Orang yang tidak baper juga terlihat lebih profesional, baik dalam bekerja, berorganisasi, atau menjalin kerja sama lainnya. Emosinya tetap stabil meski terkadang situasi hati dan pikiran dibuat keruh, ia tetap fokus pada sesuatu yang menjadi goals-nya. Walhasil, penting bagi setiap Muslim untuk tidak mudah baper. Tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia dan fokuskan mencari destinasi keridhaan Allah SWT.