JIC 7 MIX

0
117

Penduduk Jakarta, yang dalam istilah Gubernur tidak berkualitas itu, didominasi oleh para pekerja sektor informal dan pengangguran yang tentu saja sebagian besar mereka beragama Islam. Tentu sudah banyak program yang dijalankan untuk mengatasi problem kualitas SDM di Ibukota ini, salah satunya dengan melalukan kegiatan pelatihan kewirausahaan.

Jauh sebelum lebaran bahkan sebelum Ramadhan, tepatnya pada awal bulan Juli 2011, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dalam suatu kesempatan memberikan penilain bahwa kebanyakan orang yang menetap dan bermukim di Jakarta adalah orang-orang yang tidak berkualitas. Ia menyatakan hal tersebut sebagai tanggapan mengenai pertumbuhan penduduk di Jakarta yang peningkatannya cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurutnya, saat ini tren orang Jakarta yang tergolong mapan dan agak mampu, mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang jelas, lebih memilih bermukim diluar Jakarta seperti di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dikatakannya, dengan memperhatikan berbagai macam strata yang ada dalam masyarakat, maka sulit bagi Pemprov DKI Jakarta mengurai kepadatan penduduk di Jakarta yang terbilang sudah over. Menurutnya penyelesaian hal tersebut tak bisa diselesaikan dengan law enforcement semata, tetapi juga menggalakkan program KB. Di sisi lain, Pemprov DKI Jakarta tidak bisa membendung seseorang untuk masuk Jakarta karena Jakarta adalah ibukota yang merupakan milik seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya perlu pembangunan daerah lain agar tingkat kesejahteraan daerah lain meningkat dan kesenjangan antara pusat dan daerah berkurang.

Penduduk Jakarta, yang dalam istilah Gubernur tidak berkualitas itu, didominasi oleh para pekerja sektor informal dan pengangguran yang tentu saja sebagian besar mereka beragama Islam. Tentu sudah banyak program yang dijalankan untuk mengatasi problem kualitas SDM di Ibukota ini, salah satunya dengan melalukan kegiatan pelatihan kewirausahaan.

Pelatihan kewirausahaan bukan hal baru di Indonesia. Sudah ratusan dan bahkan ribuan pelatihan ini diadakan dari pusat sampai daerah, baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun, jika kita menyimak laporan hasil penelitian yang dilansir oleh BBC, London di medio Mei 2011, rasa-rasanya, ribuan pelatihan kewiruasahaan yang telah dilakukan masih terasa kurang. Laporan tersebut manyatakan bahwa Indonesia merupakan tempat terbaik sedunia (mengalahkan Amerika, Jepang, dan negara maju lainnya) untuk memulai sebuah bisnis karena sangat ramah kepada para wirausahawan pemula. Uniknya, Jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di dunia, jumlah entrepreneur atau wirausahawan di Indonesia masih rendah. Terbukti pada tahun 2010, dari 231,83 juta jiwa penduduk Indonesia, tidak sampai lima juta orang yang berwirausaha, bahkan di data yang lain menyebutkan hanya baru 0,18 persen dari total jumlah penduduk. Bandingkan dengan, persentase penduduk Singapura yang berwirausaha mencapai 7 persen, China dan Jepang yang mencapai 10 persen atau yang tertinggi, Amerika Serikat, sebesar 11,5-12 persen.

Untuk mencapai target 2 persen bahkan jika mau bermimpi sampai 7 persen seperti Singapura, tidak ada cara lain yang dilakukan pemerintah, dari pusat maupun daerah,juga pihak swasta selain terus mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dengan menambah beribu-ribu kali lipat modal yang dibutuhkan dari biasanya. Selain itu, secara intensif melakukan evaluasi total dan peningkatan kualitas terhadap materi, metode dan teknologi pelatihan yang selama ini digunakan. Jika ini tidak dilakukan, maka yang pasti terjadi adalah penduduk yang tidak berkualitas akan makin bertambah dan akan menimbulkan problem sosial yang tidak kecil yang tidak sebanding harganya dengan modal yang harusnya dikeluarkan untuk melakukan ribuan pelatihan kewirausahaan dan peningkatan kualitasnya tersebut.

Dengan melihat persoalan di atas, Jakarta Islamic Centre (JIC) sebagai lembaga milik umat yang diamanahkan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya muslim di DKI Jakarta, melalui Bidang Pengkajian dan Diklat, mulai tahun ini melibatkan diri dalam meningkatkan kualitas para pekerja sektor informal dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para pengangguran melalui program kegiatan kewirausahaan Islam yang bernama JIC 7 MIX.

JIC 7 MIX adalah bauran dari 7 (tujuh) materi yang sudah dikaji oleh Bidang Pengkajian dan Diklat JIC yang dapat mengantarkan seorang pedagang, baik barang atau jasa, dan para pengangguran DKI DKI Jakartauntuk menjadi wirausahawan yang sukses. Tujuh materi itu adalah Badan Hukum Usaha, Ketenagakerjaan dan Regulasi Usaha; Permodalan dan Pengelolaan Modal; Pembukuan dan Zakat ; Product and Packaging; Sales and Marketing; Manajemen Usaha; dan Lingkungan, Mental dan Etika Bisnis.

Pekerjaan awal yang dilakukan JIC adalah membuat modul pelatihan untuk segmen pedagang dan pemula (para pengangguran). Sejak awal bulan Agustus sampai bulan September 2011, dilakukan serangkaian kegiatan FGD yang melibatkan para pakar dan trainer yang handal bidang kewirausahaan Islam, survei target pedagang, dan penulisan modul. Kini dua modul tersebut telah jadi, sedangkan para instruktur akan disiapakan dalam kegiatan TOT Pengelolaan Pelatihan dan Trainer Pelatihan Kewirausahaan Islam JIC 7 MIX yang akan berlangsung mulai tanggal 10 sampai dengan 14 Oktober 2011, kemudian akan dilakukan serangkaian try out. Jika kegiatan-kegiatan ini berlangsung sukses, Insya Allah, pada tahun depan, JIC 7 MIX akan menjadi salah satu program unggulan JIC yang diharapkan dapat membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menangani persoalan kualitas sumber daya dan pengangguran yang bersinergi dengan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta terkait lainnya. Untuk itu, kami mohon do`a dari para pembaca. `Alaa hadzihi niyyah wa `alaa kulli niyyatin shoolihah, Al-Faatihah. Aamiin.***

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Koordinator Pengkajian JIC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here