Ini kisah tentang seorang dokter hewan yang berpengalaman dalam menangani kesehatan hewan-hewan ternak yang dijadikan qurban pada hari raya `Idul Adha. Ia adalah Drh. Amir Mahmud, pemilik KlinikHewan.Com. Waktu itu, tahun 2001, saat kasus anthrax mencuat di daerah Bogor menjelang Hari Raya Idul Adha, media massa begitu gencar memberitahukannya. Siapa saja diwawancarai reporter dan wartawan. Siap saja bisa bicara tentang apa saja mengenai anthrax di Koran dan televisi. Salama kurang lebih 2 minggu berturut-turut berita anthrax jadi semakin ramai namun juga makin simpang siur.
Ini kisah tentang seorang dokter hewan yang berpengalaman dalam menangani kesehatan hewan-hewan ternak yang dijadikan qurban pada hari raya `Idul Adha. Ia adalah Drh. Amir Mahmud, pemilik KlinikHewan.Com. Waktu itu, tahun 2001, saat kasus anthrax mencuat di daerah Bogor menjelang Hari Raya Idul Adha, media massa begitu gencar memberitahukannya. Siapa saja diwawancarai reporter dan wartawan. Siap saja bisa bicara tentang apa saja mengenai anthrax di Koran dan televisi. Salama kurang lebih 2 minggu berturut-turut berita anthrax jadi semakin ramai namun juga makin simpang siur.
Penyebabnya tak lain karena nara sumber dan sumber berita yang disampaikan media masa kurang tepat sementara pihak-pihak yang berkepentingan seakan hilang entah kemana. Perhumpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) sebagai organisasi profesi yang terkait langsung dengan masalah ini tak kunjung bicara untuk menjernihkan masalah. Demikian juga Departemen Pertanian (sekarang Kementrian Pertanian) lewat Direktur Jendral kesehatan Hewannya tak juga muncul di televisi. Justru Departemen Kesehatan (sekarang Kementrian Kesehatan) mendominasi berita dan diburu wartawan serta memberikan statemen yagn mestinya bukan kewenangannya.
Baru di hari-hari terakhir mendekati Idul Adha, Dinas Peternakan Bogor dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB muncul di televisi memberikan pertnyataan untuk menjernihkan masalah. Tak kurang FKH IPB pada hari H menurunkan para mahasiswanya kewilayah DKI untuk memantau kesehatan kewan kurban, bekerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi DKI Jakarta.
Drh. Amir Mahmud, sebagai dokter hewan praktek, saat itu turut kewalahan menerima permintaan permeriksaan kesehatan hewan kurban oleh para pedagang dan panitia kurban. Juga permintaan seminar, ceramah dan sejenisnya di berabtai tempat. Ia,sebagai dokter hewan non pemerintah, pernah menawarkan diri untuk ikut berpartisipasi sebagai tenaga sukarela dalam memantau kesehatan hewan kurban. Namun tawaran tersebut tidak mendapatkan respon dari pihak pemerintah sebagai pemegang wewenang menyangkut hewan kurban.
Pemotongan hewan kurban menjadi momen yang menegangkan waktu itu. Namun keadaan berubah begitu drastis pada pelaksanaan kurban di tahun-tahun berikutnya. Dan pelaksanaaan pemotongan hewan kurban pun kembali seperti yang dulu, apa adanya. Masyarakat begitu mudah melupakan peristiwa yang terjadi ditahun sebelumnya padahal di daerah-daerah endemis, anthrax akan selalu muncul setiap saat sepanjang tahun.
Kondisi inilah yang mendorong Drh. Amir Mahmud untuk aktif berpesan dalam upaya memperbaiki system pemotongan hewan kurban. Meskipun secara riil ia tidak memiliki akses kedalam proses pemotongan kewan kurban. Langkah-langkah sosialisasi terus ia lakukan dengan pendekatan pihak kelurahan disekitar wilayah Cibubur. Brosur-brosur secara rutin dicetak dan disebarkan. Proposal pelatihan kader kesehatan kewan kurbah telah beberapa kali diajukan ke tingkat kelurahan tidak mendapat tanggapan memadai.
Baru pada Idul Adha tahun 2006 konsep ini dilemparkan kepada panitia kurban masjid Nurul Mustafa – Permata Puri 2 Cimanggis dan mendapatkan respon yang baik. Kemudian konsep ini diujicobakan untuk pertama kalinya di masjid tersebut.
Tahun-tahun kemudian, Drh. Amir Mahmud menjadi sosok yang dibutuhkan para panitia kurban, utamanya di Bogor dan DKI Jakarta. Pada tahun 2010, menjelang Idul Adha, ia diundang oleh Jakarta Islamic (JIC) untuk memberikan materi tentang Pedoman Praktis Pemotongan Hewan Kurban Secara Higienis yang mendapatkan apresiasi sangat bagus dari para peserta yang merupakan utusan masjid dan ormas Islam di DKI Jakarta, termasuk dari MUI Kepulauan Seribu.
Di akhir acara, ia menyerahkan kumpulan tulisannya kepada JIC agar dapat diterbitkan dalam bentuk buku. Ia mengatakan bahwa kumpulan tulisan ini sudah diminta oleh salah satu lembasga di Singapura, tetapi ia menolak untuk memberikan dan hanya memberikan kepada JIC. Ia berharap, bukunya itu yang mengadaptasi sistem HACCP, melalui JIC, dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
JIC merasa bersyukur diberikan kepercayaan untuk menerbitkan kumpulan tulisan tersebut dalam sebuah buku. Ini dikarenakan, materi dalam kumpulan tulisan tersebut sangat bermanfaat bagi para penyelenggara pemotongan hewan kurban karena memuat informasi yang lengkap tentang persoalan pemotongan hewan kurban. Ini terlihat dari bab-bab yang dicantumkan, yaitu bab tentang Penerapan Sistem Kader dalam Pelaksanaan Pemotongan Hewan Kurban dengan sub bab awal , yaitu Potensi Bahaya hHewan Kurban; bab pendekatan hygiene dalam pemotongan hewan kurban (sistem HACCP); bab beberapa Penyakit Zoonosis pada Hewan Ternak (Anthrax, Brusellosis,Leptospirosis, dll.); bab Persiapan Proses Pemotongan Hewan Kurban; bab Pemeriksaan Kesehatan Hewan Kurban; bab Pemotongan Hewan Kurban; bab Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis pada Proses Pemotongan Hewan Kurban; dan bab Sistem Pelaporan dan Evaluasi.
Selain itu, kumpulan tulisan tersebut – kini telah dibukukan oleh JIC dengan beberapa tambahan materi- ditulis dengan gaya tulisan dan pilihan kata yang memudahkan siapapun untuk membaca dan memahaminya. Anda pun dapat memilki buku tersebut jika mengikuti pelatihan Manajemen Hewan Kurban yang akan dilaksanakan di JIC pada hari Sabtu, 22 Oktober 2011 . Bagi yang berminat mengikuti pelatihan tersebut dan mendapatkan bukunya, hubungi kenomor HP 081314165949. ***
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Koordinator Pengkajian JIC